/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Anna gadis cantik, imut, polos, dan baik hati, dia duduk di bangkus SMA kelas 3, usianya yg saat itu meranjak 17 tahun, membuatnya harus lebih bersikap dewasa, pasalnya dengan sikap polosnya itu, ia mudah sekali terpengaruh.
Anna adalah putri pertama dari Ibu Zifah dan Pak Said, selain itu ia mempunyai adik laki laki yg berusia 14 tahun, yg duduk di bangku SMP kelas 3 Yaitu Rey.
Keluarga Anna bisa di bilang keluarga yg berada, namun bukan berarti sikap sombong ada pada mereka. berbeda dengan orang lain, di saat mereka banyak di karuniai harta, di saat itulah kedermawaan yg dimiliki keluarga Said tiada habisnya, hal ini membuat para tetangganya sangat menyukai keluarga Said.
Namun tidak dengan hati gadis yg malang Ini, karna sifatnya yg terlalu polos dalam hal Perasaan, membuatnya memendam rasa terhadap seorang pria yg selama ini ia jumpai dari bangku SD, SMP, dan SMA.
Ketika ia berada di bangku SMP, entah kenapa rasa suka terhadap pria itu mulai ada, dengan sifat polosnya, iya terus memendamnya, walaupun Anna mempunyai beberapa sahabat, tapi hal ini tetap menjadi rahasianya sendiri.
Dikala itu Anna yg duduk di kelas 2 Smp, mulai merasakan apa itu cinta?
sebenarnya sudah lama ia menyukai pria tersebut, namun baru sekarang dia tau benar cinta itu apa.
Berbeda dengan pria yg di idamkannya, pasalnya ia tak pernah berbicara sepatah katapun dengan Alifah, jangankn berbicara, menatapnya pun jarang sekali.
Malik, pria idaman Anna yg saat itu duduk di kelas 3 SMP. Nampaknya hal ini juga di sadari oleh Malik, jika Anna yang terus memandanginya, apalagi dia dari SD dan SMP selalu satu sekolah dengannya.
Tapi rasa cinta terhadap Anna masih tanda tanya terhadap diri Malik.
Di saat itu, Malik yg tinggal hitung beberapa bulan untuk menentukan kelulusanya, hati Anna begitu berkecumu antara rasa sedih dan bahagia.
Hal ini membuatnya berserah diri, sekarang ia hanya bergantung kepada takdir, apakah takdir mengizinkanya kembali untuk bertemu dengan pria idamanya atau tidak.
Sudah beberpa bulan ini kabar dari Malik pun kian lamban makin menghilang, di tambah lagi Anna yg tidak mengetahui keberadaan rumahnya membuat ia makin kesusahan untuk mencari tau. Dan akhirnya pada satu titik di mana kepasrahan Anna terhadap Malik pun muncul.
Ia menyikapi hal ini dengan ketergantunganya kepada takdir, dia merasa bahwa suatu saat nanti takdir akan mengizinkanya untuk bertemu kembali dengan izin allah.
Setahun telah berlalu, sekarang Anna duduk di kelas 3 SMP, di saat itulah rasa kebimbangan dalam menentukan SMA mana yg akan ia pilih, dalam hal ragu-ragu, tapi itu semua membuatnya kembali berpikir ke takdir tersebut. Dengan hati yg bimbang akhirnya ia memilih SMA Siwalima, di mana SMA itu adalah SMA favorit dan mendapat agreditas A.
Bulan depan adalah bulan di mana OSPEK berlangsung di SMA itu, semua persiapan dan persyaratan dalam OSPEK telah ia siapkan semaksimal mungkin.
Bulan telah berganti, minggu telah berlalu, dan hari yg di tunggu telah datang.
Keesokan harinya...
Di saat semua sudah berada di sekolah, Anna yg terkendala karena mobilnya mogok, terpaksa menunggu di bengkel, namun karena rasa was-was akhirnya ia pun mencari taksi.
Sesampai di sekolah, OSPEK telah berjalan 30 menit yg lalu. ia terpaksa menahan malu yg begitu dalam, dengan badan yg gemetar, membuat ia terpaksa muncul di tengah-tengah siswa yg telah berkumpul di ruangan dari tadi.
"Deg deg deg," nampak suara jantungnya yang berpacu sangat kuat.
"Plok plok plok"
Suara kaki Anna yg melangakah menuju ruangan yang di selenggarakanya OSPEK.
Yang tadinya di ruangan tersebut terdengar ratusan suara siswa dan siswi seketika hening mendengar sebuah suara dari balik pintu.
Dengan ketokan 3x di lanjutkan dengan suara yg terlihat gematar dan menahan malu.
"Permisi"
Ketika ia melihat ratusan siswa dan siswi membuat ia merasa ingin lari saja dari tempat itu, namun mustahil bagi gadis yg polos seperti Anna melakukan hal tersebut.
Ia terus memandang ke dalam ruangan tersebut, seketika badanya tambah gemetar karena semua mata tertuju padanya.
Bukan para siswa saja yg memandang Anna dengan kebingungan bahkan staf Osis dan Guru BK pun memandang dia.
"Oh iya ... silahkan masuk tapi berdiri di depan sini," ujar salah satu dari staf Osis tersebut.
Dengan hati yg begitu terpukul dan mata yg melotot membuatnya berdiri seperti orang yg konyol, di tambah lagi pipinya semakin memerah.
/0/4940/coverorgin.jpg?v=8e6307ee33f1134969ee1e74f521cced&imageMogr2/format/webp)
/0/18326/coverorgin.jpg?v=0107b6913a2885be76710c1a85e10c41&imageMogr2/format/webp)
/0/2354/coverorgin.jpg?v=68083db55120801dd4a1daf89d10da2c&imageMogr2/format/webp)
/0/11003/coverorgin.jpg?v=4c9c871159c713d743e3a5910adc5aa8&imageMogr2/format/webp)
/0/15968/coverorgin.jpg?v=a74bdb61a47fadffa84776bc8716c2a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5553/coverorgin.jpg?v=1512eaa61d76dcbb016d1fadd17afad4&imageMogr2/format/webp)
/0/16994/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)