Bayangan Tak Terlupakan
nggalkan kelas mereka. Fatih berjalan dengan langkah kecilnya ke luar, duduk di teras
besok ketem
teman yang lain, yang belum pulang, ses
lah dijemput oleh Ibu dan Ayah mereka masing-masing. Sementara Fatih masih duduk di tempat itu h
dengan keringat yang menetes dari dahi, mata
ya sedikit bergetar, ia bergegas masuk ke pelataran, melihat anaknya dengan ekspresi campur aduk.
" Arya berjongkok sambil
ang. "Nda pa-pa, Yah. Fatih tau pasti Ayah datang." Dia segera memeluk Ayahnya itu, l
wa anaknya merasa kesal. Mereka berdua pulang, menyusuri perjalanan dengan cand
s itu dari masa lalunya, dia masih sama, masih cantik dan manis seperti dulu. Gadis itu memakai
ementara Fatih yang berada di pundak
" Fatih menunjuk
menyembunyikan keterkejutann
anan, Arya pura-pura mengabaikan
i tadi menyadari kehadiran Arya dan Fatih,
e, Ar?" sap
yum malu, mengingat dirinya
ku, namanya Fatih." Arya menurunkan anakn
antenya!" ucap
." Fatih segera menciu
teng," ucap Sita gemas, sed
ada satu kata pun yang keluar, hanya beberapa pertanyaan dasar, lal
enakan baju daster panjang dan jilbab biru sedada, berdiri di teras rumah. Wajah kekhawatiran muncul saat
apat melewati ibunya itu tanpa amarah. Namun di
enapa baru pulang?" ucap
da serendah mungkin, dia tau adab jika dia berha
Basir ke kantor, lalu menjelaskan beberapa kejadian yang m
sama kamu. Kalau ada apa-apa gimana coba? Umi sudah bilang, Fatih tinggal
tih mencoba mencairkan s
sana! Ganti baju, terus m
i masuk ke dalam den
ih hati-hati dan lebih tepat waktu lagi."
Lain kali, kalau misal kamu gak bisa j
h, U
i tua sambil membaca beberapa buku kitab, sa
ualaiku
kamu, Ar? Jam segini baru pulang,
erjaan terus lupa liha
mu bisa fokus ngajar, Umi sama Abah biarpun
h kan anakku, aku gak bisa ka
tih selama ini sendirian, apala
kus saja sama kerjaan kamu, sisan
aku. Arya terima kasih sekali Umi dan Abah san
uma kasihan sama kamu, sama Fatih. Itu saja,
n pelukan kasih sayang. Kebersamaan di rumah ini menjadi salah satu hal yang membuat hid
gan hadirnya Fatih sudah lebih dari cukup baginya. Meski di setiap kesempatan jika Arya berkumpul, atau bertemu dengan
r?" Pak Arif--guru penjask
h ...." Arya m
k di kantor, meninjau nil
biar Fatih punya Mama baru. Nant
membalas Bu Heni-guru Bahas
i orang itu. Terkadang, mulut mereka hanya asal mencetus demi terpuaskannya hasrat keingin tahuan yang ada pada diri mereka sendiri. Mer