WARISAN CINTA DAN DENDAM DARI MASA LALU
siang. Apakah kamu tidak sho
an kamar yang tak berujung. Sebelum akhirnya sudut netraku menangka
hati. Ternyata hari masih terlalu lar
begitu banyak ikan yang sebentar bermunculan ke permukaan dan tak lama kemudian tenggelam lagi. Aku yang semula
aik dalam kubangan itu, ada dua ikan hitam besar menyelusup dari bawah air dan menyodo
, berlompatan menyelamatkan dirinya keluar dari air. Ada y
. Bukankah sinar mata mereka mirip seseorang. Ya....seseo
bertepi tadi mas Mujib, teman satu kelasku. "Bagaimana bis
kam
aan dari Padmi n
ag
judul yang akan kamu
dengan pertanyaan itu. Situasi y
menjawabnya sedangkan aku tak punya gambaran a
siap dengan berkas-berkas proposal dan siap u
or. Gumaman tidak jelas kulontarkan seiring dengan hembusan napas besar, sekedar p
elengkan kepala seolah mengusir penat dan lelah yang berhari-ha
n berbagai macam perjalanan yang berbeda, tapi aku masih tetap disini ber
ari kak Ester yang seolah m
udul penelitian ini. Dan aku berusaha unt
jawab, "punya rekomendasi judul bua
an idemu dulu, kam
e berbagai macam permasalahan yang selama ini ku
tu melintas begitu
between the student with the English backgr
ya mengajukan satu, kuatirnya nanti di
n otak minimalisku ini punya alternative judul yang
Tetap saja dari dulu", d
berat hati kak Ester tetap membuatkanku dua judul
Karena semenjak mimpi itu, kepalaku selalu terasa berat seolah ribu
*
a tiga dosen yang siap membabat habis thesis ku.an lancar, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dosen penguji, kujawab dengan argumen-argumen
galkan tempat ini, tunggu
h pak", angg
kebetulan satu sesi denganku. Gurat-gurat kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Tuntas sudah
ni mengisi hari-hari serta mimpiku. Aku terhenyak ketika secara tidak sengaja netraku bersirobok dengann
ketika dia lewat di depanku bagai angin lalu. Seol
ulan ya
ak ibu kos ku memanggil
pa,
anya sih teman
siapa?" jawabku dengan meng
n teman satu kelasmu deh. Kalau i
mpuan", tanyaku lag
dia sudah tidak sabar. Tuh lihat saja
teman satu kampus. Jangan-jangan seperti kemarin?" perasa
bahkan meng-klaim dirinya kekasihku. Serta eda
jen dari kelas pagi. Yang terus merangsek dan memporak-porandakan hubungan kami. Apalagi saat netraku secara
ku membalasnya dengan tersenyum manis, seo
k tahu malu!" har
s silat ku. Sehingga dia tersungkur dan berdarah-darah. Tapi apalah dayaku. Ini lingkungan kampus dan aku tidak b
usahaan penerbangan. Pernah sedikit dia mengungkap jati dirinya, jika kuliah yang saat ini dija
berkali-kali melihat jam tangannya. Aku yang tidak ny
apa H
emuiku nanti malam
ya kita ada mata k
acara family gathering dan yang masih buj
h itu
ermalukan dengan kesendiriank
ikl
menjempu
aja dimana nanti acaran
nggrek, la
ee
*
ian, semenjak
kiri kanan mengikuti irama lagu kegemarannya, seandainya saja tak ku ikat pinggangnya dengan selendang
setiap pergeraka
adahal baru sebulan yang lalu dia putus dengan sang pujaan hati yang arema itu. Tapi
, tapi tak kutangkap siluet "Hendri, dimana dia?" batinku. Ketika rasa lelah merasuk