Terjebak Pesona Papi Gula
lo Pak
an untuk merealisasikan imajinasi semacam itu, aku dengan senang hati bersedia me
dak seharusnya kau mendengar hal itu. Aku hanya gugup, da
tu terjadi Lizzie berharap
rima kasih," tutur Lizzie lagi mencoba untuk menutupi seluruh rasa mal
axon. "Tapi apakah kau aslinya seperti ini? seingat
segera kabur darisana. "Jika berkenan t
sedikit menyakiti hatiku." Lizzie mengedarkan pandangan, dia mendapati ada beberapa pasang mata yang melihat kearah mereka. Ji
, tapi ada kedai kopi di dekat gedun
Hai terima kasih sudah datang dan menjadi pembicara hari ini. Mata
aan Levin disini sangat membingungkan. Tapi Lizzie berharap mereka tidak mengenal secara personal, mengingat Daxon tadi ba
tu," sahut Daxon santai. Saat mereka sedang asyik be
Bukankah harusnya kau sudah
hat jam disana. Raut mukanya terkejut.
janji akan membelikannya minuman nanti, walaupun kemunculannya agak aneh karena beberap
*
professornya cukup bijaksana dan memberikan keringanan kepada Lizzie untuk mengumpulkan tugasnya dilain waktu. Mungkin Lizzie harus bersyukur karena lagi-lagi situasi memi
el latte?" ujar Lizzi
ku akan siapka
ma ka
etnya. Lizzie sempat melirik buku sketsanya tadi, terpikir baginya untuk mengerjakan sisa tugasnya disini. Tapi
masuk kelas seni tadi dia memang sempat mengajak pria itu untuk minum kopi. Tapi tidak mungkin dia mengingatnya dan benar-benar ada disini menungguny
ya kau te
sudn
a? sekarang aku sudah disini menunggumu selama kurang lebih dua jam," kata Daxon sambil menyeruput kopi milikny
esalnya dia. Dia masih membawa buku sketsa di tangannya dan membungku
rdengar menggoda tapi ekspre
uncul di kelasku sebagai pem
otong Daxon cepat mem
ang sama sepanjang waktu dikelas tapi
atur ekspresi wajah dimuka umum ad
n bertumpu pada sikunya. "Oh ya, kau seor
lakukan di kelas psikologi kriminal padaha
untuk lulus.
ngat omong kosong seperti
Daxon terangkat dan dia menatap wajah Lizzie lekat-lekat se
Daxon balas menyeringai padanya. "Aku
than
endiri. Apa ini langkah yang benar? Bisa-bisanya dia bertemu dan mengobrol seperti kawan lama pada pria yang menjadi
meja dengan sepiring besar penuh kue. "Aku berta
iring tersebut, mengerutkan alisnya. "Bukanka
tenang. "Tapi aku juga bisa
irnya Lizzie menyerah dan memutuskan mengambil sepotong cheese c
dengan kela
i aku terkadang merasa bahwa aku melakukan ke
Kau bisa dengar ini atau tidak tapi sesekali mengacau itu bukan masalah. Ka
uak dan tidak tahan dengan seluruh penolakan yang ayahnya berikan. Ini sulit dan membuatnya tertekan. Tapi disisi lain dia merasa terpenuhi. Pria asing ini rupanya berprof
ran-gambaran saat mereka bersama berkelebat dalam otak Lizzie. Bibir yang sama yang memberinya ciuma
lingkan muka keluar dari jendela. Semen
, wajahmu terlihat sangat
dian bangkit dari posisinya. "Aku harus pergi," ujar Lizzie. Dia tidak mau ambil resiko bertingkah aneh dan tidak masuk akal didep
ndapatkan nom