icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Janda Lugu

Bab 8 Disatroni Preman

Jumlah Kata:1095    |    Dirilis Pada: 10/12/2022

dari balik kaus hitam ketat yang dikenakannya. Kalung rantai emas menjutai di lehernya. Dia membanting kursi yang ada di seberang konter resep

ak berdiri di samping pria yang berteriak-teriak tadi. Pria ini tak ikut membanting barang, namun ekspresi

ri pos mereka setelah mendapat

butan tolong jangan di sini,” ucap seku

iajak ribut duluan. Mana itu yang namanya Arka? Pan

nyeret nama Pak Arka hingga berurusan dengan dua preman kasar ini. Setahu mereka Pak Arka adalah pegawai yang santun, selalu menyapa kala melintasi pos satpam dari atas motornya

reka berbaris cukup jauh untuk menghindar dari hantaman-hantaman

eneleponnya, kemudian memberi anggukan, menyilakan pere

berekspresi tak kalah tegang dengan pria yang disusulnya. Orang-orang di kantor itu mengenal dua pegaw

ng datang adalah

orot mata menggoda ala Don Juan, kini semua ekspresi itu terh

engejarnya sampai kemari. Bahwa mereka berani menginjakkan kaki ke tempat ini,

Arka setibanya di depan pr

pa aja ama urusan kita. Ya gue mau nagih utang lah! Lo

gelilingi mereka dari jarak jauh seakan mereka ini adalah tontonan seru. Arka menudingkan telunjuknya pada hidung si preman kemudian be

i perjanjian sebagai penjamin. Acung ngilang, berarti i

an, dari arah belakang Arka mendengar geraman buas, kemudian sebuah tubuh m

esya yang

ercikan api untuk berkobar, kedu

ndak memukul Resya dari belakang, Arka buru-buru menghadangnya, menyurukkan bahun

tnya, dia mendesis dengan bibir tertarik ke atas dan me

nnya meninju perut si gondrong yang sekeras batu, membuat Arka juga merasakan

turun tangan melerai. Mereka cukup kesusahan menahan kedua preman itu, namun akh

hitam sambil menunjuk Arka, dan bahkan memberika

i yang masih memeganginya, mengencangkan pegangannya pad

eisi orang di sana terdiam. Bahkan Resya yang sempat terpancing oleh

in tadi terdengar nyaring di lantai 1 itu. Semua orang menunduk, mereka tahu

apa ribut-ribut

lekat pas di tubuhnya, berjalan ke tengah koridor. Matanya

ning dalam

lah saya,” ucap Ar

enunduk, seketika mendongak.

ng pertama kali memulai perkelahian, tapi Arka tahu bahwa temannya ini melaku

punya andil atas masalah ini, yang membuat dirinya harus turun ke lobi karena saat menyuruh sekretarisnya mengambil berkas yang dita

u aset berharga yang dimiliki perusahaan ini—dia pun mendengar bahwa ada perke

beranjak, Brian menoleh ke belakang. “Tunggu apa lagi?” ucapnya pada Resya dan Arka. Kemudian Brian mengitarkan pandangannya, “Ka

wai kontan

edikkan bahu, tak acuh. Arka menghela napas. “Ayo,” ucapn

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka