Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
ajah takjubku seketika mekar saat melihat gaun-gaun pengantin yang tertata rapi. Aku pernah membayangkan akan menjadi seorang putri kerajaan saat mengenakan gaun pengant
cocok dengan gaun ini." Mama memberi
agaimana cara makanku yang sudah hampir mirip kuli. Memiliki tubuh yang ideal tanpa harus menjalani proses yang disebut diet membuatku sangat bersyukur. Hal ini bisa kusebut mukjizat, bukan? Di saat orang lain menahan hasrat untuk makan ma
t aksen mutiara menambah kesan anggun dan berkelas. Bagian dada sedikit terbuka, memperlihatkan tulang selangka yang sedi
emang tampan, dan sangat cocok berpenampilan seperti itu. Namun, aku tak akan terjerat dalam pesonanya yang tampak luar biasa. Orang lain mungkin akan dengan mudah jatuh hati padanya, tetapi aku tidak seperti itu. Dia laki-laki
puji Tante Mira yang jug
gga membuatku mengali
itu," pungkasnya tanpa menoleh padaku. Ia tiba-tiba sibuk membuka lembaran majalah fashion. Keningku berkerut samar
i, seketika aku meng
erlalu kasa
n," kata si pelayan yang mengg
mbuat kenyang dan b
ian dijo
engan
luar b
biasa dari hubungan yang te
endingnya selalu membuatku senyum-senyum sendi
ng yang berhasil dengan pernikahan yang tercipta karena perjodohan, tetapi yakinlah jalan yang mereka tempuh tidaklah mulus. Namanya
aya yang terlihat antusias melihatku. Berbeda dengan lelaki berwajah datar
Apa ini lebih baik d
ia komentari. "Sesuaikan gaun dengan usiamu." Ia kemudian beralih pada gaun-gaun yang tergantung di etalase, menyingk
ik-baik saja. Rasa kesal menguasai diriku. Namun, hal itu tak berselang lama. Saat si pelayan memuji kecantikanku. Apa iya? Kutatap pantulan tubuhku di
dibuka untuk kesekian kalinya. Gara-gara laki-laki itu, mereka harus menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Harusnya acara memil
*
Ia merentangkan tangannya dan segera memelukku setelah aku mendekat
ilnya. "Kamu sih, beta
elarangku pulang. Katanya Bunda ba
a berkata seperti itu seola
lalu menggendong tubuh gembulnya masuk ke da
itu adalah di mana bunda dan ayah
n ini akan membuatnya menjadi anak yang sangat bahagia. Aku paham dengan dirinya. Sedari kecil ia dirawat oleh mama dan aku. Tante Mira juga kerap mengasuhnya jika keluargaku tiba-tiba memiliki keperluan penting. Sejak Lala berusia tiga tahun, T
duduk di ruang tamu. Aku menaikkan alis tak mengerti maksudnya,
h kami, ia mendekat dan membi
h, Bunda bisa membe
p terkejut dengan penuturan yang sepertinya
, aku mohon. Temanku yang bernama Laras memiliki seorang adik laki-laki yang sangat imut. Setiap hari ia memamerkan tingk
mengabulkan harapan Lala? Itu
mengacungkan satu jari. "Eh ... dua,
engkap. Eh, anak ini malah meminta hal yang aku pun sulit untuk mengabulkannya. Adik? Andai aku bisa berproduksi sendiri, mungkin hal itu sudah kuiyakan saja. Akan tetapi, melahirkan