Sahabat Bad Boy VS Dosen Moody
k ditemui Susan, matanya tiba-tiba membulat d
rtai serpihan tanah dan beberapa tangkai bunga mawar yang kondisinya pa
annya. Tidak tahu dari mana asalnya. Dia pun segera merapikan serpihan-serpihan itu, lalu masuk menaruh bunga da
dengan sang pria idaman, tapi tidak menyangka pagi ini
gegas berangkat ke kampus tanpa memikirkan kejadian tadi. Karena
lah apapun, dia berjalan mendekati sekumpulan teman-tema
ni Kuis. Belajar juga enggak pa
agunya sambil mengingat-ing
Dia cepat menarik kursi lalu duduk membuka-buka lembaran kertas sambil membaca mode cepat
lah seorang teman menyodorkan dua hela
" tanya Susan m
gitu, sih. Bantu dosen penelitian ka
odata dan sederetan pertanyaan, tertera dua nama yang tertanda di lembar bagian
yakan dan mengikuti prosedur. Mungkin bisa menambah nil
profil di nomor kontak sang pacar, sesaat menerima pesan masuk darinya. Dia tidak ingin
ah sepi. Tiba-tiba Susan menabrak pria setinggi 187cm yang sedang repot membawa tumpukan ke
ada panik. Lalu cepat-cepat berjongkok memunguti
a. "Kalo jalan hati-hati kamu. Matanya
uh sebesar itu lebih cocok di Afrika ber
uesioner yang tadi diisinya di dalam kelas. Namun, Susan mengabaikan pik
ih dipanggil bapak padahal dia saja masih
gi." Susan berulang-ulang mengangg
mbil masih berdiri memperhatikan mahasiswi bertubuh kecil
tetapi, gengsinya cukup tinggi mengakui kesalahan karena keluar ruan
ngan tergesa-gesa memberi kabar, bahwa data mahasiswa yang diikut sertakan dalam pen
nya terlalu sedikit, harus kualitatif. Satu kali sesi mereka tidak hadir, maka hasilnya tidak akan valid, itu akan m
bijaksanaannya." Bu Ike mengak
n merepotkan setelah ini. Terima kasih." Brian terpaksa memas
selepas Bu Ike keluar ruangan. Pria berdarah inggris itu b
ih, agar tidak pernah lolos satu sesi pun dalam konseling nanti. Ya, tid
*
i ruangan rapat antar mahasiswa jurusan. Sejajaran kursi diatur sedemikian rupa membentuk satu lingk
sesi konseling. Tanda tangan persetujuan peserta disem
lkan diri. Sampai kemudian Bu Ike memperkenalkan Br
g yang akan memberi pengarahan hingga sesi empat mingg
yar laptopnya, kemudian bangkit dar
i wajah si pria. "Ya, Tuhan! s
Bapak." Dia berjalan maju ke tengah lingkaran ku
tersenyum memandangi beberapa mahasiswi yang salah tingkah
, dia bahkan merosot di kursinya untuk menutupi diri de
gur sikap duduknya. "Mbak? Mbak jaket b
an melepas jaketnya. Setelah melihat ke Bu Ike, gadis itu lal
!Haha. Kena kamu!" Bri