Mahligai yang Ternodai
arnya Mas Reza sembunyikan dariku selama ini
n taksi pesanannya. Jantungnya berdegup kencang sejak tadi. Di tengah kegelisaha
us berkelabat di kepala. Namun, dia juga berusaha terus menepisnya. Sayang, sepertinya pikiran
ke rumah sakit. Ya Allah Mas Reza udah bo
un seorang diri, dan membuntuti suaminya dengan berjalan kaki. Wanita berpakaia
g tiba-tiba muncul, menyambut kedatangan suaminya dengan memeluk p
a berdiri. Dadanya mendadak nyilu seakan ditikam ribuan sembilu. Namun, dia masih berusah
n untuk menjadi nyata. Nazwa be
erhenti di depan kamar. Perempuan itu tengah membuka pintu, sedangkan tangan Reza
sadar dia berteriak parau. Air mata sontak meleleh di pipi. Kedua pasangan ya
aya. "Nazwa! Nazwa ke
terlihat panik. "Aku bener-bener nggak nyangka!" Nazwa menggeleng. "Aku kecewa sama ka
gabaikan perempuan itu. "Nazwa,
ain seperti ini. Situasinya benar-benar tidak tepat. Pikiran buru
tengah pelataran, Reza berhasil memegang tang
adap-hadapan. Nazwa menatap tajam suamin
lasin semuan
ah ke hotel, bertemu dan bermesraan dengan perempuan itu. Lalu apa lagi yang mau kamu jelasin?!" Nazwa berteriak-teriak, tak p
bicarakan ini baik-baik, Nazwa. Tapi nggak teriak-teriak di sini. Malu dengerin orang."
rkan suaminya. Biar bagaimana pun dia tak seharusnya
g kedua pundak istrinya. "Kita bicar
i aja kalau kamu memang selingkuh sama dia. Aku nggak nyangka kamu masi
n dulu. Aku sama
menjadi suami yang sempurna, tapi diam-diam di belakang kamu main perempuan lain. Aku muak sama kamu. Aku benci!" Nazwa mendorong
rti mimpi. Seandainya dia tak melihat sendiri sua
alan. Ketika jalan sedikit lengang, wanita berpakaian syar'i itu men
terburu-burunya, tanpa melihat-lihat lagi, dari arah kanan,
ontan menoleh dan memekik histeris meliha
wa suaminya ke rumah sakit? Atau membiarkan saj
*