Suamiku Detektif Berdarah Dingin
Matahari perlahan-lahan muncul di balik hamparan pepohonan, cahayanya menyelinap melalui celah-
tuk menangis. Rambut coklat panjangnya tampak berantakan dan kasur di
rapat di sekeliling Carly. Kedengarannya luar biasa keras di rumah besar dan sepi it
sendiri, membuatnya merasa was-was. Pikirannya langsung terpaku pad
pintu - satu-satunya alat pertahanan yang dia miliki. Dia membuka pint
ak agak kaget melihat Carly, tapi sebelum dia bisa berka
l baseball, memandang Carly dengan ekspresi terkejut tapi ten
carkan ketakutan dan keberanian. Pria itu, Ray, memperkenalka
n. Tapi mungkin itulah yang membuat pertemuan ini spesial. Ray, detektif berdarah dingin, dan Carly, anak tak d
mu?" tanya Carly, sambil mengendalik
ekspresi santai. "Saya Ray," jawabnya dengan suara yang tenang. "Saya b
yang membuatnya merasa... aman. Dia memandang Carly dengan tata
menjadi suamiku?" tanya Carly dengan n
si terhibur. "Tidak, kecuali kamu menawarkan d
dia keluarkan dalam waktu yang lama, dan itu terasa baik. Ada sesuatu tentang Ray, dengan si
masih tertawa. "Tapi hanya jika kamu bisa membuktikan
nya, memegang tangan Carly dan berjabat tanga
enggigit bibir bawahnya, "kamu ma
isa membuat perjanjian," jawabnya dengan suara datar. "S
esar sedikit. "Memasak?" ulangnya, d
wabnya, senyuman mengejek bermain di bibirnya. "Jika kamu membiarkan s
pikir keras. Kemudian, dia mengangguk, tersenyu
an dengan Carly. "Deal," sahutnya, s
untuk membiarkannya tinggal. Ia harus memasak setiap hari, sebuah tugas yang tampaknya tidak mengganggunya. Dan Carl
suatu yang bisa dinantikan. Sesuatu yang lain selain kekecewaa
menggenggam tangan
Carly menambahkan, "Oh, dan satu hal lagi, Ray. Tak
kemudian dia tersenyum dan mengang
n. Namun, di atas semua itu, ada kebahagiaan yang muncul, sebuah sentuhan hangat yang menggema di hatinya. Ia tak per
rasa hangat. "Aku rasa, aku sudah tak sanggu
ut dan pengertian. "Aku paham, Carly," sah
akan terjadi selanjutnya, tapi ia yakin bahwa se
*
ang kusam dan debu tebal di mana-mana, perabotan yang berantakan dan tak ter
an nada sarkastik, menunjuk ke sekitar ruangan dengan ekspresi sinis.
asa malu dan sedikit terpukul. Namun, setelah beberapa saat, dia
suaranya penuh nada sinis. "Berbeda dengan pri
akhirnya tertawa. "Touche, Carly," sa
: sebuah dinamika yang penuh dengan sarkasme, humor, dan kenyamanan. Sesuatu yang membua
iap benda dalam ruangan itu. Semuanya dia ingat, semuanya dia catat dalam pikirannya. Memahami lingkungan baru a
y membuyarkan konsentrasinya. "Kau tahu, Ray," ucap Carly dengan nada bercanda, "gayly akan mengatakan sesuatu seperti itu. Bukan kata-katanya, melainkan intu
rsenyum tipis. "Kamu benar
a memerah, namun kemudian dia tert
sekali. Tapi aku harus hati-hati, tampaknya aku t
detektif, dan Carly yang tampak lemah dan murung, mereka berdua memiliki lebih banyak kemiripan d