Heaven berlari dengan langkah tercepat yang sanggup ia lakukan, tak perduli kaki telanjangnya berkali-kali tergores kerikil tajam ataupun ranting-ranting pohon yang berserakan di sepanjang permukaan tanah. Pakaian yang ia kenakan bahkan tampak compang-camping karena berkali-kali terkoyak semak belukar. Wanita itu sama sekali tak memperhatikan langkahnya, yang ia lakukan hanya berlari dan terus berlari.
Heaven sesekali melihat ke belakang, memastikan sosok yang sangat ingin ia hindari berada jauh atau bahkan memutuskan berhenti mengejarnya. Namun Heaven rasanya ingin menjerit frustasi saat itu juga ketika melihat orang itu -entah masih bisa disebut demikian atau tidak- masih dengan gigih mengejarnya. Bahkan jarak mereka saat ini begitu tipis.
Heaven memekik saat kakinya terantuk akar pohon sehingga membuat langkahnya goyah dan tubuhnya terjerembab ke atas tanah yang keras dengan suara berdebam kencang.
Memejamkan mata, Heaven hanya pasrah ketika sosok yang sejak tadi mengejarnya langsung menerjang dan menindih tubuhnya sedemikian rupa. Mencengkeram tangannya dengan kasar dan mengunci semua pergerakannya. Heaven merasa sekujur tubuhnya kaku karena himpitan pria di atasnya ini. Heaven bahkan merasa begitu sesak untuk sekedar bernafas.
Heaven menatap dengan takut mata pria itu, pupil yang selama ini berwarna biru penuh karisma, terlihat berubah merah penuh aura pembunuh. Tanpa kata pria itu langsung mencabik dada Heaven dengan kuku-kuku tajamnya.
Heaven langsung berteriak, menjerit sejadi-jadinya ketika rasa perih yang menyayat terasa di dadanya. Darah segar mengalir dengan cepat memenuhi permukaan dada dan perutnya, bahkan ada darah yang memercik membasahi wajah pria yang tampak kehilangan seluruh kendali dirinya itu.
"Tidak!" Heaven terpekik ketika melihat pria itu menjilati jarinya yang berlumuran darah dengan ekpresi kenikmatan. Membuat Heaven merasa takut dan jijik dalam waktu yang bersamaan.
Pria itu menyeringai, memperlihatkan dua taring panjang yang menambah kesan menakutkan dalam dirinya. Taring yang Heaven sadari sepenuhnya, dulu tidak pernah dimiliki oleh pria ini.
"Tidak! Kay, sadarlah! Ini aku Heaven! Kaylein!" Heaven terus berteriak. Menggelengkan kepalanya dengan keras, berusaha sebisa mungkin menghindari kepala Kaylein yang sudah melesak ke lehernya.
Suara 'krak' terdengar dengan nyaring di tengah malam yang sunyi ini, ketika taring Kaylein akhirnya menembus kulit Heaven, menusuk tepat di mana urat nadi wanita itu berada.
Heaven memejamkan mata, nafasnya terputus-putus akibat rasa sakit yang membuat sekujur tubuhnya terasa ngilu. Kaylein yang memang kehilangan kendali sepenuhnya justru terus menghisap darah gadis itu dengan beringas, seperti orang yang benar-benar kehausan. Mengambil sebanyak apapun yang bisa ia dapatkan.
Heaven merasakan tubuhnya kian melemah, kulitnya yang putih terlihat mulai memucat, nafasnya tersengal seiring kesadarannya yang mulai menghilang.
"Kaylein..." lirih gadis itu sebelum akhirnya menyerah pada kegelapan yang menyelimutinya.
Kaylein tersentak, dengan cepat pria itu mengangkat tubuhnya dari tubuh Heaven yang tak sadarkan diri. Matanya yang berwarna merah berangsur-angsur berubah menjadi biru, warna aslinya. Dia menatap Heaven, keadaan sekitar dan keadaan tubuhnya sendiri yang berlumuran darah dengan tatapan bingung bercampur nanar. Terlihat kehilangan orientasi untuk sesaat.
/0/18045/coverorgin.jpg?v=fea81df56b162646cbf3e923ffc3e122&imageMogr2/format/webp)
/0/15300/coverorgin.jpg?v=9b2c0ebb139ed08152de41125af6ec7b&imageMogr2/format/webp)
/0/2680/coverorgin.jpg?v=db7d5eeacb44f5325d3d8920329af10e&imageMogr2/format/webp)
/0/17977/coverorgin.jpg?v=114d884632df4c7258b9ddfb7c01f2d6&imageMogr2/format/webp)
/0/5970/coverorgin.jpg?v=7a49b765355b28e13ac49333be69abdb&imageMogr2/format/webp)
/0/13326/coverorgin.jpg?v=89ec56177235baca29bbfafe75b849b2&imageMogr2/format/webp)
/0/21754/coverorgin.jpg?v=e29f74a9f8c58d85624e900a00e279e8&imageMogr2/format/webp)
/0/4406/coverorgin.jpg?v=58c06b9e512d4cbaa7ff6f716c071fa7&imageMogr2/format/webp)