Cinta Tanpa Syarat
*
imana tidak begitu kalau wajah Senaru saja sudah terlipat sejak keluar dari ruang sidang skripsi
k berkaca. "Maafin gue y
banget bahasanya nih, se
inkan haru menerima kenyataan kalau sebentar lagi dirinya menjadi lulusan mahasiswi strata satu jurusan seni rupa dan desain dari Universitas Trisakti yang legend itu. Senaru sampai mel
tu yang kini siap Senaru banggakan tatkala orang-orang menganggapnya sebagai tukang c
ak lagi ngerjain gue ka
kan kedua pipi sahabatnya. "Coba cari ada yang bohong gak di mata gue
ut juga dari kampus ini, ya ampun nggak a
ggak ada niat buat lulus tahun ini, Lin? Soal g
i." Ia merangkul bahu Senaru seraya mengajaknya melangkah. "Mendi
s ikut berhenti, mereka saling menatap. "Gue engga
ang berdecak menyadari sesuatu, ini bukan lagi hal asing yang tak pernah Lintang hada
ru sampai mengat
gat gitu minimal." Wajah Lintang masam, ia bersidekap. "Ya udah, Na. Gue pergi sendir
s mengingat sesuatu tentang Jarrel, padahal belum tentu kekasihnya balik memikirkan Senaru. Ia membuka ponsel y
tuanya yang tinggal di Palembang juga, setidaknya Senaru masih bisa menarik sudut bi
at Senaru menengadah menemukan Petra-dosen pembimbing Senaru-yang sud
menerima buket bunga tersebut, dari sekian banyak orang mengapa
dan belum menikah itu duduk, membuat Senaru kembal
g bertemu membuat keduanya begitu akrab sampai Petra tak segan berbagi beberapa masalah hidupnya menjadi suara yang merasuk indra pendengaran Senaru, sampai gadis itu tahu alasan
ngebet banget pengin lulus ya, Na." Bagaimana tidak, pukul sepuluh malam saja Senaru pernah menghubungi Petra sekadar meminta pria itu meninjau ulan
osen pembimbingnya, tapi saat Petra menghadapi Senaru, justru i
Naru kan mau fok
k ke sini, Na?" Petra sampai menatap ke segala ar
n selamat padanya hari ini, mungkin juga laki-laki itu masih terlelap setelah efek mabuk semalam. "Lagian, Senaru juga bawa m
rgi, dari langkahnya saja sudah menegaskan kalau Petra sangat berwibawa, kasak-kusuk yang beredar beberapa mah
h, gadis itu membuat pose tengah mendekap buket bunga dari Petra di tangan kiri seraya memir
dah begitu baik memberikan sedikit kompensasi waktu agar boleh datang terlambat karena sidang skripsi yang tak mungkin dielaknya, hampir semua penghuni kampus pasti menginginkan momen seperti ini-saa
*
ang ditinggali seseorang, Bella turun dari kendaraannya dan bergegas mendorong gerbang
rti kalau seseorang di dalam sana pasti belum terbangun. Namun, Bella tak ingin mengalah-apalagi d
l. Buka pi
tok-
di samping ranjang tempat terbaringnya Jarrel sekarang.
, padahal yang Jarrel inginkan hanya terlelap sampai ia merasa bosan. Suara Bella yang tak bisa berhenti membuat Jarrel
el mengudara, mata sayunya yang memera
a memprotes, ia melenggang begitu saja melewati Jarrel yang berdecak, selain Senaru m
semuanya. Padahal musisi papan atas di luar sana tinggal di rumah mewah mereka, tapi Jarrel Ganesha justru memilih tetap berlindung di bawah atap rumah minimalis satu lantai ber
, ada sisa susu putih di sana, ia menyipit menatap Jarrel yang kemb
mal
gelas tersebut menjumpai wastafel. "Kalau g
dan merogoh ponsel dari saku celana. Selain belasan chat dari
ada sidang
as atau menghubungi untuk sekadar menanyak
udah sangat rumit, dan jika orang lain sudi mendekat ia akan mempersilakannya dengan senang hati, ha
h hubungi yang lain, dan mereka lagi jalan
upnya yang mendekati 23 tahun ini, musik adalah prioritas utama, seperti udara yang membuat rongga dada Ja
musik, manggung dan semua yang terhubung dengan musik-pasti ia akan langsung datang sekalipun di awal begi
ik di posisi Merkurius, sedangkan Senaru ada di Neptunu
*