Janda Lugu
ak berdiri di samping pria yang berteriak-teriak tadi. Pria ini tak ikut membanting barang, namun ekspresi
ri pos mereka setelah mendapat
butan tolong jangan di sini," ucap seku
iajak ribut duluan. Mana itu yang namanya Arka? Pan
nyeret nama Pak Arka hingga berurusan dengan dua preman kasar ini. Setahu mereka Pak Arka adalah pegawai yang santun, selalu menyapa kala melintasi pos satpam dari atas motornya
reka berbaris cukup jauh untuk menghindar dari hantaman-hantaman
eneleponnya, kemudian memberi anggukan, menyilakan pere
berekspresi tak kalah tegang dengan pria yang disusulnya. Orang-orang di kantor itu mengenal dua pegaw
ng datang adalah
orot mata menggoda ala Don Juan, kini semua ekspresi itu terh
engejarnya sampai kemari. Bahwa mereka berani menginjakkan kaki ke tempat ini,
Arka setibanya di depan pr
pa aja ama urusan kita. Ya gue mau nagih utang lah! Lo
gelilingi mereka dari jarak jauh seakan mereka ini adalah tontonan seru. Arka menudingkan telunjuknya pada hidung si preman kemudian be
i perjanjian sebagai penjamin. Acung ngilang, berarti i
an, dari arah belakang Arka mendengar geraman buas, kemudian sebuah tubuh m
esya yang
ercikan api untuk berkobar, kedu
ndak memukul Resya dari belakang, Arka buru-buru menghadangnya, menyurukkan bahun
tnya, dia mendesis dengan bibir tertarik ke atas dan me
nnya meninju perut si gondrong yang sekeras batu, membuat Arka juga merasakan
turun tangan melerai. Mereka cukup kesusahan menahan kedua preman itu, namun akh
hitam sambil menunjuk Arka, dan bahkan memberika
i yang masih memeganginya, mengencangkan pegangannya pad
eisi orang di sana terdiam. Bahkan Resya yang sempat terpancing oleh
in tadi terdengar nyaring di lantai 1 itu. Semua orang menunduk, mereka tahu
apa ribut-ribut
lekat pas di tubuhnya, berjalan ke tengah koridor. Matanya
ning dalam
lah saya," ucap Ar
enunduk, seketika mendongak.
ng pertama kali memulai perkelahian, tapi Arka tahu bahwa temannya ini melaku
punya andil atas masalah ini, yang membuat dirinya harus turun ke lobi karena saat menyuruh sekretarisnya mengambil berkas yang dita
u aset berharga yang dimiliki perusahaan ini-dia pun mendengar bahwa ada perke
beranjak, Brian menoleh ke belakang. "Tunggu apa lagi?" ucapnya pada Resya dan Arka. Kemudian Brian mengitarkan pandangannya, "Ka
wai kontan
edikkan bahu, tak acuh. Arka menghela napas. "Ayo," ucapn