Luka Batin Istriku
g mendekati ranjang Adel dan menemukan Adel yang masih terlelap dengan nyenyaknya. Ku raba kening Adel yang semalam pana
dari belakang dan berhasil mengejutkannya ya
ngkapan kamu di kamar, di sofa kamar kita. Sebentar lagi aku akan sel
elum berlalu melaksanakan perintahny
idangan lezat yang Tari masak sud
a, Dek." Ujarku dengan semangat
an lupa minum vitamin juga." Titah Ibu padaku saat Tari
lihat Tari hanya duduk tanpa meng
terlebih dahulu." Ujar Tari dengan menundukan
k pernah ikut makan. Mas rindu kita makan sama-sama lagi." Jujurku. Memang sejak Tari melahirkan Adel, ia sudah tidak p
makan terlebih dahulu. Kamu makan saja dan jangan jadikan itu pikiran unt
ku menyinggung hal ini. Aneh memang, jika ibu menyusui akan lebih sering m
juga harus makan yang banyak karena kamu harus berbagi nutri
melihatku menyuapkan makanan kedalam mulutku. Seperti seorang yan
in." Ku dekatkan satu sendok
usah,
ali
Manis sekali menurutku. Senyumnya yang tak pernah berubah meski pip
a, Dek.
ang." Ucapnya dengan menjauhkan
Senyum yang baru saja merekah seakan hilang entah keman
khawatir dengan perubahan
ulu. Nanti aku kembali lagi." Tari berlalu meninggalkanku tanpa s
apa
yang banyak, Pras. Ha
Ibu. Tak ku ketahui kemana perginya Tari sejak tad
dulu ya." Teriakku saat su
nitip Laras dan Adel." Tuturku pada Ibu ya
jaga menantu dan cucu Ibu." Jawab
yang lalu itu berjalan terponggoh menghampiriku lalu mencium takzim tanganku. Aku yakin
apa-apa dengan Adel." Ku kecup pucuk kepala Tari
*
atasan yang membuatku kembali mengecek berkas-berkas yang akan aku bawa. Nanti siang akan ada pertemuan
dokumen yang sangat penting di ruang kerja pribadiku di rumah. Cer
h untuk mengambil dokumen yang sempat tertinggal. Rasa haus di tenggorokan membuatku memutar
kanan sisa yang sudah berada di wastafel. Memang barusan aku tidak menghabiskan sarapanku kare
takkan kembali piring yang jelas-jelas ia
i meja makan hingga kamu makan makanan sisa seperti ini?" T
ri katakan dengan air mata yang keluar
t?" Teriakan Ibu mengge