MENGEJAR CINTA ANAK KYAI
jahnya, seiring berdebar-debar hatinya yang tak sabar untuk segera memulai pelajaran agama bersama pak Kyai yang baru saja ia temui. Meski harus m
rhana, merenung sejenak tentang betapa beruntungnya ia bisa menemukan seorang guru yang bersedia mengajarinya ilmu agama secara sukarela. Wajah pak Kyai yang ram
Sembari menatap langit, Andre meresapi perasaan bahagia yang kini menyelimuti hatinya. Seakan ada kekuatan tak terlihat yang menarikny
ik ini akan menjadi awal perubahan hidupku," batin Andre. Lalu, ia memutuskan untuk mengambil wudhu dan menyiapkan peralatan
ndre melanjutkan kegiatan sorenya dengan membaca beberapa halaman buku yang ia bawa dari rumah pak Kyai. "Semoga bahan pembelajaran ini bisa membantu aku lebih m
esempatan ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadany
b segera tiba. Andre segera berganti pakaian dengan kemeja putih rapi dan kain sarung hitam. Setelah itu,
encana untuk menunaikan shalat Maghrib berjamaah seperti rutinitas mereka sehari-hari. Sejalan dengan itu, mata
r berbisik, mengekspresikan kekaguman dan keinginan yang mendalam untuk menjadi pasangan Andre. Namun, Andre hanya mampu membalas pandan
snya yang memikat, kelembutan hati Amira, pengetahuannya yang luas, serta kebaikannya membuat Andre semakin larut dalam perasaan sayang dan jatuh cinta
an yang mungkin akan diterimanya membuat perasaan Andre terbelenggu. Sembari menghadapkan matanya pada langit senja yang
pada shalatnya, namun sesekali pikirannya melayang ke sosok Amira. Ia berharap suatu saat nanti, ia bisa mendekati Amira dan menyatakan perasaann
reka duduk bersila di teras masjid sambil menikmati segelas teh hangat yang disediakan oleh pengurus ma
g cantik jelita, yang sering kali melintas dalam pikiran Andre sejak pertama kali ia bertemu dengan Amira. An
api, katanya sih dia udah dijodohkan sama Adam, pemuda kampung sebelah yang anaknya ustadz.
duri tajam. Namun, ia berusaha menenangkan diri dan berpikir positif. "Ya suda
ma mbak Amira, hayo ngaku?" Ucap Fikri yang penasaran dengan
ng ilmu agama, terus tubuhku ini bertato, mana mungkin pak kyai mau menerima aku
n diri pada sang pencipta, ya sudah ayo kita masuk ke dalam, kalau disini mas
alat berjamaah di masjid. Namun, di balik kesungguhan mereka dalam beribadah, hati Andre masih
kah gegas dan penuh semangat. Mereka berdua bergegas menuju rumah Pak Kyai yang terletak tak jauh dari
pkan salam dengan suara lantang dan jelas, "Assalamuala
a'alaikumsalam, Andre! Silakan duduk di sini, sudah bapak bilang panggil bap
ya lupa Abi." Sah
i kursi yang lebih tinggi. Wajah mereka tampak serius dan penuh ant
engan sosok Andre yang begitu sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ia memperhatikan bagaimana mata Andre bersi
a berharap suatu hari nanti, ia bisa mengenal Andre lebih dekat lagi dan mungkin saja, mereka bisa menjadi te
ang guru. Setiap penjelasan yang diberikan, seakan masuk langsung ke dalam pikirannya dan ia mampu menghafalnya dengan
. "Terima kasih, Abi, atas ilmu yang telah Abi ajarkan," ucap Andre deng
ar dan amalkan ilmu yang sudah kau pelajari
umah Pak Kyai. Dengan langkah pasti dan semangat yang membara, ia berjalan men
Andre, untuk belajar ilmu agama bersama Pak Kyai. "Semoga Andre tetap konsisten dan bisa menjadi contoh bagi
nya di rebahkan di atas ranjang sambil memandang langit-langit kamar. Pikirannya malah melayang pada sosok Amira
harapannya. "Apa mungkin masih ada kesempatan untuk memenangkan hati Amira?" desis Andre berbisik pada diri sendiri. Ia mungkin tidak sadar betapa
ertidur. Dalam tidurnya, Andre bermimpi berjalan bersama Amira di sebuah taman yang indah. Angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka berdua, sa
ang mimpinya tadi. Seolah tak ingin melepaskan kenangan indah dalam mimpinya, Andre memejamkan matanya kembali, berharap dapat