Mahkota Sang Dewi
deh. Ditelpon, kok, nggak bisa," gumam Fina, mencoba mengh
mendorong kursi roda ibu-ibu yang baru
saya perbuat," ucap bapak yang tadi telah mencuri dan hampir Mutia
melihat ibu yang merupakan korban dari perbuatan pria ini memaafkan den
at setelah semua orang kembali ke tempatnya masi
a ada urusan dengan suster se
etidaknya Ibu dianter ke ruangan Ibu dulu. Kan, kalau kayak gitu, Ibu jadi sendirian nggak ada yang jagain
is di depannya ini. Selain baik, gadis ini juga ceria dan lucu. Tiba-tiba saja mengingatkannya pada
rang dari belakang, me
aran, siapakah yang dipanggil dengan nama
Tet
ana aja, sih? Lama banget ke toi
idak gatal. "Aku emang kesasar, terus n
k tangan ibu tersebut dan mencium punggung tangannya. Berbeda dengan
akah yang dari tadi dipanggil Mut
'kan, Bu? Iya, dong. Saya memang cantik." Mu
jah Mutia agar berhent
akutnya Teteh
ik. Baru saja mereka hendak mencari Mutia dengan petunjuk yang minim, Allah sud
Putri dari Yuda dan Div
pertinya ibu ini mengenali orang tu
ain ke rumah karena kata kamu masakan Ibu enak. Mun
utkan keningnya. Berusaha mengingat n
saya Mira yang kepa
a. Dia tidak percaya bahwa akhirnya bertemu lagi dengan
kat dan memeluknya begitu erat. Kedua matanya terpeja
kamu. Kamu sudah besar dan sangat cantik," ucap Rar
tap lekat wajah Rara yang berubah setelah bebe
Kedua mata Mutia berkaca-kaca. Gadis itu t
ngan tenang, tidak ingin Mutia khawatir
il suster," ucap Fina. Dia sendiri bingung harus bersikap baga
" ucapnya dengan bibir yang mencebik,
Nanti kalau sudah selesai kontrolnya, Teteh
galkan ibu tersebut dengan Mutia sendirian. Lantaran
ada yang nemenin. Iya, 'kan, Mutia?" Rara me
udah langsung nyusul, ya, Teh. A
i Umi telponin ke anak Umi
gia. "Asyik! Ayo, Mi! Aku dorong ke k
masih belum berubah. Dia sangat ceria, aktif, dan men
Mutia memutar kursi roda
akal." Fina memperin
i hal tentang kehidupan sekolahnya setelah perpisahan mereka dulu. Hal yang paling Mutia ingat, Rara adalah te
dengan lembut atau disertai candaan. Sehingga sama sekal
ring berantem
ngkan lengan Rara di lehernya, kemudian
udah dewasa, ya." Rara sedikit terkejut dengan
Tapi, sumpah, tubuh Umi Rara ringan banget.
kstrakurikuler PMR. Jadi, udah biasa
lu mengaitkan anak rambut gadis itu ke telinga. "K
get cari ribut. Sering banget buka sesi ceramah, padahal Mutia males banget dengerin! Mutia pikir, setelah married Abang bakal sedikit berubah. E
itu,
. "Jadi, Umi Rara bukan menany
laki-laki yang suka sama kamu. Tapi, bagusnya kecantikan kamu cuma dit
ia
mi k
Temen-temen juga begini. Jadi, agak aneh kalau pakai kerudung.
n, Sayang. Menutup aurat. Tujuannya agar tidak menimbulkan syahwat untuk laki-la
kumnya, tapi belum siap untuk ngejalanin aja. Mungkin kalau udah nikah atau udah punya anak, aku akan coba istikamah
ndapat hidayah lebih
gak, sih? Mutia, tuh, kangen banget sama Umi. Dulu Mutia pikir, Mutia nggak akan ke
mi boleh sakit, tapi harus cepet-cepet sembuh. Jangan lama-lama di rumah sakit. U
merasa nyaman ada di dekatnya. Padahal dia hanya selalu senang menjadi pendengar untuknya karena ocehan-ocehan ajaib gadis itu selalu b
stik berisi mi ayam pesanan bundanya. Dia sendiri masih bingung keti
sedangkan Mutia tidak dengar dan masih menidurk
us-salam,"
a tentang siapakah perempuan yang sedang duduk di sebelah Rara
bakal menjalani hari-hari dengan sangat indah. Ada banyak banget yang pingin Mutia ceritain ke Umi. Kehidupan re
endengar gadis itu menyebut dir
ah wanita yang telah dipilih Rara untuknya? Padahal baru kemarin dia menemukan tempat kerja ayah Mutia dan
Husein mendekat ke brankar. Dia baru menyadari a
a dengan cara langsung menunduk. Membuat Mutia tersinggung karena
ya memang m
n membuka aplikasi kamera. Namun, tidak ada apa-apa. Wajahnya mas
egas keberadaan pria itu, selain karena
tadi, Rara terkekeh. "Dia anak
mata. "Umi punya anak co
pondok. Makanya, kam
an tangan di depan Husein. "Gue Mutia, Bang. Bisa dipa
a, menolak dengan halus jabatan tangan Mu
" jawabn
erasakan kesal yang berlipat ganda. Dia me
kterinya, kok. Selalu
empuan yang dipilih bundanya ternyata begitu menggemaskan dan cantik. Walau memang dia tidak punya perasaan
ya hampir jatuh ke selokan. Udah gila lo ninggalin Umi sendirian di lorong? Kalo ma
pat dilihat wajahnya sangat gelisah
-pa, 'kan? Gimana kondisi Bunda? Maafin Husein, ya, Bun.
makin kesal. Padahal dia bisa berbicara sepanjang itu kepada bundanya, kenapa tidak ke
. Untung ada Mutia. Ter
ya sekian detik, dia langsung meliriknya begitu tajam. Mengeluarkan jurus ketusnya kala menghadapi pria-pria
*