Pemuas Nafsu Keponakan
u. Angin berhembus lembut melalui celah jendela, membuat tirai bergetar pelan. Aku duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan p
memutuskan untuk berkeliling rumah sebentar, mencoba mengalihkan pikiran. Ketika melewati kamar Aldi, langkahku tiba-tiba terhenti. Ada
an kakiku. Aku merasa seperti berada di ambang sebuah jurang, tidak tahu apakah aku harus melangkah maju atau mundur. Suara desahan itu semak
ama hanya akan memperburuk keadaan, namun aku tidak bisa menggerakkan kakiku untuk pergi. Akhirnya, dengan
ayangkan apa yang mungkin dilakukan Aldi hingga menyebut namaku dengan begitu intens. Pikiranku berkelana ke berbagai kemungkinan, tetapi setiap bayangan hanya
﹏﹏﹏﹏﹏
kali dia melihat lekukan tubuhku, perasaannya bergejolak. Aku bisa merasakan pe
ggil Aldi. "Aldi, bisa tolong ambilkan panci di
gemetar, panci itu hampir terlepas dari genggamanku. "Maaf, Tante," kata Aldi ce
il mencoba tersenyum, meskipun hatiku berde
kulakukan. Tatapan Aldi tadi siang terus terbayang di pikiranku.
sangat dikenalnya. Aldi kembali meracaukan namaku dalam desahan yang p
aduk antara rasa malu, bingung, dan marah. Dengan hati yang berat, aku kem
rudung. "Kenapa ini terjadi?" pikirku. Aku merasa jijik, bukan hanya pada ap
g sebenarnya terjadi di antara kami?" tanyaku dalam hati, merasa campur aduk antara
ahwa aku harus berbicara dengan Aldi tentang hal ini, tetapi keberan
ul setiap kali aku mengingat tatapan Aldi. "Apa yang sebenarnya terjadi di antara ka
﹏﹏﹏﹏﹏
sedang tidak ada. Saat aku sedang makan siang, Aldi mendekatiku.
a. "Ah, tidak perlu,
ring, aku mendengar suara kecil di belakangku, namun tidak terlalu m
hanya mengambil air," j
riga. Aldi berdiri di sudut ruangan, sibuk dengan sesuatu, nam
u mulai merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhku. "Duh, kenapa ya?" gumamku dalam hati, mencoba
tiap perubahan kecil pada diriku. Dia tampak s
il menyentuhku dengan lembut. "Tante, kelihatan lelah. Mungkin
, tolong jangan begitu. Tante merasa tidak n
emukan ketenangan. Namun, Aldi mengikutiku. Saat aku sampai di kamar, dia memelukku
. "Aldi, tolong jangan seperti ini," bisikku dengan suara gemetar, berusaha melepas cengkeramannya dari tu
penuh nafsu. Rasa takut dan kebingungan semakin menguasai diriku, namun aku tidak bisa memarahi atau menolak Al
ku tidak akan kemana-mana. Tangannya mulai meremas-remas payudaraku dengan penuh gairah, sementara napasnya semakin panas dan cepat. Batangnya yang mengeras pun meneka