DIA
HPku," lanjut Cahyo. Dia memberikan HPnya pada Bekti. Bekti melihat dan memeriksa HP Cahyo. Bekti terkesiap
a daftar panggilan Cahyo, dan memang benar, sekitar set
ra memberikan HPnya pada Palupi. Palupi memeriksa HP
Bekti ber
terjadi?" tanya Pal
asuk, Mbak. Aku kedi
Cahyo basah kuyup, dia terlihat kedinginan dan gemetaran. Naira memberikan botol air minumnya kepada Cahsana," kata Cahyo setelah mengembalikan botol minum kepada Naira. Cahyo menunjuk ke sebelah ki
an deras, sehingga hutan pinus itu tidak terlihat terlalu jelas. Palupi berusaha menghapus kaca jendela yang berembun, tetapi
pa, Yo?" tanya
u. Sejak awal aku melihat nenek i
ena kamu bilang mobil kita menabrak
emua orang mengiyakan da
, be
, lalu kamu dan Mas Bekti keluar dari mobil. Kemudian Ma
ut sekarang. Bekti
n ini," kata Ranti sambil menga
O
*
idup lagi pada Purwa. Purwa diam dan merenung. Dia mungkin pernah mendengar kasus semac
antuan, Don," kata Pu
rwa tidak berani menghad
a te
urasa kita tidak boleh gegabah dan sok-sokan menangani kasus ini s
Purwa mau meminta bantuan siapa, Mas
. Di sana sepertinya tim ekspedisi dan tim ruqyahnya yang paling maju. Aku yaki
ku kenalnya Ustadz Sa
stadz Irfan.
*
O
kti terlihat menutup mulutnya ketika melihat R
a Bekti buru-buru, "kukira aku tahu apa yang terjadi," kata B
itu,
ters
ngga apa yang kulihat berbeda dengan apa yang dialami Cahyo," jawab Bekti, "bu
terd
yang terlibat di sini. Palupi mengembuskan napas panjang, jangan-jangan hal i
li melirik ke arah Cahyo. Oh, ya, dia kenal sekali dengan Cahyo. Dan Ca
jakan Bekti untuk pergi ke Arang Temu? Ayuni mencebik, dia benar-benar kesal dan marah pada dirinya sendiri yang t
hal gaib dan sejak awal Naira yakin bahwa perjalanan ini pasti akan berhubungan, bersinggungan dan pasti bertemu dengan hal
dan gugup ketika mendengar kata gaib yang mengikuti langkahnya. Aneh memang,
rlahan Rara menoleh ke arah luar mobil dan melalui kaca jendela Rara melihat seorang nenek tua
*
un setelah mendapat kabar tentang peristiwa gaib yang tersebar dengan sangat ce
ecil dan rambutnya panjang, oh, ya, teman Purwa itu tidak banyak be
Allah,
li ... rambutmu masih panjang dan indah.
h-aneh," potong Fa
a tertawa da
nakmu, Fad?"
anjang itu semua
ang yang mengikuti langkah Fadli. Mereka semua tersenyu
Anakmu semua p
anakku, yang satunya lagi --yang rambutnya digelung
a yang mirip sekali denganmu, Fad,"
nak bu
yang putih
i te
a puti
a tertawa te
endiri berapa
puan semua. Mau besanan, Fad?
at, Pur. Anakku su
tertawa
" tanya Purwa dengan gigih. Mereka ber
*
ihat berkeliling ruangan itu. Ah, ruangan itu begitu sejuk dan menenangkan, seperti halnya ruang terapi ruqyah di Karang Pandan. Ah
tang seorang pemuda yang meninggal mendadak dan hidup kemba
tu bukan seperti Syaiful yang biasanya. Syaiful yang sekarang te
dli tersenyum. Keponakannya --Faiz-- nampak terkejut k
r Hutan Lor Kalo
sekali. Apa Ustad
menga
hkan adik saya sampai terluka. Tetapi untunglah kami berdua bisa selamat sampai di K
mandang Faiz
Kalong?" tanya pemuda berhidung mancung
nung, jadi lebih memilih jalan yang
erpandangan heran dan mem
menemui hal yang men
ulillah
asih memandang Faiz dengan agak sinis
Mas Syaiful, Mas?" tanya pri
ng mengerikan adalah bahwa ... bahwa yang dilakukan Syaiful hanya memandang ke depan dan mengatakan 'sebentar lagi ... sebentar lagi,' begitu, Ust. Syaiful tidak pernah mau diajak pulang, dia tidak pernah memakan makanan yang dibawakan teman dan tetangganya. Syaiful tidak pernah mau pulang,
ang mengolah cerita itu, F
engan sudah meminta warga untuk memer
meng
. Jadi masih belajar dulu," jawab Purwa, "makanya kami mengundang asatidz sekalian untuk
tu. Apakah Arang Temu jauh dari sini, Ust? Oh, ya, s
yang bertubuh kurus dan berwajah se
. Saya dulu temannya Ustadz F
idak usah lanjut ceritanya," bisik
n harus lewat tengah hutan Lor Kalong, Ust. Tidak ada jalan lain. Arang Temu itu desa y
ah jalan ke
an licin. Berbatu dan sempit. Tetapi kalau mau lewat jembatan Watu Alum juga bisa,
hlash me
n segera ke sana,
rekspedisi, kami serahkan semuanya kepada A
dan kemudian memulai pertemuan untuk memb
*
yang dilewati Cahyo tadi. Karena Cahyo sudah k
dan segera mengikuti jejak teman-temannya yang menuruni mobil dengan gerutuan dan protesan. Rara mencari bay
edikit! Nggak takut apa di belakan
inggal jauh dari teman-temannya da sendirian di hutan pinus y
ju hijau itu di depan Rara. Rara sangat te
*