Mahligai yang Ternodai
pun ikut serta mengantarnya ke rumah. Selama proses rawat jalan di rumah, pria itu menggunakan kursi roda. K
azwa bertanya pada Reza kala merek
an melingkarkan tangan sang suami di bahu sempitnya,
itu tersenyum. Mencoba bergurau s
ini perasannya justru muak. Walau pun kemarin Reza sudah menjelaskan bahwa alasannya berselingkuh hanya khilaf dan berjanji tidak akan m
baring
eluruh badan pria itu. Di pembaringannya Reza tersenyum m
ke kamar mereka yang pint
pontan
saja untuk merawatmu," sang Mama memberi
njawab. "Biar aku aja yang rawat sua
ap Nazwa remeh.
miku, Ma. Biar ak
ajian atau apa lah itu namanya. Kalau nanti R
an itu aku bisa izin nanti, Ma. Pokoknya Ma
na, Reza?" Rissa b
h Nazwa aja,
as. "Ya sudah kalau mem
a biar aku yang urus," ucap Na
ian baik-baik di rumah, ya. Kalau ada
duanya telak. Nazwa diam ketika Rissa sekali
kini keadaannya berbeda. Wanita itu tidak tahu seberapa jauh dia mampu berpura-pura kuat dan bahagia seperti ini di saat rumah ta
azwa kembali menatap Reza. "
um mendengar
suruh bibi nyiapin makan
apa? Itu aja y
mar untuk menyuruh asisten ruma
gi. Istrinya ternyata masih berbaik hati mau mengurusinya. Sepertinya is
segelas air. "Habis ini makan obat, ya." Wanita mengenakan gamis rumahan m
h posisinya menjadi duduk dan menyand
yam. Kamu
Reza t
suapi
n menyuap nasi yang Nazwa sodorka
nya Nazwa
api rasa
baga
perti mas
ng bukan masakanku, tapi masa
rindukan pula. Sungguh dia tidak menyukai momen seperti sebelumnya. Bertengkar, bersitegang, hanya membuat perasaannya kacau balau
aku udah nyakitin kamu. Kamu memang baik. Nggak se
h juga' sambungnya dalam hati. "Aku udah berjanji ke Mama akan mera
aja aku ma
nyaring sekaligus bergetar membuat benda pipih itu bergese
zwa sempat membaca nama si penele
spontan berubah