Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Nafkah yang sederhana yang di banggakan oleh suaminya

Nafkah yang sederhana yang di banggakan oleh suaminya

Wulan Dini Hariyadi

5.0
Komentar
97
Penayangan
5
Bab

Seorang istri yang mencintai suaminya bertahan hidup dengan hidup sederhana cacian pedas, iya terima dari ibu mertuanya suaminya tidak membelanya, di depan keluarganya namun cintanya terdzolimi dan suaminya mengkhianatinya serta hanya menganggap bisanya minta kepada suaminya

Bab 1 POV wulan

Pagi ini, setelah suamiku berangkat kerja aku mengantarkan anakku sekolah.

Setelah, Lisa sampai di sekolah. Lisa langsung masuk ke dalam kelas.

Saat aku, sedang berbalik badan dan menggendong Nia bersamaku tiba-tiba ada seorang guru yang memanggilku.

"Bisa kita bicara sebentar di ruangan aku,"ucapnya.

"Baik buk,"ucapku sambil mengikutinya dari belakang.

"Silahkan duduk,"ujarnya aku langsung segera duduk.

"Begini buk Wulan, aku ingin menanyakan perihal Lisa belakangan ini dia terlihat murung dan. Tidak fokus pada pelajaran, padahal Lisa adalah salah satu murid yang aktif dan ceria,"ucapnya.

"Maaf buk saya memang sedang ada masalah tapi saya tidak tahu kalau Lisa jadi anak pemurung dan di sekolah Bu,"ujarku

"Saya doakan masalah ibu cepat selesai, dan Lisa bisa kembali lagi ceria dan aktif kembali jangan sampai nilai-nilainya menurun,"gumamnya.

"Baik Bu terimakasih sudah memberitahu saya bagaimana Lisa di sekolah,"ucapku

"Sama-sama buk,"kata buk Meri.

"Baiklah kalau gitu saya permisi dulu." Aku segera keluar ruangan buk Meri aku segera menuju kerumah karena aku belum bersih-bersih rumah dan memberi makan Nia.

Sesampainya di rumah aku, tidurkan Nia di lantai dan ku suapinkan nia dengan mpasi. Setelah nia kenyang Ku langsung makan dengan nasi dan telur dadar bekal Lisa.

Selesai, sarapan aku langsung bersih-bersih rumah. Yang memang berantakan karena kalau pagi memang aku fokus pada suami dan anakku.

Semua, pekerjaan rumah dan memasak sudah aku kerjakan. Anakku Lisa pulang sekolah jam 1.30 siang sambil menunggu Lisa pulang aku terungat akan masa dulu saat sebelum menikah.

Ku ingat dulu, selesai kuliah aku sempat bekerja di bank swasta saat itu aku bekerja castamer service di sana. Hingga suatu hari mas Candra masuk dan bekerja di bank yang sama denganku, saat itu suamiku menjadi sales untuk mencari nasabah yang meminjam uang di bankku.

Suamjkh memiliki wajah yang tampan dan cukup bersih, saat itu aku belum memiliki rasa padanya. Hingga suatu hari aku dan mas Candra mendapat tugas berkunjung ke sekolah karena sekolah itu akan bermitra dengan bank kami akhirnya aku dan mas Candra pergi ke sekolah tersebut dan dari sinilah kami mulai, akrab dan saling jatuh cinta.

Awal pernikahan aku hidup bahagia, memiliki suami yang sayang padaku dan juga mertua yang baik.

Setelah, menikah aku masih kerja di bank tersebut namun saat hamil anak pertama. Aku terpaksa harus berhenti kerja karena, kehamilan ku bermasalah takut akan membahayakan jiwaku dan anakku maka aku dan suamiku bersepakat untuk berhenti kerja.

Setelah melahirkan aku sibuk, mengurus anak dan suami apalagi, anak yang prematur membutuhkan perhatian khusus.

Seketika mertuaku berubah, mereka yang sangat baik dulu sering bawakan makanan tapi sekarang mulai berubah. Bahkan saat aku melahirkan anak pertama mereka tidak datang menengok cucunya.

Tiba-tiba Nia terbangun karena menangis, seketika lamunanku buyar. Aku segera menggendong Nia ternyata dia pipis aku segera menggantikan baju, dan memberinya susu.

"Asa'lamualaikum Bu,"ucap Lisa

"Waalaikumsalam nak aku segera menjulurkan tanganku,"ujar ku.

"Cuci tangan cucu kaki ganti baju habis itu kita, makan bersama,"tukasku.

Baik Bu,"ucapnya.

Lisa segera menuruti yang aku perintahkan kami berdua duduk di meja makan untungnya nia tidur lagi setelah aku kasih susu.

"Lisa yuk kita makan,"ucapku sambil membuka tudung saji.

"Ibu masak tahu tempe kecap lagi ya,"ujarnya dengan mimik yang cemberut.

"Iya nak Lisa makan ya,"tukasku

"Kok kita makan tahu, tempe terus Bu kadang-kadang telur,"ujarnya.

Sedih aku mendengar Lisa yappng selalu anak-anak, aku beri makan tahu tempe dan kecap padahal sedang dalam masa pertumbuhan.

"Minggu depan mau ibu buatkan ayam goreng?"tanyaku aku menjanjikan, karena Minggu depan suamiku gajian akan aku sisihkan uang sedikit untuk membeli ayam goreng untuk Lisa.

"Mau buk aku ingin, sekali makan ayam goreng biasanya nunggu lebaran haji dulu biar kita bisa makan enak,"jawab Lisa.

Ya, memang benar kata Lisa kami makan daging saat lebaran haji kami mendapatkan kupon.

"Ya sudah, sekarang Lisa makan tahu, tempe kecap dulu ya Minggu depan ibu buatkan ayam goreng,"ucapku.

"Baik Bu,"tukas Lisa. Dengan semangat mungkin dia sudah membayangkan makan ayam goreng Minggu depan.

Selesai, makan aku suru Lisa istirahat karena seharian sekolah dan nanti sore mengaji di mushola dekat rumah kami sehabis Maghrib agar dia tidak kelelahan dia aku suru tidur siang.

Saat Lisa dan Nia tidur, aku membereskan bekas makan kami dan memasak untuk makan malam.

Saat sedang sibuk Di dapur ponselku bunyi ku lihat nama ibu di layar ponsel segera ku angkat.

"Asa'lamualaikum Wulan apa kabar?"tanya ibuku.

"Waalaikumsalam alhamdulilah sehat ibu sehatkan,"jawabku.

"Alhamdulilah ibu dan bapak sehat, kamu lagi sibuk gak,"tukas ibu

"Nggak Bu Wulan tidak sibuk ada apa ya bu!"tanyaku.

"Oh, ibu mau ngabarin kamu kalau istrinya Irfan melahirkan. Minggu depan Irfan mau ngadain tasyakuran lahiran anaknya, kalau bisa kamu pulang ya Wulan ajak anak-anak kamu. Ibu sudah rindu sama cucu ibu juga ajak suami kamu kalau bisa nginap, kan acaranya Minggu malam,"jawab ibu menjelaskan tujuan telepon.

"Baik, Bu insya Allah Ku datang nanti ku sampaikan pada mas Candra. Anaknya mas Irfan jenis kelaminnya apa Bu?"tanyaku penasaran.

"Anaknya Irfan laki-laki,"jawab ibu.

"Tolong sampaikan selamat pada mas Irfan bu,"gumamku

"Baiklah, nanti ibu sampaikan. Ya sudah ibu tutup telponnya dulu kamu dan cucu ibu sehat-sehat ya,"ucap ibu.

"Ya buk nanti aku sampaikan ibu dan bapak juga sehat-sehat di sana ya," kata lbu.

"Ya sudah asa'lamualaikum,"kata ibu.

"Waalaikumsalam,"gumamku menyudahi telpon dari ibu

Sudah, lama rasanya aku tidak pulang kerumah ibu. Rindu sekali rasanya. Walau pun kampung, halaman ku satu jam dari tempat tinggal ku. Tapi suamiku, jarang mengajak aku pulang ke kampung halamanku. Karena suamiku selalu banyak alasan hampir dalam dua bulan aku lihat suamiku selalu berkunjung kerumah ibunya.

Dulu saat awal-awal suamiku sering mengajak aku, berkunjung kerumah ibunya tapi entah kenapa sekarang jarang sekali mengajakku bahkan bukannya jarang tetapi tidak pernah mengajakku, dan anak-anakku.

Aku kangen rasanya seperti dulu, sebelum menikah dengannya aku pun tak tahu mengapa mertuaku bisa berubah pada ku seperti itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Wulan Dini Hariyadi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku