Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
gkan tentang kesibukan yang akan kurasakan kelak menjelang pernikahan, tetapi sepertinya mimpi itu tak akan bisa kugapai. Tak ada acara pilih-pilih cincin, memilih desain
la kemauanku. Rasa semangat itu tiba-tiba pupus ketika aku kemba
Seharusnya aku menikahi laki-laki lain, bukan si hantu kutub
pa? Di kutub a
ng pria men
tiba-tiba datang seperti itu. Bikin gue jant
yang begitu rapi. Jangan lupakan gigi kelinciny
lo ngomel,
atkul, sedangkan gue lagi dalam mode malas. Bawaannya
ngar celotehanku yang m
mau cepat
ngiran. "Mau gimana lagi, Dev
at ber
rus ngulang beberapa matkul yang nilainya nauzubillah." Seketika aku me
bener-bener dongkol. Padah
i. Namun, aku tak pernah menganggap hal itu serius. Meski aku tahu bahwa hatiku sudah jatuh pada dirinya, tetap saja, aku tak boleh gegabah dan terang-terangan memperlihatkan rasa sukaku pada Devan. Dia pria yang sulit untuk kujangkau, terlal
nya jam segini udah nem
"Tadinya gue mau pulang, tapi karena lo kelihatan gelisa
a pusing mikirin nilai.
lupa mengelus puncak kepalaku. "Jangan setres. Gue nggak mau
g membuatku klepek-klepek seperti kecoa telentang. Sosok positif vibes yang membuat orang akan tersenyum. Ia perhatian padaku. Ralat. Sebenarnya ia perhatian kepada hampir semua wanita yang ditemuinya. Oleh sebab itu, aku
endiam. Bagaimana jadinya jika kami bersama? Yang ada aku akan frustrasi menjalani hari. Kalian tahu, kan, orang ekstrovert justru akan menggila saat berada di tempat yang tidak semestinya. Bayangkan saja, aku yang suka jingkrak-jingkrak seperti jangkrik harus memaksakan diri
n yang selama ini membara seolah ciut dan menghilang bak ditelan bumi saat berhadapan langsung dengan bapak yang ganasnya mengalahkan singa. Hidup di tengah-tengah keluarga dengan piki
k melahirkanku, bukan? Jadi untuk apa aku berterima kasih? Ini disebut hubungan timbal balik. Aku lahir karena kemauan mereka, jadi jika ada yang
i tawuran, jangan langsung men-judge atau meneror anak dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Jangan mencap bahwa anak itu nakal dan tak tahu diuntung. Orang tua harus introspeksi diri, apa saat dia muda dulu tak melakukan
rikan kelak padanya, tetapi satu lagi anak bukanlah jaminan, bukan pula investasi masa tua. Banyak orang tua yang mengharuskan sang anak merawat mereka saat tua kelak dengan alasan karena mereka pula telah merawat sang anak sejak dini. Sebenarnya