MURIDKU KENIKMATAN KU
ncoba membangun kehidupan yang baru, mengisi hari-hariku dengan kesibukan mengajar di sebuah SMA di Bandung. Tapi, meskipun sibuk,
pi kadang, godaan itu terasa begitu dekat. Salah satu murid yang sering membuatku tak tenang adalah Siska. Gadis ini memiliki pesona yang berbeda dari teman-te
ing depan, cara seragamnya sedikit lebih ketat dibandingkan murid lainnya, dan senyum kecil
dari biasanya, duduk di barisan depan sambil sesekali menatapku dengan tatapan yang sulit kuabaikan. Aku
rbunyi, aku memutuska
at, tolong ke ruang guru ya. A
apa yang sedang kupikirkan seharusnya tidak terjadi. Aku tahu peran sebagai guru harus te
i alasan yang tepat agar pertemuan ini tidak terlihat mencurigakan. Setelah beberapa menit, akhirnya S
ini?" tanyaku, berusaha terdengar ten
um, lalu duduk di
dengan saya?" jawabnya, nadanya
semakin sulit dikendalikan, dan a
tingkah, kadang terlalu... mencolok," jawabku, mencoba
pku dengan tatapan tajam,"Me
yang panjang dan hitam berkilau tergerai, dan senyumnya yang manis selalu bisa membuat hariku lebih cerah. Aku sering kali menja
ka berbicara,"Siska, bagaimana kalau kamu datang ke rumahku setelah pulang sekolah? Kita bisa b
gan mata besar ya
gat. Hatiku berdebar mendengar jawabannya. Ada sesu
ni hanya menjadi sesi belajar biasa. Aku ingin menciptakan suasana yang lebih intim, di mana
etika membuka pintu, Siska sudah berdiri di sana, mengenakan baju kasual yang menonjolkan sosokn
n di antara kami semakin meningkat. Siska terlihat nyaman dan percaya diri, sering kali menatapku dengan tatapan y
ni?" tanyaku sambil mencuri pandang ke arah
an matematika, tapi...." Dia berhen
apakah ada pelajaran lai
n, dan lebih dari itu, ada banyak hal yang ingin aku tunjukkan padanya. Dengan suar
n membuat suasana semakin hangat, dan tanpa sadar, jarak di antara kami semakin dekat. Aku bis
nya?" Siska tiba-tiba ber
erasa kesepian? Maksud
a menyiratkan lebih dari sekadar pertanyaan biasa. A
" jawabku, berusaha menjaga nada suar
n rasa kesepian itu," ujarnya sambil tersenyum genit,
h yang berbeda, dan semua yang terjadi
emenuhi ruang tamu. Suasana ini membuatku merasa nyama
Siska," uca
pir setahun yang lalu, hidup
guk, wajahnya
berat ya?" Dia mengatur posisi duduknya, seolah
sa kesepian dan kehilangan. Rasanya seperti ada bagia
mudah, seolah Siska adalah tempat yang
untuk berbagi? Mungkin seorang teman?" Siska
gu. Takut tidak menemukan seseorang yang bisa menge
anya perlu mencoba. Bagaimana kalau aku menjadi teman yang bapak
*