CINTA YANG TERSESAT
ang kerja, tetapi perlahan-lahan, intensitas perasaan yang mereka bagi terus bertambah. Meski di setiap pertemuan, Arman men
m kerja selesai, Sint
rol? Ada tempat baru yan
yang tak bisa ia tolak. Satu sisi hatinya tahu bahwa ini salah-bahwa ia semakin jauh dari Lila. N
Bertemu di de
mereka mengalir dengan mudah. Sinta tampak semakin terbuka, menceritakan tentang hidupnya yang penuh tantangan sebagai wanita karier. Di
bersama?" tanya Sinta, mengangkat alisny
asanya kami hanya ada di rumah yang sama, tapi seperti orang asing. Lila
pernikahan bisa berubah jadi rutinitas tanpa perasaan. Bukannya kamu tid
bar yang temaram itu, ada ketegangan emosional di antara mereka. Arman merasa begitu dekat dengan Sinta, seolah-olah ia m
u, Arman, kamu pria yang menarik. Pantas saj
menentu. Perhatian dari Sinta terasa seperti angin segar,
menyembunyikan kegugupannya. Namun, sorot mata Sint
depan bar, sesuatu yang tak terelakkan terjadi. Saat mereka berdua berdiri di trotoar, menunggu taksi datang, kehen
pelan, nadanya penuh em
bisa menjawab. Mulutnya terasa kering, dan pikirannya dipenuhi dengan ribuan perasaan yang bertabrak
di tengah malam kota yang sepi. Arman membiarkan dirinya terhanyut, meski di sudut pikirannya, ia tahu ini melanggar batas. Deti
an, matanya tetap menatap dalam-dalam ke m
rman tergagap, masih terkejut d
esalan. Itu canggung karena mereka tahu, apa yang baru saja terjadi adalah awal
ma Sinta. Lila sedang duduk di ruang keluarga, matanya fokus pada layar laptop,
a Lila singkat tanpa mengalih
di ruangan yang sama, tapi seolah ada dinding tebal yang memisahkan mereka. Lila bahkan
ncoba menghindari percakapan lebih lanjut. Ia tahu, semakin ia be
. Di satu sisi, ia tahu bahwa perselingkuhannya dengan Sinta adalah kesalahan besar, sebuah dosa yang tidak bisa dimaafkan.
ni bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang akan membawa hidupnya ke dalam jurang yang lebih dalam. Tapi ia ta
Setiap detail ciuman itu, sentuhan lembut Sinta, hingga tatapan penuh makna di matanya masih mel
menunjukkan perhatiannya belakangan ini. Arman merasakan kesedihan yang mendalam, namun juga ada perasaan yang lebih kuat.
rasa sia-sia. Setiap kali ia menatap layar komputernya, pikirannya melayang ke Sinta. Suara dering pe
isa berhenti mikiri
h kencang. Ia tahu bahwa membalas pesan itu berarti membuka pintu
. Sepertinya kit
ian, Sinta men
di tempat biasa
n itu, meski ia tahu salah, membuatnya merasa hidup. Ketika malam tiba, mereka kemba
ta, membuka percakapan dengan suara pelan namun tegas. Matanya menat
ahu ini salah, Sinta. Aku... aku punya keluarga. Tapi di saat yang sama, aku
Aku juga nggak bisa. Kamu membuatku merasa istimewa,
n emosional yang tak terucap menggantung di udara. Sinta menggenggam tanga
pelan, meski hatinya berteriak sebali
nan yang tak bisa disembunyikan. "Aku paham, Arman. Tap
n untuk kembali. Sinta telah menjadi sesuatu yang tak bisa ia lepaskan. Meski sadar akan ris
melanjutkan hubungan ini, meski keduanya tahu bahwa semakin dalam me
akan malam mereka. Aroma masakan memenuhi rumah, tetapi bagi Arman, ada sesuatu yang ber
ang. "Kamu pulang terlambat lagi," katanya, mengangkat
yembunyikan kegelisahannya. "Ya, ma
ementara Arman duduk, menyendok makanannya dengan pikiran yang melayang jauh. Seperti biasanya
ya, tetapi di sisi lain, perasaan yang ia miliki terhadap Sinta terus berkembang, semakin kuat dari hari
dari Sinta masih ada di sana, menunggunya untuk dijawab. Ia menggenggam ponsel itu erat-erat, mencoba melawan keingiku juga i
larian sementara kini telah berubah menjadi jebakan yang tak bisa ia hindari. Cinta yang awal
anya menunggu saatnya untuk mengha
ambu