Pembalasan Istri Kampungan
t apa
mplop yang masih tertutup rapat. Dengan tangan yang bergetar, ia mulai membuka isi
menceraikanku tanpa sepengetahuanku? Apa salahku?" gumamnya tak p
Entah nasib sial apa lagi yang tengah menimpanya, hingga detik ini tangannya bisa menggenggam sebuah s
arus meminta konfirmasi langsung dari Mas Evan!" b
nsel di kamar. Nara masih berusaha berpikir positif, sampai langkah
pulang!" ujar Nara bersemangat, sa
a baik-baik dengan Evan. Namun sayangnya, pria yang telah mengetuk pintu rumahnya itu ternyata bukanlah pria yang diha
kang. Nyalinya seketika menciut, di saat beberapa pria berba
umah kediamannya
sendiri, dan Evan itu suam
ng pada pihak bank, dan tidak bisa melunasinya. Sehingga mulai b
ar
ncur. Baru saja beberapa saat yang lalu batinnya terguncang berkat hadirnya surat perceraian
i," ucap pria berkepala botak tersebut, sambil menyerah
, hingga mulutnya kembali terbuka dengan napas yang ke
l gabungan sisa hutang suami A
an yang datang secara bersamaan di hari ini. Kini tak hanya tangannya saja yang bergetar, tetapi mulutnya jug
ta yang semakin luruh. "Sudah lebih dari sebulan ini Mas Evan belum pulang, karen
untuk lebih jelasnya lagi Anda bisa tanyakan langsung pada suami Anda sendiri," ucap pria itu
tup wajah. Nara tak tahu apa yang tengah terjadi pada Evan, pikirannya sudah terlanjur
tinggal Mas Evan di Jakarta! Aku harus segera menemui
terasa lemas, ia tetap mencari semua data diri Evan. Tak ada satu pun yang dilewatinya, hi
ada di tempat ini sekarang!" ucap Nara yang seketika langsu
henti meremas ujung baju yang tengah dikenakannya. Ia terlalu takut, karena ini adalah momen pertama kali dirinya meninggalkan kampung halaman
ta! Ja
ya ia bisa sampai di tempat tujuannya. Sehingga dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun tu
beberapa angkutan umum dulu, supaya bisa ke sana," ucap ora
t selama ini Evan belum pernah mengiriminya uang. Itu pun adalah sisa uang simpanannya,
ga cepat ketemu suaminya," ucap orang tersebut sambil mengembalikan kembali secari
gkutan umum berwarna merah dari stasiun bus tersebut, sampai akhirnya ia menyambung menumpang angkutan um
ambil melihat sebuah papan nam
r hampir memenuhi pinggir jalanan. Hingga akhirnya, dengan ragu-ragu Nara pun kembali menyusuri beberapa rumah yang ada di sana. Ia mencari
ni tidak