Masa Depan Kita
ambar punggung seorang pria yang sedang duduk bersila dengan tegap, dada Maya bergemuruh, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Seketika perasaan gugup menggerogo
a terasa gemetar, dan sulit untuk dia bawa melangkah melanjutkan menuruni anak ta
wajahnya itu. Ada rasa getir di hati Maya saat pandangan matanya terfokus pada punggung kekar di depan sana. Pilu, sedih, dan benci. Perasaan itu bercampur menjadi satu d
"Kenapa? kamu gugup?" tanya Sella membuyarkan lamunan Ma
dengan mata yang tetap tertuju ke arah punggu
itu! Ntar make up mahal kamu luntur, loh." goda Se
erantakan karena keringatmu itu, mama Arthur pasti kecewa besar, karena telah mengeluarkan uang b
nnya, agar Maya bisa melihat apa yang akan di praktekannya. "Sekarang, tarik nafas dalam-dalam melalui hidung, lalu
elumnya?" tanya Sella lagi setelah melih
nyum pada sahabat satu-satuny
aya kamu benar-benar tidak merasa gugup la
jamkan matanya, supaya terasa lebih rileks lagi. Kemudian Men
epada Maya yang sudah m
yang sudah merasa rileks. Tubuhnya tan Maya. Tapi, orang yang diajak ole
a bawa melangkah menuju tempat calon suaminya yang
ya Sella mengurung
el," jawab Maya
p Sella yang di a
a melangkah menuruni tangga yang dia lewati. Keringat dingin pun kembali keluar dari pori-pori kulitnya. Tapi, Mung berdiri dari duduknya. Dengan senyum merekah di bibirnya, dan wajah yang berseri-se
h rasa sayang, dan rasa bangga yang menggebu-gebu di hatinya, ka
r. Sedangkan dia kembali duduk ke tempat semula. Arthur dan Maya duduk sangat dekat, membuat sepasang mata yang terus men
ang wajah perempuan di sampingnya dengan sorot mata
gombal dulu!" ucap
kanya aku tahu kalau istriku
istri!" jawab Maya yang
istri," sanggah Arthur yang setia m
gar samar-samar oleh penghulu. Karena, jarak
i SK. Apakah para saksi sudah siap? kalau kedua mempelai sudah
ekeh Arthur. "Aawh," Arthur menjerit kecil
colek-colek. Gak sabaran dia," Arthur kembali terkekeh, membuat Maya sem
g tidak sabar lagi," senyum pak Penghulu
tangan dengan tuan Arthur!" p
hening tanpa ada sediki
an mahar berupa uang sebanyak dua puluh juta rupiah, dibayar, tunai!" ucapan lantang
har berupa uang sebesar dua puluh juta rupiah, dibayar, tunai!" Art
saksi? sah?" tan
ru para saksi d
lian pakai cincin pernikaha
r mengambil tangan Maya, dan memasangkan cincin perkawinan mereka. Begitu juga Maya, setelah
itandatangani terlebih dahulu!" ucap pak Penghulu
tanya lolos begitu saja melewati pipinya. Sekarang, mimpinya untuk menikah dengan Arthur telah me
Pak Penghulu kepada kedua memp
sai dia tandatangani, Arthur memberikan buku itu kepada Maya. Maya memegang buku itu dengan perasaan yang tidakikan untuk dia pegang bersama-sama dengan Arthur, bisa dia dapatkan. Dia kembali meraih kedua buku kecil itu, dan membawanya ke