PANTHER & DEA
mbil memamerkan cincin dan gelang indah mereka. Beberapa pria dan wanita tampak berpakaian kerja yang rapi. Seorang pria kaya mendengus sombong sambil memperl
ari mereka memberi isyarat dengan menganggukkan kepala. Secara bersamaan, keduanya langsung berdiri. Seseorang bergerak menghadap ke arah kanan dan lainn
ara mereka. "Serahkan semua dompet, tele
asaran. Setelah menatap senjata api yang digenggam oleh kedua pria itu, desah nafas tertahan para penumpang segera terdeng
satu per satu penumpang. Di hadapan senjata api, beberapa penumpang yang ketakutan terlihat buru-buru mengeluarkan dompet
ampok sambil menggerak-gerakkan ujung senjata apinya pada seorang penumpa
ntuk memberikan apa pun juga pada perampok itu. "Aku tidak memiliki apa pun. Tembak saja aku kalau kamu ber
ui sebuah lubang peredam suara yang terpasang pada ujung senjata api. Raut wajah pemuda yang marah segera berubah terkejut dan berikutnya berubah menjadi wajah yang meringis kesakitan. T
hkan aku," kata perampok berwajah bengis
tan itu tepat di kepalanya dengan menggunakan gagang senjata api. "Hayo siapa
sibuk mengeluarkan harta mereka, seorang pria yang memakai jaket kulit berwarna hitam, masih terlihat duduk dengan santai sambil mengeluarkan dua buah
sudah tiba di depan pria itu, sambil mengacungk
ampok di depannya. Dalam satu gerakan tangan yang cepat, arah senjata api tersebut sudah berbalik pada perampok tersebut. Dengan sedikit dorongan dari lengannya ke depan, moncong senjata api langsung melekat pada bahu
Syutt....
Hanya terdengar suara desahan tertahan dari mulut pria itu dan matanya yang menatap tidak percaya. Tubuhnya kemudian terjatuh di atas lantai kereta api m
bagiannya. Perampok yang dipanggil segera berbalik. Ia melihat seorang pria yang berdi
membuatnya berteriak kesakitan. Senjata api ditangannya terlempar jatuh dari genggamannya dan mendarat di atas lantai kereta api. Tidak berhenti sampa
hnya sudah terkoyak hingga terlihat tulang putihnya. Jari telunjuknya kini tergantung pada sedikit daging y
epat. Pria bertopi biru berjalan tiga langkah dan menghadap pada seorang penumpan
jata apimu den
erti..." kata pria tua
n mengarahkan senjata api pada
uarkan sebuah senjata api yang terselip di b
ersebut dan membuangnya sejauh mu
tutmu," pe
a setengah baya
iakan keras dari pria itu segera terdengar menyayat hati. Para penumpang wanita menutup mata ketakutan. Lengan pria tersebut dalam
gannya dan dengan gerakan cepat, bagian-bagian senjata api tersebut b
annya dan bersandar dengan tenang sambil melihat pemandangan di luar kereta api yang sedang bergerak. Para penumpang masih te
ampok yang terjatuh di atas lantai kereta. Pemuda bertopi biru melihat sekeliling dan menatap pada seorang
ggammu," sahut pria itu ringan.
n besar yang segera membungkuk d
kan pandangannya keluar dari kaca jendela pintu kereta api, terlihat tidak peduli. Para penumpang terlihat bergerak perlahan-lahan
nti dan pintu keluarnya ter