PANTHER & DEA
rjalan masuk pada sebuah gerbong kereta api yang lain. Dia masih harus melewati dua stasiu
Ia yakin, tidak akan ada sidik jarinya yang tertinggal pada senjata api para perampok itu. Matanya menatap pada
nap berumur sepuluh tahun, ia menembak mereka berdua dan ikut mengubur masa lalunya. Mata Panther tertutup dan nafasnya menjadi tenang. Ia tidak membutuhkan masa la
.
unci salah satu lemari sewaan di dalam stasiun kereta api. Lemari-lemari sewaan itu biasanya menjadi tempat peyimpanan baju ganti, alat-alat pancing, sepatu, atau barang-barang pribadi lainnya
besi yang tersusun berderet-deret. Sebelum tiba di tempat itu, ia berhenti berjalan untuk melihat pada sebuah televisi yang tergantung di peron stasiun. Televisi itu
umahnya dengan pesawat pribadi miliknya. Panther tersenyum sinis dan kakinya bergerak kembali. Tokoh itu sebenarnya meninggal dun
a juta dollar sebagai uang pembayaran untuk membunuh tokoh penting itu. Ia menghabiskan hampir enam bul
hir. Ia sudah berjanji pada dirinya akan pensiun setelah misi ini. Berikutnya, ia akan hidup tenang dan bahagia dengan Sophie, jauh dari perkota
beberapa orang yang berlalu lalang dengan seragam atau pun pakaian kerja. Mereka semua terlihat memiliki pekerjaan yang pantas. I
lu dan suci hingga tergantung dari apa yang menyebabkan mereka kehilangan kesucian itu. Kemiskinan, pemerkosaan, ditipu oleh kekasih mereka,
darah yang mengalir keluar dari tubuh orang itu, melihat denyut jantung serta nafasnya yang perlahan-lahan menjadi lambat dan akhirnya berhenti
annya, seorang pembunuh juga merasakan hal yang sama. Pembunuh yang berhasil membunuh musuhnya karena dendam dan
yang sangat besar. Terlebih lagi jika saat itu kemiskinan, kelaparan dan ancaman telah me
rupa atau pun jahat. Selama mereka membayar, mereka akan dilayani. Begitu juga dirinya, tidak pedul
rani lebih pen
kan pernah melupakan kesenangannya saat ia pertama kali membunuh musuhnya di usia sembilan tahun dan membebaskannya da
ehingga menjadikannya profesi, untuk mendapatkan uang dan sekaligus kenikmatan. Ia menikmati saat me
tembakan, muak dengan bau amunisi, muak pada peluru yang bersarang pada tubuhnya beberapa kal
tuhkan k
ip pada nomor yang tertera pada kunci di tangannya, 735. Matanya perlah
ng dua juta dollar ditambah dengan tabungannya, dia akan dapa
g tenang. Ia sudah membeli sebuah rumah kecil di dekat danau, penduduk yang ramah dan kota yang damai. S
seoran