IDENTITAS LAIN NYONYA BRUNO
Nana. "Gimana, Na? Kamu setuju me
t jauh. Coba kamu lihat sekali lagi." Dia menggerak
tanya Nana saat Lila s
ila semaki
. Dia meraih tangan Braja dan
mu, sebentar lagi dosenny
auhi kelas sambil memega
nsejajari langkah Nana sambil mema
sahutnya den
oh. Terus nggak lulus-lulus.
ek tuh. Bikin kuliah
Mereka saja yang tidak tahan
ndang kakeknya secara intens. "
tidak berbuat salah. M
anggumi cowok ganteng, macam kakek
dari ujung rambut hingga kaki. "Kakek tuh sud
dengan tangannya. "Aku berusia delapan belas tahun. L
?" dia semakin mengerucutkan bibi
Puspita. Kamu sudah meninggalkan aku berpuluh-puluh tahu
berteriak kala gadis itu sudah m
, Kek!" dia berlari k
iul kencang saat melihat gadis cantik
g membelakangi membuat dia tidak bisa meli
gang sempit di seberang jalan
pa B
. Dia berlari
sana kan, tidak ada ja
hat gadis itu masuk gang sempit
ewa kemarin mengatakan kalau disitu jalan bun
Na
yang la
si P
, be
knya. "Kita kesana, yok. Aku akan bukt
uang seratus ribuan di meja sebelum mengajak
. Mereka mengedarkan pandangan ke seluruh su
panas di mulut gang. Mereka tidak menggubris kedatangan Jhon
ang. "Find a room, will you!
s! Urusi saja urusan kalian sen
rah. Dia menujukan tanda '
. "Sangat memalukan menjadi bagian
. Aku tidak akan
tidak mungkin kamu nanti lebi
enemukan belahan jiwaku, aku tidak
meninju lengan saha
sini." Jhon memindai sekel
sah. "Tapi aku tidak mungk
n menemanimu
n." Dia merangkul pundak Jhon. Meng
egelapan, ada ruang lapang ber
sedikit pun. Hanya suara jengkerik
nya. Saat menoleh ke belakang, cah
a atau pun bangunan yan
mel Jhon. Dia menoleh ke samping.
idak mau mati penasaran
l rasanya. Tapi kita tidak men
ksudmu,
daknya melihat bayangannya." Dia melihat lurus ke depan. "See, jalan ini han
benar,
atau ada pintu rahasia dibalik dinding-dinding
ang dengan tatapan mengeje
ngan tanah di sebelah sini." Dia menginjak
ghampiri saat melihat ger
an ke anehan
. Bahkan dia menempelkan satu teling
ampuan mengendusmu, sobat. Jangan bilang gegara g
Jhon. Sejak aku datang ke pulau
au musuh-musuhmu melaku
. "Tidak mungkin kakakku tersayang, in
nson, kan? Dia selalu punya seribu satu c
an menakut
sangat mengejek. "Bruno Col
engkel, Brow. Mau kuti
u. Mau menemaniku latihan, sobat?" Jh
hal yang sama. Bahkan dia sudah memasa
rang. Mengintip kelemahan lawan. B
pelipis Bruno. Tetesan darah
berulangkali, menjaga mat
ke arah Jhon. Dia yang tidak s
rdiri, hendak
ngotori tempat suciku!" ben
ung menoleh. "Hei, darimana