Istri Terlupakan Mr Casanova
i sayang suasana hatinya mendung seperti langit Kota Birmingham saat ini. Dia sengaja datang seorang diri meme
kat. Namanya Naladhira, terus menyeka air mata yang menet
ungan sudah pasti. Sebagai calon ibu, dipenuhi ketakuta
n, dokter dan perawat berlarian menuju bangsal IGD. Sayup-sayup mendengar percakapan tenaga
i pamit hendak mengikuti balapan motor di salah satu sirkuit. "Oh
intu penghubung antara poli dan IGD. Nala meremas kesepuluh jari, ce
ua pikiran buruk dalam otaknya. "Aku harus pulang. Past
k acuh, tetapi dering pada p
ra Nala bergetar, seketika benda
orang di balik telepon meruntuhkan hari
t buncitnya, Nala menghampiri sang suami yang
k hitam pekatnya terbelalak melihat tetesan darah berjatuhan ke lant
ngisnya, jujur Nala tak ingin kehilangan
ut buncit Nala menegang, ragany
long bawa ke ruang perawata
rawatan intensif. Tekanan darahnya meningkat, suhu
hingga selang infus yang sebelumnya berwarna bening berg
jah Theodore, teringat kalimat te
ntik." Pria itu menciumi perut buncit sang istri. Lalu menitipkan pesan a
yangi kalian. Jangan lupa ya. Aku berangkat dulu Nala
pertanda lain. Ia tidak membutuhkan podium kejuar
dilakukan oleh dokter terhadap Theo. Dokter kandungan melarangnya terlalu
audari kembar Theo. Penuh perhatian meng
Ia membaca pesan pada ponselnya, betapa
ngan wajah berbinar. Baru semalam berpi
ya, pesan
mungkinkan. Namun, ibu hamil itu memohon dan memak
lihat jika suaminya tengah duduk melempa
il Nala ketika pi
penyambutan yang mem
ukan kamu. Peluk." Nala tidak sungkan
lergi dekat-dekat perempuan kampungan." Ketus Theodore
ujung kepala hingga kaki. Satu sudut bibir terta
h santai menghadapi suaminya, ia tahu betul
an kegundahan hati yang menyelimuti sejak kemarin. Tetapi secara tega
ya terpasang kan? Masih
." Nala memajukan bibir, tetap beran
a, sampai tubuh wanita itu mundur satu langkah. "Satu lagi,
ring datang menemui, berpura-pura saling mengenal kemudi
yi di balik topeng, ternyata hatinya busuk, tujuannya menjerat pria kaya
n seksi, cukup berguna dan enak dip
i kamu. Bukan orang lain." Sentak Da
tu? Hahaha. Jelek." Tawa The
ak mengingat Naladhira. Tim dokter segera memeriksa kondisi pasien prioritas ini. Dugaan semen
pi secara tegas ditolak, pria itu merasa sehat, "Kepalaku baik-baik saja, kenapa h
riksaan lagi. Sebaiknya kalian semua kembali bekerja, atau aku rotas
lutmu, Theo!" dadanya naik turun, napasnya memburu, kata-kata yang
Perempuan kasar, tidak tahu diri, penggoda. Lebih baik kamu bercermin, wajahmu s