Di Pemberhentian Terakhir
SU
yang telah aku lakukan itu suatu
n hal yang kurindukan itu tidak pernah terjadi di masa laluku. Aku
a depanku. Aku mengharapkan sesuatu yang lebih sempurna dari ke
Bukan berarti aku benar-benar menginginkannya. Memang dulu aku pernah mendapatkan coklat dari seseorang, puisi dari seseorang yang tida
memberikan semua itu. Namun entah mengap
atku tersenyum. Kem
apkan. Lalu bagaimana mungkin saat itu aku merasa senang? Bahkan seseoran
an oleh orang yang terluka, bukan
u mengungkapkan isi hati, mereka tidak akan pernah bisa memaha
yebabnya. Bagaimana waktu yang seharusnya dib
berbagai cara untuk menghibur diri sendiri. N
ang mereka miliki pun tak berubah. Aku seperti berada di antara robot be
Penasaran akan akhir kisah hidupku. Seperti sebuah fil
Seharusnya sudah sejak lama aku tutup buku. Tidak ada siapapun yang kutunggu, juga tidak ada seseora
kut akan hari yang harus kujalani detik demi detiknya. Cemas aka
i ini? Aku selalu bertan
lebih panjang bagiku. Ta
h ibu sebelum dia meninggal
belas tahun, bacalah sura
a yang besar sebagai yatim-piatu. Sudah enam bulan berlalu sejak usiaku tujuh belas
mu," ucap ibu den
tidak bisa ingat wajahnya dengan jelas,
orehkan luka yang teramat dalam padaku dan
n itu, padahal saat itu aku masih terlalu kecil dan i
mungkin agar aku dapat bertahan hidup. Namun untuk siapa aku bertahan? Aku
tengah luasnya samudera. Membayangkan, hanya dengan membayangkannya saja aku sudah merasa s
seperti titik di kejauhan dan akhirnya menghilang, atau sebaliknya, dari sebuah titik yang hampir tak
lantai kamarku. Aku tidak tahu akan di kemanakan atau diapakan se
☆
gan baik antara belajar dan bekerja. Memang, aku selalu mendapatkan beasiswa. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Aku tetap harus me
eseorang mene
i kan?" tanyanya
an yang lebih besar oleh seorang senior berkac
eva duduk di bawah pohon
ar lagi mau mul
ineral yang belum ditutup rapa
u tanpa melih
bisa dikerjain sama
tor. Lagian bentar lagi juga kering, emang
a dengar tuh
*
enangkan. Besok kuliah pertama akan dimulai. Akan jauh l
pekerjaanku yang sebelumnya, karena jam kerjanya tida
cari jalan keluar atas ker
ajahku. Aku seperti mati rasa. Aku tidak dapat mendengar suara o
k peduli dengan semua itu, dan untuk apa aku peduli? Lagi-lagi ada rasa ke
ipun saat ini aku sangat lelah. Yang kuinginkan
matahari sore. Hujan tak akan terus merajai langit, akan ada waktunya l
bat terbaik bagiku. Kubuka jendela kamarku, angin sepoi-sepoi mem
dimana ia tidak dapat hadir, namun tetap saja malam adalah
cara. Dalam hati aku selalu saja berkata bahwa semua ini tidak adil. Apa takdir ini diharuskan untukku? Aku tidak pintar dalam mengekspresikan diri seperti orang-orang
sa kehilangan saat-saat itu? Aku tidak pernah mempercayai siapapun di dunia ini sepenuhnya. Aku ragu akan kejujuran mereka.
kejujuran mereka. Apakah ada? Jika ada yang bertanya mengapa aku bisa seperti ini, tan