Saya Pembunuh
b.
benar kalau Dewi hanyalah lulusan SMA yang bekerja sebagai kasir di sebuah toko sepatu. Sepulang kerja pasti Dewi membantu orang tuanya berjualan makan
tidak berjualan
an tapi untuk sementara waktu
las teh manis hangat dan u
bur berjual
an sopan membuat Aditya s
ku dari gajian selama 3 bulan ini cuk
n. Timbul di pikiran Aditya harus secepatnya menikahinya setelah Aditya lulus kuliah. Suatu kebanggaan bagi Aditya jika dapat mempe
kamu , setelah aku lulus
depan cemerlang yang ngin menjadikannya istri padahal banyak gadis cantik, pintar , kaya yang mengejar
apa kamu d
arkan lamunannya. Aditya
ster ini, langsung kuperkenalkan kam
ang tuanya hanyalah penjual makanan sedangkan orang tua Adit terkenal sebagai orang kaya dan berpendid
Aditya
Dew
idak mau bagaikan punguk merindukan bulan. Apa ti
rik nafas d
perti itu, Dewi . Orang tuaku itu
Adit
an bukan keraguan. Apa
ur pada Aditya kalau dirinya dipenuhi rasa malu. Ingin rasanya Dewi bera
jawaban yang pa
intainya sekarang menyatakan cinta tapi Dewi malah diam se
wi. Tolong tatap mataku. Apa
at wajahnya lalu mengangguk.
, Dewi. Aku ba
mu merah, pelan-pelan pel
dulu teh manisnya . Sekalian
a ter
n ubi rebus in
__
i Aditya mengantar dan menjemput Dewi bekerja. Dengan berjalannya waktu Dewi yan
n Aditya membuat kemarahan yang amat sangat di diri Sinta Amelia yang selalu saja mencari tahu tentang Aditya. Kebencian Sinta Amelia ter
_
un ke
ndak memperkenalkan Dewi pada kedua orang tuanya di jakarta. Seper
ian dan mau mengajakmu mene
... Cintanya makin berakar kuat di hatinya tapi apa bisa kedua orang tua Aditya menerimanya karena perbedaan sta
in kerja dulu pada atasank
kita ke Jaka
ini Aditya ingin me
u pada pimpinan toko s
aku antar kamu p
peda motor Aditya. Berkeca
_
rja diperoleh Dewi. Orang tua Dewi pun mengijinkan anak gadisnya pergi menemui orang tua Aditya di jakarta. Kees
an sepeda motor te
as Adi
ewi . Mereka berdua berjalan ke loket penjualan tiket bis . Aditya mengambil dompet dari
pa, De
perasaan Aditya tapi tetap gadis m
m bekerja. Mau beli tiket bi
iriman dari ora
nyum sambi
ng Dewi s
ndengar ucapan gadi
napa
mengembang di bibirn
ri orang tua mas Aditya. Ini kebetulan
g harus membayar tiket bis padaha
kamu yang membeli
aplah ini pinjam bukan pemberian, dikem
a . Ucapan Dewi bagaikan tamparan di pipi Aditya yang selama ini belum terlintas di p
iket. Bisanya di se
et di tangan Dewi,
s yang d
selama 4 jam 44 menit tidak mampu mengusir kekhawatiran dan ke