Nafkah yang sederhana yang di banggakan oleh suaminya
ang dari bank wajahn
iku, duduk di bangku dekat
mas tasnya aku gantun
siapkan air hangat aku mau mandi air hangat u
ebuskan du
di mas candra sedangkan mas candr
kekamar menghampirinya. Aku pikir ist
dah aku pn nanti kebur
sambil, melihat
berdiri dan menuj
Maghrib di mushola dekat tempat tinggal aku. Nia sudah bangun tapi tidak mena
ap-siap sholat magr
aku pun menyiapkan buku
tepi kasur sambil
ib ke mushola sekali-sekali saja
ja gak capek panas-panasan cari nasabah. Kalau ka
iang ibu menelpon, aku langs
irkan anaknya laki-laki. Mas Irfan berencana akan m
k,"jawab mas Candra ta
du dengan ibu dan bapak. Ibu dan bapak juga rindu dengan cucunya,"ujarku ber
nyak akan pindah ke kantor cabang yang baru
cabang baru. Bukannya tidak terl
rja suamiku. Buka cabang baru aku tau
ahkan ke kantor cabang jadi aku b
ana kalah kamu mau datang ya data
rhatian ke ponselnya tidak memperdulikan
naknya mas Irfan, aku akan menginap semalam,"tukasku aku malas berdebat dengan malas debat d
ke kantor cabang yang baru apakah
Minggu depan jadi Bahas M
di jawabnya ketus dan si
ya banyak waktu bicara kan kamu gak
di rumah gak kerja, aku juga
hrib berkumandang. Daripada emosi lebih
idak menggubris tangis Nia, suamiku sibuk dengan ponselnya saja tangisan anakku t
t aku langsun
kamu kamu bena-benar mas. Dari tadi aku bicara seaka
ga dia dapat merasakan apa yang aku rasakan. Aku gend
miku, keluar dari kam
ya cuma tempe dan sa
bening kan ada sambal terasi
yang lain. Kenapa selalu masak tahu dan tempe terus
hin, kamu kira cukup lima r
in. Tinggal terima uang ajah banyak protes kamu yang gak p
pa yang seperti itu mas untuk. Itu untuk k
kamu harus bisa berhematlah jangan. Bisanya mengeluh saja, harusnya bersyukur kamu g
mpar gelas yang ada di atas meja makan ini. Ak
i kayak tidak berselera ka
suruh makan dan makannya l
ekolahnya sambil bermain dengan Nia suamiku duduk di depan
rja, apa kenapa dari tadi.