Rahasia Hati Sang Pewaris
butan esok pagi. Ia belum pernah melihat rupa bos besarnya yang b
a divisi dan kepala koki juga terkantuk-kantuk duduk menunggu arahan manager. Beb
t agak pucat, memijit tengkuk yang terasa mau jatuh. Ia berusaha untuk tidak tidur. Staff yang
k terlambat besok. Ia lalu menatap Siti yang sedang duduk membaca beberapa berkas
iny
erapikan sejenak rambut mullet-nya yang hanya diberi dry shampoo. Ia masih bel
ft akan menutup, tangannya mencegah dan pintu kembali terbuka. Ia merapikan rambutnya dan melangkah masuk dengan ele
ke arah penanya. Saat akan menjawab, ia terperangah. Pria itu dari kamar suite sem
a. Namun, pria itu teringat. Lobi yang dimaksud gadis di hadapannya pasti lobi yang berada di area pintu
un masih belum memalingkan wajahnya meski pria itu sedang menutupi sebagian wajah dari hadapan lift. Di luar
g dan menyahut. Namun pintu lift sudah tertutup dan mata Siti menga
ergegas menuju pintu utama hotel dan bergabung bersama denga
kan makan malam. Hal yang sangat memusingkan! Restoran hotel dan lobi lounge tentu saja sudah tutup. Akhirnya ia te
ang masih terkantuk-kantuk seperti terketuk di kepala dan ia mene
berkilah. Alasannya memang masuk akal tapi itu bukan dari bagian pelayanan h
makin tidak bisa tidur," ucap pria
yur mayur. Pria itu duduk di hadapan dua cup dan memandang Siti bolak-balik. Siti tersenyum menyeringai. Se
up miliknya dan mulai menyantap dengan perlahan. Rasa yang nikmat. Teringat akan
, ia meminta izin membersihkan meja dan keluar sembari membuang sampah bekas makanan. Ia mengucapkan ter
ti namun Siti bergegas pergi tanpa berniat untuk berlama-lama lag
u satu jam lebih, tetapi orang yang ditunggu belum datang juga. Para staf tampak mulai
rima pesan masuk. Ia terlihat tambah kesal setelah membaca pesan.
Rudi keras. Para staf keheranan. Beberapa dari mereka berlarian ke dalam dan berenca
gula sachet di saku jasnya. Ia mengulum pelan. Hipoglikemi muncul di saat seperti ini.
s besar sudah tiba! Bos baru diangkat itu memang belum pernah diketahui siapa
karena matanya terasa buram dan kepala agak berkunang. Genggaman tanganny
memapahnya. Siti menahan tubuh berdiri dengan bantuan Dion. Ia menghela napas pelan dan kembal
n rambut dan jasnya sebelum mengucapkan terima kas
tawa lagi, menggoyang-goyangkan tangan bos besar,
l. Di atas karpet yang sama, Siti berjalan dengan mata yang semakin buram. Rudi dan para st
ah dan menyadari kakinya di atas karpet, berhenti. Ia menatap sepasan