Ternyata Aku Istri Kedua
erempuan
seharusnya aku ambil, membiarkan Mas Arya dengan kebohongannya, atau aku harus mengungkap semuanya. Tapi, bagai
entar," pintaku pada Mama, ketika kami seles
puan itu?" jawab Mam
san, kenapa Mama bisa tahu, kalau aku akan menemui perempuan itu, t
" kembali Mama memindai wajahku,
abku seraya meng
ania," bentak Mama, s
pa, Mama tidak berhak melaran
mu jangan melakukan tindakan
kut andil dalam kebohongan i
" jawabnya gelagapan, te
enelisik wajahnya. Terlihat se
perti tidak nyaman
emui perempuan itu," ujarku, seraya menya
ak Mama, seraya mengejarku
kaca spion mobil, Mama tengah menelpon seseorang. Siapa yang tengah Mama hubung
n kecepatan tinggi, berharap cepat sampai kerumah itu, aku sud
ponsel yang berada didalam tas, seraya mengurangi kecepatan mob
mbali mengirim pesan.
u menemui perempuan itu] itu isi pes
a, kenapa ia bisa tahu, jika aku a
esan kemb
ergi pada pukul tujuh
u, kembali aku menyimpa
an yang melingkar dipergelangan, masih menjunjukan pukul
wasan perumahan elit itu. Kenyataan apa yang akan aku terima setelah
itu, terlihat dari kejauhan, Mas Arya ta
l, Mas Arya terlihat sendiri. Tidak lama, iapun melajukan mo
ah itu, tampak didepan sana, pagar besi yang menjulang t
njaga disana, untuk kembali membukakan pagar bes
ca mobilku, akupun menurunkan
nya sedikit membungkuk, karena
ah ini," jawa
sa?" tanyan
siapa nama perempuan itu, akupu
sebelumnya?" kembal
k," jawab
onya dulu," terlihat, ia merogoh ponse
bincang lewat telepon, tidak la
tangan masih memegang ponsel tersebut, seper
jawabku
ak lama setelah itu, terlihat ia mengakhiri teleponnya
ukanya, lantas mempersilahkan mobilku untu
lah aku membuka pintu mobil, dan menginjakkan kaki
at begitu mewah dan megahnya rumah ini, bahkan kalau dibandingkan dengan ru
du dengan lantai. Sesekali aku membuang napas secara kasar,
kat tangan untuk meraih tombol bel, cukup hanya satu k
h tangga, yang memb
langsung, setelah pint
gugup, kenapa ia
ar saya panggilkan nyonya," ucapnya ramah, seraya berl
liling, isi didalamnya, tidak kalah mewahnya. Mataku tidak le
ih tepatnya foto, yang menempel didinding. Dan itu foto Mas Arya beserta perempuan dan anak laki-laki itu. Di
a begitu berat, rasanya sesak, sampai un
gh hels beradu dengan lantai, langkah kaki
elambaikan tangan, dengan menguk
u dibuat terkesima dengan perempuan itu, ia begitu cantik,
embali sapanya, seraya me
u, menyambut ul
k," ia menunju
kahnya, dan bersama-sama, me
untuk datang kesini," ungkapnya
hu namaku?" tanyaku menatapnya, aku tepis sem
u kesini, ibumu sempat melarang kamu
puan itu, bahkan ia tahu semua tentangku, siap
aat Arya tidak ada di rumah." ungka
sam