Cinta Tanpa Syarat
*
ak bisa kalau harus tenang, ini sudah kesekian kalinya, dan ia yang p
nggu ketika Asraf mengatakan Jarrel kumat lagi, alhasil Senaru terpaksa tancap gas menuju Puncak ma
Jarrel yang lagi-lagi terjadi, padahal Senaru sudah seringkali mengingatkan kalau a
malam ini, mumpung jalanan begitu lengang Senaru menaikan jarum speedometer, setidaknya ia memiliki upaya yang agak brutal ag
innya, jadi ia tak perlu repot-repot mampir ke pom bensin, padahal besok pagi ada sidang skripsi di kampusnya
darannya kencang dan tak sengaja menubruk polisi tidur pun lubang-lubang kerusakan yang menganga-tetap tak menyurutkan kencangnya cara Senaru mengemudikan mobil sekarang.
, ia bisa menerjang bahaya apa pun hanya agar menemukan Jarrel secepat mungkin, jan
osisinya dengan tempat Jarrel berada semakin dekat, ia sedikit mampu bernapas lega, tak si
intu utama yang dijaga dua orang pria bertubuh kekar, meski hanya mengenakan piyama serta c
h satu pria bertubuh kek
s Kalopsia. Ada kan? Dia di dalam sama tema
kepala pelontos meragukan, ia saling mena
suruh keluar, kasih tahu dia kalau S
ingin memedulikan pria tersisa yang terus memperhatikannya. Gadis itu memang terlalu menggemaskan jika diliha
begitu saja ke dalam tanpa mendapat penolakan dari kepala pelontos tadi, mungkin Asr
luas tersebut, terlebih saat orang-orang yang berpapasan dengannya menatap geli p
u, mereka melangkah menyusuri lorong nan begitu sepi, kanan kirinya terdapat
pintu-membukanya lebih lebar dan menemukan kekasihnya memang berada di dalam sana, menjengkelkannya ada dua wanita pema
2x2 meter tersebut, ia menarik kasar salah satu pemandu sorak tersebut agar
berdiri di ambang pintu seraya menatap kesibukan Senaru yang mengajak Jarrel beran
asih seraya tersenyum getir, tangannya masih sempat mengusap lem
ekap pinggang laki-laki itu dari tepi sebagai upaya agar Jarrel tak tumbang, tubuhnya dua
bergegas menghampiri Jarrel dan melingkarkan tangan kirinya pada bahu, kini mereka melangkah
Raf? Kenapa malah l
la, capek berat dia ngurus manggung tadi.
num sih, kan lo tahu sendiri dia kalau udah bau alkohol
k di ruangan itu, pas gue
parkir, saat Asraf hendak mendudukan Jarrel di kursi depan sebelah kiri saat Senaru baru saja membuka pintunya,
au langsung duduk aja, capek serius." Senaru melangkah malas mengitari kap dan duduk di balik kemudi, ia menunggu dengan sabar saat Asraf akhirnya bisa mendudukan temannya di k
seringkali Jarrel begini, laki-laki itu bukan tipikal seseorang yang kuat meneguk alkohol dengan kadar banyak, baru dua botol saja Jarrel sud
menoleh ke kanan, tangannya mulai meraba sekitar sampai menem
a, besok pagi aku ada sidang skripsi." Ia menepis tangan Jarrel yang sempat me
suara Jarrel yang minta maaf, entah minta maaf untuk kesalahan yang mana, karena malam ini
orong tubuh Jarrel hingga oleng ke kiri dan bersandar pada pintu, lebih baik seperti i
*
Hoek!
awar, padahal ia sangat membenci aktivitas seperti ini. Gadis berambut sebahu ala bob itu terlihat mengaduk susu di depan panel berisikan termos
, tapi ia lebih sering menghabiskan waktu di rumah minimalis tersebut-t
rbuka demi mengurusi seseorang yang sudah keluar dari kamar mandi, Jarrel bergerak terhuy
li menguap itu meletakan segelas susu pada meja rendah di dekat ranjang, tapi Jarrel berusaha bangkit dan menarik Senar
N
pa
u, aroma alkohol menguar dari setiap perkataannya
besok pagi. Udahlah kamu juga tidur, Ja." Ia beranjak, tapi lagi-lag
pa mengulur waktu lagi Jarrel merangkak di atasnya seraya mulai mengecupi l
itu, Senaru beranjak seraya berdecak, ia memukul lengan Jarrel begitu saja, membuat laki-laki itu justru tertawa. "Aku pamit pulang, Ja." Kini Senaru
*