Mengejar cinta Kayana
am
ari ini ia terima. Rasanya tulang belakangnya seperti dipukul palu ratusan kali. Matanya yang tadi tertutup kini
sahutnya malas. Satu tangannya menekan tombol loudspeaker dan menaruh
berang mala
tkan dahinya lalu menarik ujung bibirnya remeh. "Gue hanya mau tany
singkat. Suara di sebe
ahun dan rencananya mau ada kejutan di sana. Nah, gue mau belii
, ada di lantai dasar mall ya
atas infonya. Jang
i jangkauan matanya. Ia kembali menutup matanya dan berharap bisa memim
*
r
tengah berdiri di samping meja kerjanya dengan menampilkan wajah sombong tidak ramah. Kayana hanya mendengus m
engar. Laporan yang sudah pernah ia kerjakan dikembalik
a mati muda?
erti ini mudah toh. Kamu hanya pindahkan k
uk
icara. "Kamu saja yang kerjakan kalau begitu." Kayana berdiri lal
erada di ruangan yang sama dengannya. Mata Kayana melirik ke kiri dan kanan menco
Saya adukan ke Pak
lak
gil Kayana. Ia pun berdiri menampilkan wajahnya yang lesu kurang bersemangat. Dari
ana mengangguk. Langkah gontainya terlihat jelas hingga
! T
sang manajer. Tak lama kemudia
as
alamnya sambil berjalan menunduk ke arah meja man
an kepalanya. Manajer berusia tiga puluhan itu menghela napas kesal lalu membuka kacam
kan lebih baik nanti siang saja. Saya lagi pu
-blakan. Itulah mengapa saya masih pert
uan Pak Angga
saya ubah." Angga berdiri lalu berjalan ke arah kursi yang ditempati Kayana. Ia mendudukkan diri
ada gerak-gerik Angga yang mencurigakan. Pria berstatus
makan malam hari i
dengan balasan senyum remeh dari bibirnya. "Maaf, Pak
lam dengan keluarga saya yang kebetulan sedang bera
Kayana berdiri lalu membungkuk h
annya. Kayana berhenti lalu menoleh ke arah manajernya itu. "Kenap
a saja, Pak Angga bukan pria yang sesuai
agar saya bisa menj
Ini sudah di luar kewajiban saya untuk menjawab da
atapannya terus terpaku pada wanita cantik yang telah lama memikat hatinya
*