Nyatanya memiliki suami yang mapan secara pekerjaan dan finansial bukanlah jaminan hidup bahagia aku harus menghidupi diriku sendiri padahal suamiku memberikan aku kehidupan yang mampu dan layak.
Zahra kamu, kenapa setiap hari selalu masak seperti ini apakah. Kamu tidak berpikir suamimu sudah mati-matian untuk menghidupi kamu suami kamu sudah lelah bekerja seharian tapi ketika pulang dan ingin makan, Tio hanya mendapatkan tahu tempe. Makanan yang tidak layak di makan oleh manusia seperti ini," gimna buk Anti.
"Maaf buk tapi, uang dari mas Tio hanya cukup untuk di belikan itu. Kalau memang, makanan yUang lebih baik lagi. Zahra akan meminta uang belanja lebih kepada mas Tio," ujar Zahra dengan nada yang baik dan lembut.
Karena sejatinya, Zahra adalah seorang menantu yang baik hati selalu di tindas oleh sang mertua.
Apa pun yang Zahra lakukan salah di mata buk Anti.
"Halah bilang saja kalau semua yang di berikan oleh Tio itu kamu belikan yang berguna untuk kamu sendiri, Tidak mungkin tio memberikan uang yang sedikit kepada kamu. Apakah kamu tidak tahu Tio adalah PNS? Gajinya tinggi jadi kalau Tio itu memberikan uang belanja hanya cukup untuk membelikan tahu tempe seperti ini. Aku yakin pasti kamu sudah membelanjakan uang tio dengan hal-hal yang tidak berguna bukan? Dasar menantu tidak Ada tahu bersyukur," tanya buk Anti semakin membabi buta menghina sang menantu
"Ya Allah ibu kan tahu sendiri kalau, mas Tio itu selalu memberikan gajinya pada ibu. Aku hanya mendapatkan uang dua puluh ribu sehari untuk belanja makanan. Itu pun harus cukup untuk dalam keluarga ini yang bertiga orang apakah ada sisa uang layak, yang aku gunakan bersenang-senang untuk diriku sendiri," tukas Zahra yang sudah emosi.
"Kalau ibu bicara jangan di jawab, ibu itu mengatakan hal yang tidak benar. Kenapa kamu boros sekali sih jadi istri seharusnya uang yang aku kasih kamu belanjakan yang tepat. Bukannya malah kami di berikan tahu tempe seperti ini, kamu pikir aku tidak capek mencari uang setiap hari sudah bagus aku memberikan uang untuk beli makanan. Kalau tidak aku yakin kamu pasti kelaparan. Karena kamu tidak bekerja dan menghasilkan uang sama sekali," gumam Tio
Bukannya menyadari tapi suaminya malahan memutar balikan fakta yang sudah terpampang di depan matanya.
Zaman sekarang, tentunya dengan uang dua puluh ribu tidak cukup untuk membeli. Bahan makanan yang layak di makan oleh keluarga dengan anggota sebanyak itu.
"Kalau memang seperti itu yang mas katakan maka ijinkan Zahra bekerja zahra akan bekerja menghidupi diri Zahra sendiri," ucap Zahra
"Memangnya kamu mau kerja apa? Kamu itu kan cuma lulusan SMP. Kamu tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang layak, kalau pun kamu bekerja di luar sana itu akan menambah masalah saja. Setidaknya orang akan berfikir kamu tidak akan di berikan oleh mas Tio. berikan nafkah oleh tio, padahal sudah Tio mencukupi semua kebutuhan kamu. Kamu saja yang kurang bersyukur," ujar buk Anti.
"Ya allah ibu, kalau aku tidak bisaall mengatur uang dua puluh ribu pemberian oleh mas Tio itu," kata Zahra
"Sudahlah kamu itu memang istri yang ajah tidak becus, kamu hanya memikirkan diri kamu sendiri dan juga istri yang kufur atas nikmat yang sudah di berikan suami kamu. Kamu tidak pernah mau bersyukur, sudah Bu tidak usah makan dirumah lebih baik kita makan di luar saja biarkan manusia gak berguna ini makan masakannya sendiri. Aku sudah muak setiap hari harus bertengkar soal uang dengan dia," ujar Tio.
Akhirnya tio keluar bersama buk Anti makan bersama Zahra di tinggal dirumah dengan rasa sakit hati yang harus Zahra pendam sendiri.
Zahra menikah dengan tio dan keluarganya meninggalkannya karena jarak rumah mereka jauh.
Tio harus berbakti kepada ibunya itu tidak mungkin mau meninggalkan sang ibu demi mengikuti wanita yang di nikahinya.
"Kenapa nasibku seperti ini, aku sebenarnya ingin kerja tetapi apa yang bisa aku kerjakan. Aku juga tidak punya modal kalau aku usaha," monolog dalam hati.
Kemudian Zahra mengambil ponsel jadul yang di beli sebelum menikah untuk menghubungi teman yang sudah lama tidak di hubungi.
Karena tidak memiliki Kouta internet maka Zahra pergi kerumah salah satu tetangganya untuk menumpang WiFi di sana
"Ada apa? Apa kamu bertengkar lagi dengan suami dan ibu mertua kamu?" tanya buk Arul yang sudah mengetahui tabiat Tio
Bu Arul merasa sangat kasihan dengan Zahra yang sebatang kara di kota itu dan selalu di tindas oleh keluarga beradab itu
"Enggak kok buk aku hanya mau
menumpang Wifi ada yang harus aku kerjakan," ujar Zahra
"Baiklah berikan sini ponselmu Ibu akan menyambungkan Wifi di sini kalah kamu membutuhkan apa pun jangan sungkan untuk minta bantuan pada ibu kalau ada yang ibu bisa bantu pasti ibu bantu.
Bu Arul adalah salah satu tetangga yang mau membantu Zahra, sedangkan tetangga yang lain tidak mau berurusan dengan buk Anti yang galaknya minta ampun.
Beruntung temannya tidak ganti nomor tapi belum sempat mengutarakan apa yang zahra inginkan tiba-tiba Tio dan buk Anti datang kerumah buk Arul dengan wajah yang merah padam
"Ibu dan mas tio sudah pulang?" tanya Zahra sembari menyembunyikan ponselnya.
Kedua monster itu sudah pulang begitu cepat padahal perkiraan Zahra buk anti dan Tio akan menghabiskan waktu yang lama.
"Pulang kamu dasar istri yang tidak tahu terima kasih. Aku sudah memberikan semua gajiku kepadamu tetapi kenapa kamu keluar rumah diam-diam hanya untuk mengemis WiFi pada orang lain seharusnya kamu bersyukur karena di rumah sudah ada WiFi kalau memang kamu tidak mau menggunakan WiFi kalau kamu bisa bilang pada suami kamu ini untuk membelikan kamu Kouta internet. Kenapa kamu hanya membuat malu seperti ini," ujar Tio dengan nada yang sangat galak.
Ternyata sebelum tio dan buk Anti sampai pada tempat makan, ada seseorang yang melaporkan kelakuan Zahra itu pada mereka berdua.
Karena sangat marah akhirnya buk Anti dan Tio kembali ke rumah untuk memberi pelajaran pada Zahra.
"Jangan bersikap kasar pada istrimu mungkin saja istrimu memang ingin mencari udara segar dan dia bisa berkumpul dengan kami agar dia tidak terkurung dalam rumah," ujar buk Arul membela Zahra yang sudah di seret oleh Tio.
"Enggak usah ikut campur urusan keluarga kami ya buk Arul saya lebih tau bagaimana istri saya dia itu suka keluyuran, dan tidak saya kurung dalam rumah seharusnya Zahra bersyukur saya memberikan seluruh gaji saya untuk dia gunakan bersenang-senang tetapi Zahra malah mengemis di rumah orang sepeti ini. Dasar wanita tidak tahu di untung bikin malu suami," umpat Tio.
Bu Arul hanya bisa menggelengkan kepalanya karena menganggap tio hanya memutar balikan fakta.
Selama ini dirinya tahu bagaimana sikap tio kepada dirinya tidak percaya bahwa Tio yang mengatakannya
"Aku tahu sikap kalian berdua bagaimana dengan zahra nyatanya kalian berdua tidak melakukan kebaikan seperti itu jangan memutar balikkan fakta," ujarnya.
"Tahu apa kamu soal keluarga kami! Menantu kurang ajar ini pasti sudah mengadu yang tidak-tidak bukan? Kamu tidak usah percaya dengan dia. Dia itu hanya gadis desa tidak berpendidikan yang beruntung di nikahin anakku tetapi dia tetapi sangat tidak berterimakasih," ujar buk Anti sembari membawanya pulang.
Membawa Zahra yang ketakutan, zahra sangat takut dirinya akan di pukul habis-habisan oleh suaminya dan buk Anti.
Bab 1 Suami PNS bukan jaminan
06/06/2024
Bab 2 Siska menghasut Tio
06/06/2024
Bab 3 Siapa yang akan di pilih
06/06/2024
Bab 4 Menelpon teman lama
06/06/2024
Bab 5 Ayus membayangi wajah zahra
07/06/2024
Bab 6 Zahra membalas perkataan suaminya
07/06/2024
Bab 7 Zahra membalas dendam ibu mertua dan suaminya
07/06/2024
Bab 8 Buk anti dan Tio licik
10/06/2024
Bab 9 Zahra sakit
10/06/2024
Bab 10 Mengingat kenangan bersama tio
10/06/2024
Bab 11 Zahra bertekad untuk merubah hidupnya
10/06/2024
Bab 12 Zahra mendapatkan pekerjaan
11/06/2024
Bab 13 Zahra pergi kerja
11/06/2024
Bab 14 Hari pertama kerja
13/06/2024
Bab 15 Tio menahan amarah
13/06/2024
Bab 16 Tio emosi
13/06/2024
Bab 17 Zahra ketemu Ayus di warung makan
14/06/2024
Bab 18 Zahra tau kelemahan tio
14/06/2024
Bab 19 Siska merencanakan sesuatu agar Tio menikahinya
15/06/2024
Bab 20 Siska hamil
18/06/2024
Bab 21 Zahra berencana pindah ke kontrakan Bu Arum
19/06/2024
Buku lain oleh Wulan Dini Hariyadi
Selebihnya