icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Anak Yang Terbuang

Bab 3 Awal Dari Sebuah Harapan Part 2

Jumlah Kata:2237    |    Dirilis Pada: 01/09/2024

ngi kembali Rumah Makan Padang yang kemarin, berniat menanyakan apakah p

mencari kerjaan ke rumah makan yang lain, Aku pun bertanya ke beberapa rumah makan, tapi semua menolak ku! Sudah 4 rumah makan hari ini yang ku datangi, tapi tak

ari pagar sekolah. Aku sangat antusias melihat mereka bermain bersama di lapangan, seolah berharap Aku lah salah satu dari mereka, Memakai seragam Pu

melangkah-kan kaki ku meninggalkan sekolah tersebut, sekarang perut ku benar benar keroncongan, karna semalam dan tadi

eli Nasi sama

berapa

ja bang, Pake k

Sebent

er

h rib

u kemudian mencari tempat yang nyaman buat ku makan, lalu melahap Nasi Kuah itu sampai habis, tak ter

ma ku, dan sekarang sudah hari ke 4 Aku mencari pekerjaan, tapi tetap tidak dapat. Sekarang sudah sore, Aku pun berjalan di dekat sebuah lap

g, Aku ga a

abisi kau kala

cap salah seorang dari mereka, lalu dom

malah di tendang! mereka pun meninggal kan ku yang merintih kesakitan karna perut ku ditendang sangat kuat! sambil meringkuk di lapangan kupegangi perut ku yang kesakitan, air mata ku membas

enek menghampiri ku yang

kok tiduran di s

ku menangis ter sedu sedu sambil tangan ku memegan

apa

ku diambil semua, trus perut k

ak, Ayo kesana bertedu

eringat akan photo keluarga ku, kuraba kantong ku, lalu kukeluarkan photo itu, sekarang sudah sedikit basah, si Ibu lalu menany

amu sia

rha

Farhan m

pengen nyari kerja di si

h kecil, ya pasti su

mau nerima Farhan ker

han, soalnya sudah tua, kalau

itu sepert

k Nak Farhan, seperti ini" (sambil

us

al ke pengumpul, uangnya bu

rhan ikut nenek

, sambil kamu nan

Nenek, dan akhirnya kata nenek, kita sudah sampai. Kulihat tempat nenek hanya berupa bangunan seperti gubuk, nenek pun menyuruh ku masuk ke dalam, lalu dia memberikan ku sebuah sarung yang sudah kusam untuk kupakai menggantikan pakaian ku yang bas

gun duluan, dan Aku juga akhirnya bangun, lalu Nenek mengatakan agar aku di rumah saja hari ini, tidak usah ikut memulung, sampai perut ku sudah baika

ti sebelum nenek pergi,

Nek? kok Farha

anya pakai sarung itu? Pakaian mu kan masi

Nek, lupa kalau pakai

n dulu buat mu, Nenek pun pe

ya Gubuk. Aku lalu memakan yang dibelikan oleh Nenek, pas aku menyuapkan nasi ke mulut ku, tiba tiba terlintas di benak ku akan alm Nenek Ku yang baik, Aku jadi ter

k belum juga datang, Aku jadi sedikit gelisah! entah kenapa, pikiran ku malah menduga duga kalau Nek Ijah

nyampai, dia sambil memikul karung b

pek

i capek, oh iya, ini nenek beliin k

e... I

isi oleh Nasi, kemudian ku perhatikan Nek Ijah sibuk dengan bot

k di kup

ar lebih mah

Nek, Farha

Nak F

Farhan dah b

ut mu ga s

o Nek, besok F

ya Nak

Nek Ijah pun menyalakan lampu teplok , sementara Aku sibuk memasukkan kembali botol bot

rhan pijatin

ah biasa kok Nenek ber

mang ga

itu jangan dimanjain Nak Farhan, sekarang

a N

dari baju baju yang sudah rusak yang tidak bisa di pakai lagi. Pagi harinya, Nek

antu Nenek ya, ngang

mang mau di

ngumpul, biar ada karung b

a N

ak bertindi tindi karung berisi botol plastik, ada juga banyak kardus, dan rongsokan lainnya. Dari hasil jualan botol itu, Nek Ijah di kasih uang 45 ribu, kemudian kami pun melangkah dan m

rsihin ya, biar besok pagi langsung kita jual

Farhan pake

ganti bajunya, mana tau nanti kamu dapat

h gak ada Nek, sudah

sama uang hasil mulung hari

asih ya Nek, dah

itu, Aku dan Nenek pun langsung berjalan kaki ke pasar, kebetulan disana ada yang jual baju baju bekas, Akhirnya Nek Ijah membelikan ku 1 celana pendek, dan 1 kaos , sementara Nek Ijah tid

nyak uang, agar bisa membawa Nek Ijah berobat, tapi takdir berkata lain, Nek Ijah akhirnya meninggal saat Aku pergi meninggalkannya sebentar untuk meminta tolong sama teman teman pemulung lainnya, saat

u bediri, membongkarnya tampa sepengetahuan ku. Saat itu Aku sedang memulung seperti biasa, sore harinya Aku pulang, dan kudapati Gubuk ku sudah rata dengan tanah, dan barang barang yang ada disana juga katan

lung, hehehe... Kami sudah seperti keluarga bersama, dengan berjalannya waktu, tingkatan ku sebagai pemulung pun sudah

ang berjejer, di sana juga banyak yang 1 keluarga, suami istri dan ada anaknya juga, pernah juga Aku lihat, dan ini pengalaman pertama untuk

h kami ini menyusahkan Pemerintah? Apakah kami ini membebani pemerintah? Sehingga kami selalu di buru oleh Dinas sosial! Entahlah, hanya mereka yang tau, otak kami tidak sampai ke situ! Yang kami tau, kami pemulung tidak pernah menyusahkan siapa pun, bahkan pernah Ada Bapak bapak pemulung bilang gini ke Dinas sosial yang mel

mbuat ku terpukul, dialah penyelamat ku di sini, di Kota ini. selama hampir 2 tahun ku habiskan waktu ku be

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka