Silver Eyes
i panggung ini jika kamu tidak mau luk
n itu semua orang ter
ang tampaknya muram dan sedik
a besar. Karena banyak sekali orangnya. Dan ad
k kepada yang lain, "Sebaiknya kau suruh anakmu itu tu
n barusan, Ko Bun San!" kata seorang wan
endidik putraku agar tidak mudah menyerah. K
ayah dari orang yang sedang bertanding dan
mpak seseorang telah terlempar dari atas
utra dari Bun San ya
an tampaknya ia menangis sambil berkata
eri tanda kalau dia baik-baik saja. Tetapi ketika
ang, "Pertandingan kali ini di menangkan kembali
ma Siau Lan itu m
janganlah kalian mengikut sertakan dia lagi. Yang lain saja sudah kalah lebih dahulu. Kenapa dia ha
ang mendengar itu ter
ntuk memberi pelajaran kepada pemuda itu, tetapi tangan Bun San cepat mencegahnya sambil berkata, "Jan
gin lihat sampai di mana kehebatan jurus pukulan telapak tangan dari keluargamu yang katanya sudah mencapai tin
menyatakan kalau semua orang juga hendak melihat jurus tingka
capan tersebut, mereka tampaknya lebih memperha
ah jurus itu di hadapanku, Bun San! Jika kamu berhasil mengalahkan Siau Lan
un temurun berada di dalam Istana tidak akan tergeser kan walaupun
ng tadi mengatai Bun San segera mendekati
alian urus saja sendiri nama dan keluarga baik kalian. Aku dan
apa-apa dengan kalian. Termasuk dengan putramu, kali
ompat ke atas sambil berteriak, "Siau Lan! Sebaiknya kamu mundur. Biar Ayah yang menghadapinya!" gerak
un dari panggung. Sedangkan semua orang sudah kembali fokus dengan kedu
nya. Dan dengan tenaganya ia mendorong ke a
ali ini dia sepertinya tidak menanggapi dengan sungguh-sungguh seran
erba salah. Ia tidak dapat membela keduanya. Karena
berkeluarga. Bawaannya tidak enak. Mengalah tidak enak. Mau
sebut. Dan ia kali ini tidak mau kehilangan putranya lagi. Maka dari itu ia mengacuhkan apa yang di katakan sang
lam istana mau tidak mau segera melompat naik ke panggung sambil mengerahkan
rkan api. Lalu dengan kekuatan sedang ia mendorong te
biksu Saolin datang melompat dan mendekati mereka berdua
dan mereka pun membiarkan biksu itu me
mengalirkan tenangnya sejenak. Akhirnya ia menggelengkan kepala
epada pemuda itu, tetapi di cegah oleh biksu sambil berkata, "Sekiranya nyonya lebih memperhatikan putra anda. Kala
Ciu San sempat mendengar, "P
rapa orang muridnya. Sedangkan Tiong San juga menoleh ke arah adiknya sambil tersenyum sini