icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

DIA

Bab 4 Bagian 4 : Rara

Jumlah Kata:1935    |    Dirilis Pada: 04/03/2024

HPku," lanjut Cahyo. Dia memberikan HPnya pada Bekti. Bekti melihat dan memeriksa HP Cahyo. Bekti terkesiap

a daftar panggilan Cahyo, dan memang benar, sekitar set

ra memberikan HPnya pada Palupi. Palupi memeriksa HP

Bekti ber

terjadi?" tanya Pal

asuk, Mbak. Aku kedi

Cahyo basah kuyup, dia terlihat kedinginan dan gemetaran. Naira memberikan botol air minumnya kepada Cah

sana," kata Cahyo setelah mengembalikan botol minum kepada Naira. Cahyo menunjuk ke sebelah ki

an deras, sehingga hutan pinus itu tidak terlihat terlalu jelas. Palupi berusaha menghapus kaca jendela yang berembun, tetapi

pa, Yo?" tanya

u. Sejak awal aku melihat nenek i

ena kamu bilang mobil kita menabrak

emua orang mengiyakan da

, be

, lalu kamu dan Mas Bekti keluar dari mobil. Kemudian Ma

ut sekarang. Bekti

n ini," kata Ranti sambil menga

O

*

idup lagi pada Purwa. Purwa diam dan merenung. Dia mungkin pernah mendengar kasus semac

antuan, Don," kata Pu

rwa tidak berani menghad

a te

urasa kita tidak boleh gegabah dan sok-sokan menangani kasus ini s

Purwa mau meminta bantuan siapa, Mas

. Di sana sepertinya tim ekspedisi dan tim ruqyahnya yang paling maju. Aku yaki

ku kenalnya Ustadz Sa

stadz Irfan.

*

O

kti terlihat menutup mulutnya ketika melihat R

a Bekti buru-buru, "kukira aku tahu apa yang terjadi," kata B

itu,

ters

ngga apa yang kulihat berbeda dengan apa yang dialami Cahyo," jawab Bekti, "bu

terd

yang terlibat di sini. Palupi mengembuskan napas panjang, jangan-jangan hal i

li melirik ke arah Cahyo. Oh, ya, dia kenal sekali dengan Cahyo. Dan Ca

jakan Bekti untuk pergi ke Arang Temu? Ayuni mencebik, dia benar-benar kesal dan marah pada dirinya sendiri yang t

hal gaib dan sejak awal Naira yakin bahwa perjalanan ini pasti akan berhubungan, bersinggungan dan pasti bertemu dengan hal

dan gugup ketika mendengar kata gaib yang mengikuti langkahnya. Aneh memang,

rlahan Rara menoleh ke arah luar mobil dan melalui kaca jendela Rara melihat seorang nenek tua

*

un setelah mendapat kabar tentang peristiwa gaib yang tersebar dengan sangat ce

ecil dan rambutnya panjang, oh, ya, teman Purwa itu tidak banyak be

Allah,

li ... rambutmu masih panjang dan indah.

h-aneh," potong Fa

a tertawa da

nakmu, Fad?"

anjang itu semua

ang yang mengikuti langkah Fadli. Mereka semua tersenyu

Anakmu semua p

anakku, yang satunya lagi --yang rambutnya digelung

a yang mirip sekali denganmu, Fad,"

nak bu

yang putih

i te

a puti

a tertawa te

endiri berapa

puan semua. Mau besanan, Fad?

at, Pur. Anakku su

tertawa

" tanya Purwa dengan gigih. Mereka ber

*

ihat berkeliling ruangan itu. Ah, ruangan itu begitu sejuk dan menenangkan, seperti halnya ruang terapi ruqyah di Karang Pandan. Ah

tang seorang pemuda yang meninggal mendadak dan hidup kemba

tu bukan seperti Syaiful yang biasanya. Syaiful yang sekarang te

dli tersenyum. Keponakannya --Faiz-- nampak terkejut k

r Hutan Lor Kalo

sekali. Apa Ustad

menga

hkan adik saya sampai terluka. Tetapi untunglah kami berdua bisa selamat sampai di K

mandang Faiz

Kalong?" tanya pemuda berhidung mancung

nung, jadi lebih memilih jalan yang

erpandangan heran dan mem

menemui hal yang men

ulillah

asih memandang Faiz dengan agak sinis

Mas Syaiful, Mas?" tanya pri

ng mengerikan adalah bahwa ... bahwa yang dilakukan Syaiful hanya memandang ke depan dan mengatakan 'sebentar lagi ... sebentar lagi,' begitu, Ust. Syaiful tidak pernah mau diajak pulang, dia tidak pernah memakan makanan yang dibawakan teman dan tetangganya. Syaiful tidak pernah mau pulang,

ang mengolah cerita itu, F

engan sudah meminta warga untuk memer

meng

. Jadi masih belajar dulu," jawab Purwa, "makanya kami mengundang asatidz sekalian untuk

tu. Apakah Arang Temu jauh dari sini, Ust? Oh, ya, s

yang bertubuh kurus dan berwajah se

. Saya dulu temannya Ustadz F

idak usah lanjut ceritanya," bisik

n harus lewat tengah hutan Lor Kalong, Ust. Tidak ada jalan lain. Arang Temu itu desa y

ah jalan ke

an licin. Berbatu dan sempit. Tetapi kalau mau lewat jembatan Watu Alum juga bisa,

hlash me

n segera ke sana,

rekspedisi, kami serahkan semuanya kepada A

dan kemudian memulai pertemuan untuk memb

*

yang dilewati Cahyo tadi. Karena Cahyo sudah k

dan segera mengikuti jejak teman-temannya yang menuruni mobil dengan gerutuan dan protesan. Rara mencari bay

edikit! Nggak takut apa di belakan

inggal jauh dari teman-temannya da sendirian di hutan pinus y

ju hijau itu di depan Rara. Rara sangat te

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka