Cinta Tanpa Syarat
*
ara dari sebrang lewat air pods pada telinga kirinya, gadis itu sibuk mengemudi seraya membahas sesuatu dengan klien yang memesan ilustrasi un
ru sempat take away pada drive thru dari Pizza Hut yang kebetulan dilewatinya, Se
sebut menyita banyak waktu dan tenaga akhirnya selesai juga meski masih ada beberapa project s
h padanya, sebab Senaru tak hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaannya sebagai komikus di kanto
sebelum pulang dari kantor Senaru sempat menghubungi nomor Jarrel, tapi tak diangkat, mungkin Jarrel sibuk, jadi Senaru beralih menghubungi Be
i double penyemangat menemani perputaran kehidupannya. Pertama, skripsi Senaru dia
" sapa Senaru yang mengejutkan semua orang, ada empat personel Kalopsia-selain Jarrel-yang duduk di ruangan tersebut. Di antaranya Asraf serta Richie yan
ang lain tetap tersenyum-terutama saat Senaru meletakan dua kotak pizza di
s membuka kotak paling atas dan meraih salah satu potongannya, sebut saja Naka adalah pers
ni diacc dong." Sen
ga laki-laki itu sekadar saling menatap seraya mengedik bahu, mereka enggan ambil pusing atas tindakan Asraf yang se
Pelukan tersebut
kses terus lo," R
ar muka gue yang mesti lo ganti jadi Kim So Hyun, Na. Biar cewek
urik," seloroh Richie begitu saja, m
u, padahal di awal hubungan Jarrel selalu paling perhatian sampai saat ia memasuki belantika musik Indonesia menggawangi
ari sesuatu. "Dari tadi gue eng
ma Bella,"
bawanya menemui lantai dua dari studio tersebut, ruangan atas tak dilengkapi pintu, jadi setelah menapak anak tangga
r di sofa, sedangkan Bella sibuk berbicara dengan seseorang di
pokoknya, kasih tahu biar Jarrel jangan mabok lagi ya, Na." Bella seolah melempar semua tanggung jawabnya pada Senaru, tak perlu mendengar permintaan Bella pun Senaru sudah sering melakukannya-melarang Jarrel agar tidak menyentuh alkohol,
tekannya ujung yang tersulut api tersebut pada permukaan asbak hingga benar-b
andangan seperti itu. Notifikasi ponselnya berbunyi tepat ketika Senaru duduk di samping Jarrel, gadis itu merogohnya dari saku celana,
ar mengecek beberapa ilustrasi mentah yang masih sebatas goresan touch pad, tapi bukan
aru yang polos tanpa juntaian liontin atau aksesoris apa pun, terlebih jika di kedua cuping telinga Senaru terpasang anting-anting panjang, bagi Jarrel semakin menarik untuk ditelusuri-seperti sekarang-saat Jarrel merapatkan tub
da tahi lalat, atau si B matanya sipit, biar ada ciri khasnya, Mbak." Senaru mulai berbicara panjang lebar di ponselnya saat Jarrel justru sibuk mengecup
er gadis itu, sudah terlalu candu. Senaru menoleh pada Jarrel seraya menggeleng, memberi isyarat penolakan sebe
ang mengganggu, aroma body mist Senaru masih membaui indra penciumannya meski gadis itu sudah melakukan seguda
i lebih gampang dikerjakan, makasih, Mbak. Maaf mengganggu waktunya." Panggilan berakhir dan leher sisi kanan
apa pun atas apa yang ia lakukan pada Senaru
asalah kerjaan, yang kamu
persetujuan atau penolakan kamu, Na. Karena kamu punyaku,
J
isa. Harus bisa
ja
rus-terusan melarangnya? Ia kembali mendekat, tapi Senaru bergeser menegaskan jarak mereka, palin
elihat kamu baik-baik aja, sekarang aku pamit pulang ya takut Tante
lan
ranjak. "Inget ya jangan mabok lagi, pokoknya enggak boleh
eranjak menghampiri saat gadis
apa l
ekat tangga, yang terjadi selanjutnya sudah bisa ditebak saat bibir Jarrel membungkam lembut milik perempuannya, sedi
i ia berhenti, laki-laki itu menunduk menghampiri leher
arrel mulai beraksi disertai sapuan lembut yang mengurangi intensitas rasa sak
ara sesuatu yang jatuh membuat aktivitas keduanya terhenti, Jarrel berdec
an Asraf tengah berdiri menatap kaget keduanya setelah mendengar desahan Senaru, pecah
*