Pembalasan Istri Kampungan
s E
yang ada di dalam genggamannya terjatuh begitu saja. Rasa sesak dan pedih seketika menyeruak
sedang merangkul mesra pinggang seorang wanita, bahkan tak ragu untuk men
isa bersama wanita itu?" gumamnya dengan tet
gah berdiri dengan memegangi ponsel mereka. Orang-orang di sekitarnya mulai menatap ke arahnya dengan tatapa
riak Nara meng
pasang mata tertuju padanya. Seketika suasana yang tadinya terasa bahagia dan khidmat p
bertubrukan langsung dengan tatapan Evan, yang nam
sa ada di sini?" gumam Evan pelan, d
ng sama sekali tak pernah ia harapkan kedatangannya. Salah satu tangan pria itu pun terlihat
lebih kecil. Tubuhnya terhempas begitu saja ke sebuah pilar besar yang ada di s
Tanpa memberikan jeda, ia semakin mencengkram pergelangan tangan Nara sampai memerah. Evan seolah tak
mungkin, agar percakapannya tak terdengar oleh siapa pun yang ada di sekitarnya selain
itu padamu, Mas!" hentak Nara dengan
Apa ini alasannya kamu menceraikan aku? Jawab aku, Mas! Tolong jelaskan semuanya pada
a ke arah lain sesaat, hingga netranya kembali tertuju pada wanita yang
p Evan sambil menunjukkan sebuah cincin baru yang me
datang baru yang sangat cantik, yang tentunya sangat berbeda
a, kalau kita sudah bercerai? Ingat! Kau ini bukan lag
ak
jah tampan pria itu. Sorot mata Nara memancarkan gelombang emos
ang berapi-api. "Bisa-bisanya kamu mencampakkan aku, setelah me
ut hitam yang ada di hadapannya. Ia menjambak rambut Nara tanpa perasaan, hing
mempermalukanku, Nara!" ger
antan suaminya hingga terjatuh, sampai akhirnya datang beberapa petu
olong jauhkan dia dari tempat ini, karena aku tidak mau acara pernikahanku rus
duk dengan menahan rasa malu. Ingin rasanya Nara berteriak menjerit, melepas segala kekesalan pada Evan. Namun sayangnya, saat ini tubuh
a yang telah membohongiku
seret menjauh. Perempuan itu dibawa dengan cara yang tak manusiawi, hingga
atau kau benar-benar kami laporkan pada petugas rumah sakit jiwa!" usir
membuat hatinya perih. Seumur hidupnya, ia sama sekali tak pernah membayangkan aka
? Kenapa hidupku h
bali melanjutkan langkahnya hendak menyebrang dengan tatapan kosong. Tujuannya tak jelas
sul ayah di alam sana, agar aku bisa kembali merasa bahagia seperti dulu?" gumam
itarnya. Untuk saat ini Nara benar-benar pasrah, ia sama sekali tak lagi mempunyai hasrat untuk
put aku di