Gadis Rahasia Kapten
n menghitung jumlah uang yang ada di dalamnya. Terlalu banyak dan penuh. Semua lembaran-lembaran uang itu terlihat
mu," kata seorang anggotanya yang gundul setelah
ra wanita polos seperti Helen. Uang itu sangat cukup untuk membawanya keluar negeri. Tentu s
i antaranya membopong Helen yang masih tak sadarkan diri ke dalam "rumah merah". J
egar. Jiwa-jiwa dan nafsu mereka haus, menuntut dipuaskan s
tat sintal Helen yang masih tidak sadarkan diri. Tubuh Helen diturunkan di a
g menerobos paksa matanya yang masih belum sepenuhnya sigap. Perlahan ia me
nya dengan tatapan menghina. Tidak hanya itu, Helen kini tengah dipandangi oleh puluhan pria-pria hidung belang yang diselimuti kabut nafsu sambil membawa sebuah kertas denga
terasa sangat berat saat mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di sini. Ingatannya hanya terhenti saat Constantine menjemputnya lalu apa ya
menangis dan meratap. Sungguh ia ketakutan. Tak pernah ia bayangkan jika liburannya bisa jadi semenakutkan ini. Helen berjanji pada dirinya sendiri. Ia tida
ang tidak ia kenal. Helen hanya tahu tulisan angka-angka itu diangkat oleh beber
kali sambil mengetuk palu tiga kali lalu disambut dengan tawa renyah dari seorang pr
bopong dan dibawa entah ke mana. Helen meronta dan k
u! Kumohon!" doa He
idapatnya. Bahkan beberapa orang dengan lancang mengusap bokongg sintal ataupun betisnya yang mulus. Helen ingin menjerit tapi suaranya tertahan. Hanya air mata yang bisa menggenang. Helen se
mendapatkan tawa dari pemanggulnya. Bagaimana bisa ia berada di sini? Ia benar-benar dijebak oleh iblis tampan, Constantin
da satupun yang meresponnya. Bahkan pria
yang mendengarkanmu karena mereka sudah
itu pasti sedang membodoh-bodohkannya sekarang karena berteriak mem
gi susananya temaram dengan dinding berwarna pink gelap yang begitu misterius. Hanya ada sebuah ranjang, meja kecil dengan botol-botol minuman keras dan bebe
sa pergi. Ia bahkan kesulitan berdi
ucapnya miris pada dirinya sendiri. Seandainya ia mendengarkan ucapan ayahnya untuk pulang, p
t yang membuat semua wanita dan pria di sana jadi menggila dalam sekejap. Ia yakin obat itu juga ditujukan untuknya.
en. Ia malah meninggalkan Helen di kamar itu sendirian. Sejenak Helen menghela nafas lega. Setidaknya ia tidak perlu menjadi t
luar pintu kamar. Semakin terdengar jelas, semakin menakutkan.
rang pria yang ia lihat di bawah p
dengan senyuman mengembang. Ia menutup pintunya. Ini waktunya me