GADIS TAWANAN SANG MAFIA
A BA
duli air mata Selena bercucuran hingga membasahi kerah kemeja putih
irinya ditarik paksa dari kamar kosannya oleh dua oranganya di kampus. Semua bayangan kebahagiaannya untuk berbaur dengan teman-teman ba
bisanya. Namun, dia tetap dita
Selena dengan kain putih yang sudah diberi cairan oba
saat sadar, sudah ada seorang pria mengenakan b
enyuman pria itu begitu jahat dan penuh dengan kemenangan. Denga
KAU TULI YA?"
tuk paras wajahnya yang tampan. Selena yakin semua peremp
inya pada pria itu sekarang. Pria
cing kemeja putihnya yang lusuh. Dia m
i sikapku. Tolong jangan lakukan
rnya dia lakukan. Dia bahkan tak pernah merasa melakukan hal buruk semenjak dia pergi ke Jakarta untuk melanjutka
tegas dan kuat mendekati Selena yang berada di atas ranjang. Dalam sekejap mata, pria itu suda
ba meronta tapi pria itu mengunci ta
emperbaikinya kalau kamu mau memberiku kese
a itu. Dia berharap hati nurani pria itu bisa
an tanpa rasa kasihan sedikit pun, tangan pria itu m
edih, dan pedih menjadi satu merasuk ke
martabat. Seolah-olah Selena hanyalah sebuah boneka pemuas naf
Dia berharap saat terbangun
*
a bermata elang itu. Dia duduk di tepian balkon kam
tengah isinya dipenuhi dengan red wine berwarna me
mbali menanyakan kabar sopir almarhum papanya yan
kannya, Tuan Jeno," ujar
di permukaan asbak agar segera padam. Tangannya mengambil gelas wine-nya dan kembali meminumnya hingga tandas. "Papaku sudah merintis organi
Roy. "Kami akan mem
lakaan. Malam ini aku akan datang ke acara per
an?" tanya Roy. "Apa Tuan ak
angka jika gadis itu masih perawan. Seharusnya dia tak bersikap sekasar itu tadi. Namun, amarahnya tak bisa dia bending.
an menggunakan gadis itu sebagai umpan
dan kejam. "Kamu sebar saja informasi tentang dia agar ayahnya segera da
uan," ja
di meja. Tangannya kembali meraih botol win
ncana yang harus dia lakukan untuk mempertahankan po
bisnis ilegal di Indonesia. Bisa dikatakan, mereka termasuk mafia bertangan bersih karena semuanya diorga
upomo, Papa Jeno. Sekitaran 30 tahun lalu, ketika krisis moneter menya
ma, Jeno benar-benar murka. Dia tak bisa menerima kematian Supomo dan hilangnya stempel itu. Padahal, tahun depan adalah masa krusial karena S
di tangannya. Aliran red wine bercampu
h terbangun. Pandangannya melirik tajam gadis
desis Jeno. "Kau harus bert
tempeli pecahan kaca gelas yang bercampur dengan red wine dan aliran darahnya