"Nak, Ayah mohon kamu mau menikah dengan Nak Adam, Cucu satu-satunya Juragan Zein," pinta Sabda Ahmad, ayahku dengan wajah penuh harap. "Ya, Nak! Hanya kamu yang bisa menggantikan pernikahan Kakakmu, besok. Maafkan kesalahan Ayah dan Ibumu, yang menjadikanmu sebagai Istri Pengganti dari Asma. Dia tega sekali, diam-diam telah pergi." Wajah ibuku nampak memelas. *** Seperti mimpi buruk yang sedang menyapa, gadis belia seumurku harus menerima kenyataan pahit yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Di mana, kepulanganku untuk menikmati hari libur Semester, malah terpaksa harus menjadi Istri Pengganti untuk kakakku sendiri. Apa penyebab Kak Asma pergi di malam sebelum pernikahannya? Apa penyebab Ayah dan Ibuku terus memaksaku untuk menikah, menggantikan Kakakku? Seperti apakah sebenarnya, sosok calon Suami Kak Asma yang bernama Adam Kusuma Wardana itu? Apakah pernikahan terpaksa ini akan berjalan lancar atau sebaliknya? Ayo, ikuti Cerita ini, Guys! Jangan lupa berikan komentarnya, untuk novel ini, Guys! Ikuti Akun penulis : Otor Luar Binasah. Terima Kasih.
--Happy Reading--
Tidak ada satu wanita pun yang menginginkan memiliki suami tidak sempurna. Namun, jika itu sudah takdir atas jodohnya dari Tuhan yang maha kuasa, mau dibilang apa? Percayalah, setiap apa yang menurut kita baik, belum tentu menurut Tuhan juga baik. Sebaliknya, setiap apa yang menurut kita buruk, boleh jadi menurut Tuhan itu sangat baik.
***
Namaku Annaya Ahmad, usiaku baru genap dua puluh tahun. Aku biasa dipanggil Anna oleh orang-orang yang mengenalku. Statusku masih anak mahasiswa semester empat, jurusan ekonomi. Aku anak kedua dari dua bersaudara, atau disebut anak bungsu yang harus selalu jadi anak yang penurut. Nurut sama perintah kedua orang tua dan nurut sama perintah kak Asma.
Sudah hampir tiga puluh menit aku menunggu ayah menjemputku. Gang jalan menuju desaku, sangat jarang kendaraan yang melintas, apalagi kalau sudah melewati pukul tujuh malam, suasana desaku sunyi dan sangat jarang orang berlalu lalang.
Kesabaranku menunggu akhirnya usai, ketika melihat motor ayah dari kejauhan yang bergerak semakin mendekat ke arahku.
"Ayah..." pekikku sambil melambaikan tangan ke atas.
Ayahku tersenyum mengembang saat menghentikan deru mesin motornya. "Maaf, lama menunggu," ucap ayahku, mengulurkan tangan kepadaku. Aku pun menyambutnya dengan mencium punggung tangannya takzim.
"Tidak apa-apa, Ayah," sahutku, lalu segera naik ke atas motor dengan duduk menyamping dan memangku koperku yang berukuran kecil.
Ayah bergegas melajukan motornya kembali menuju rumah kami yang sudah sangat aku rindukan. Ya, hampir lima bulan ini, aku baru bisa pulang ke rumahku setelah menjalani ujian semester empatku, bertepatan dengan hari pernikahan kak Asma yang akan berlangsung besok pagi. Aku mendapatkan hari libur dua minggu lamanya, setiap selesai ujian semester.
Hampir lima belas menit jarak tempuh menuju desaku, akhirnya aku dan ayah pun sampai di depan rumah yang sudah terpasang tenda untuk pernikahan kak Asma. Kedua bola mataku menyapu semua sudut ruangan yang tertata rapi dan indah. Semua warna di dominasi dengan nuansa hijau, kesukaan kak Asma.
Banyak bunga-bunga tersebar di beberapa bagian, dengan semerbak harum yang menyeruwak menusuk indra penciumanku. Aku terpejam, menikmati setiap hembusan harum bunga mawar dan melati yang tersetuh semilir angin malam.
"Ayo, sayang!" ajak ayahku, membuat aku tersadar dari belaian harum bunga yang membuat aku sekejap terbuai.
"Eeh, iya, Ayah."
Aku mengekori langkah kaki ayah yang bergerak, sambil menarik koper kecilku yang berisi pakaian dan barang-barang berhargaku yang tidak seberapa itu.
Banyak para kerabat dan tetangga rumah yang menyambut kedatanganku dengan raut wajah yang sulit aku terka. Begitu juga dengan ayah, ternyata merasakan hal yang serupa denganku.
"Ada apa?" tanya Sabda, ayahku. Dia terlihat bingung, aku pun sama. "Di mana istri dan putriku, Asma?" tanyanya lagi.
"B-bu Diana ada di dalam kamarnya," sahut ibu Atun terbata.
"Ya, Ibu Diana ada di kamarnya," sahut yang lainnya ikut menimpali.
Ayahku mengangguk, kemudian bergegas menuju kamar, setelah mendengar jawaban dari kerabat dan tetanggaku. Aku hanya mengekori langkah kaki ayah, untuk menemui ibu. Setelah menemui ibu, baru aku berencana menemui kak Asma.
"Kamu di sini saja, Anna. Jangan masuk dulu!" cegah ibu Atun menahan lenganku.
"Kenapa? Aku hanya ingin bertemu dengan Ibuku. Aku merindukannya." Aku berusaha untuk membantah.
"Kamu akan segera tahu, setelah ini," ujarnya. "Lebih baik sekarang kamu segera membersihkan diri. Biarkan kedua orang tuamu bicara berdua."
Aku menaikkan satu alisku dan mengernyitkan dahiku heran. Di dalam otakku banyak pertanyaan yang sedang berkecamuk. Ada apa dan kenapa? Mengapa aku tidak diizinkan menemui ibuku sendiri?
***
Aku terpaksa melangkahkan kakiku ke dalam kamarku terlebih dahulu, untuk membersihkan tubuhku yang sangat lengket dan capai. Setelah itu, baru aku akan menemui ibu dan kak Asma. Aku ingin menghabiskan malam terakhir kak Asma sebagai seorang gadis lajang, karena esok hari kak Asma sudah berubah statusnya menjadi seorang istri.
Baru saja aku berganti pakaian, pintu kamarku sudah diketuk dari luar. Aku tersenyum riang, berpikir ibu dan kak Asma yang datang menemuiku. Pasti, mereka sangat merindukanku, karena sudah lama kami tidak bertemu.
"A-ayah," ucapku lirih. Apa yang aku pikirkan ternyata salah.
"Bolehkah Ayah masuk, Anna?"
"Silahkan, Ayah!" aku memberi jalan ayahku masuk ke dalam kamar. "Ada apa, Ayah? Ibu dan Kak Asma di mana?" tanyaku sambil menatap heran wajah ayah yang terlihat muram dan sendu.
Ayah duduk di bibir ranjang, lalu mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan-lahan. Sepertinya, ada sesuatu yang ingin disampaikan kepadaku, terlihat bibirnya mulai terbuka.
"Ayah ingin meminta tolong kepadamu, Anna." Ayah menatapku dengan wajah nanar dan kedua bola matanya berkaca-kaca. Bibirnya pun nampak bergetar dengan suara yang terdengar parau.
Aku tersenyum tipis, melihat ekspresi ayah yang tidak biasa. Hanya sekedar meminta tolong, mengapa harus sampai seperti itu?
"Selama Anna bisa membantu, Anna akan menolong. Apa yang bisa Anna lakukan, Ayah?"
"B-begini, Sayang. Ayah ingin..." Ayah menjeda ucapannya untuk beberapa saat, sambil memejamkan matanya. Nampak sekali bibirnya bergetar kala mengucapkan kata di hadapanku dengan tatapan sendu.
Aku masih menunggu ayah melanjutkan ucapannya, tidak berniat untuk mencecarnya.
"A-apakah kamu bersedia menggantikan posisi Kakakmu, Anna?" Ayah menyambung ucapannya dengan pertanyaan yang sangat mengejutkanku.
"M-maksud, Ayah?" aku belum sepenuhnya mencerna pertanyaan ayah.
"Kakakmu melarikan diri, saat Ayah menjemputmu pulang tadi. Ayah ingin, kamu yang menggantikan Kakakmu untuk menikah dengan cucu juragan Zein," ungkapnya dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.
Ayahku sudah tidak sanggup membendung air matanya yang kian mendesak untuk menetes. Akhirnya, jebol juga benteng pertahanan yang dia tahan sedari tadi.
DUARRR...
Bagai disambar petir, jantungku tersentak. Kedua bola mataku pun terbelalak, hampir ke luar dari sarangnya. Bagaimana mungkin, aku yang menggantikan pernikahan kak Asma? Usiaku pun baru dua puluh tahun, masih jauh dari harapan dan cita-citaku untuk menikah secepat ini.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa kepulanganku ke rumah malah jadi seperti ini?
"Apa Ayah tidak salah bicara?"
"Tidak, Sayang," ucapnya menggeleng pelan.
"Ayah berharap, kamu bisa mengerti, Sayang," sambung Ayah lirih, menatap penuh dengan harap.
Aku menggeleng pelan, aku masih belum bisa mengambil keputusan sebesar ini.
"Sejujurnya, Ayah pun tidak ingin semua ini terjadi. Namun, pernikahannya hanya tinggal besok pagi. Ayah pun tidak mungkin mencari Kakakmu untuk kembali ke rumah. Bagaimana dengan keluarga Juragan Zein? Bagaimana dengan para kerabat dan tetangga yang sudah membantu? Bagaimana dengan nasib Ayah dan Ibumu, nanti?"
Aku hanya bisa bergeming, air mataku tidak terasa menetes dan tubuhku begitu lemas bagai tak bertulang. Aku tidak mampu untuk menolak permintaan Ayah. Akan tetapi, aku pun tidak tahu, apakah aku bisa menjalani pernikahan ini? Menjadi istri pengganti untuk kak Asma.
--To be Continue--
Bab 1 Chapter 1. Melarikan Diri
23/11/2023
Bab 2 Chapter 2. Pernikahan
24/11/2023
Bab 3 Chapter 3. Ijab Qabul
24/11/2023
Bab 4 Chapter 4. Panik
24/11/2023
Bab 5 Chapter 5. Jatuh Cinta
24/11/2023
Bab 6 Chapter 6. Gadis Ceroboh
24/11/2023
Bab 7 Chapter 7. Gadis Kecil.
24/11/2023
Bab 8 Chapter 8. Syarat Menikah.
24/11/2023
Bab 9 Chapter 9. Kulkas Sepuluh Pintu
24/11/2023
Bab 10 Chapter 10. Mendatangi Perkebunan Teh
24/11/2023
Bab 11 Chapter 11. Curiga.
24/11/2023
Bab 12 Chapter 12. Surat Perjanjian.
24/11/2023
Bab 13 Chapter 13. Permintaan Kakek Zein
24/11/2023
Bab 14 Chapter 14. Gadis Bau Kencur.
24/11/2023
Bab 15 Chapter 15. Tinggal Di Mansion Mas Adam.
24/11/2023
Bab 16 Chapter 16. Ikut Ke Pesta
24/11/2023
Bab 17 Chapter 17. Pesta Topeng.
24/11/2023
Bab 18 Chapter 18. Sudah Bersuami.
24/11/2023
Bab 19 Chapter 19. Mabuk Berat.
24/11/2023
Bab 20 Chapter 20. Kirana
24/11/2023
Bab 21 Chapter 21. Keras Kepala
07/12/2023
Bab 22 Chapter 22. Mahasiswa Baru
08/12/2023
Bab 23 Chapter 23. Tidak Ada Cinta
09/12/2023
Bab 24 Chapter 24. Hujan.
10/12/2023
Bab 25 Panik.
11/12/2023
Bab 26 26. Point Menguntungkan
12/12/2023
Bab 27 27. Jaket Kulit
13/12/2023
Bab 28 28. Tidur Kebo.
14/12/2023
Bab 29 29. Harus Berani Melawan.
15/12/2023
Bab 30 30. Terikat Kontrak
16/12/2023
Bab 31 31. Pulang Malam.
17/12/2023
Bab 32 Kejutan Special.
18/12/2023
Bab 33 Pengkhianatan.
19/12/2023
Bab 34 Menghindar Bertemu
20/12/2023
Bab 35 Perubahan Sikap Adam
21/12/2023
Bab 36 Malas Bicara
22/12/2023
Bab 37 Mati Gaya.
22/12/2023
Bab 38 Pertemuan Mengharukan.
23/12/2023
Bab 39 Persaingan,
23/12/2023
Bab 40 Singa Berubah Jadi Kucing.
24/12/2023