Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Bunyi kertas yang mendarat di permukaan yang keras bergema di ruangan. Itu adalah perjanjian perceraian yang dilemparkan di hadapan Tamara Latif.
"Sepupumu sudah sadar dan aku telah berjanji padanya bahwa dia akan menjadi satu-satunya istriku selama dia hidup. Tamara, tanda tangani ini agar kita bisa mengakhiri pernikahan kita."
Ekspresi Tamara sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda keterkejutan. Dia sudah tahu ini akan terjadi saat dia mendengar bahwa sepupunya telah sadar.
Dia menatap pria yang ada di hadapannya dan bertanya dengan getir, "Kamu masih tidak memercayaiku, bukan?"
Satya Pranata hanya mencibir. "Kenapa aku harus memercayai wanita serakah dan keji sepertimu? Sudahlah, jangan sampai aku mengulangi perkataanku. Tanda tangani dan vila ini akan menjadi milikmu. Seharusnya itu sudah cukup, bukan? Aku telah bermurah hati."
Tamara hanya tersenyum mengejek. Pria itu benar-benar mengira bahwa dia bermurah hati padanya hanya karena dia bersedia memberinya sebuah vila.
Kemudian, Tamara mengambil dokumen itu dan membacanya. Ternyata, Satya sudah menandatanganinya. Tamara merasakan tenggorokannya tercekat dan dorongan kuat untuk menangis. Namun, dia memaksa dirinya untuk tenang.
Dia kembali menatap Satya dan bertanya, "Apa Nenek akan setuju dengan ini?"
"Kamu tidak bisa selalu bergantung pada Nenek setiap kali kamu kesulitan. Dia tidak dapat membantumu setiap saat." Satya menambahkan dengan nada dingin, "Kamu tahu betul kenapa aku menikahimu. Sekarang, berhentilah bersikap serakah atau aku akan semakin membencimu."
Tamara tersenyum dingin dan berkata, "Kamu sudah membenciku. Lalu, apa bedanya jika kamu semakin membenciku?"
"Tamara!" seru Satya dengan tidak sabar.
"Oke, aku akan menandatanganinya," ucap Tamara sambil meraih pulpen itu.
Setelah sepupunya terbangun, dia menerima banyak sekali foto mesra wanita itu dan Satya. Mereka jelas saling mencintai, jadi tidak ada gunanya Tamara tetap menikah dengan pria ini.
Sambil mengingat hal itu, dia mencoret nama vila di perjanjian perceraian tersebut sebelum akhirnya menandatanganinya. Dengan demikian, pernikahan mereka selama tiga tahun telah berakhir.
Akhirnya dia bebas.
Tamara memberikan perjanjian perceraian itu pada Satya dan berkata, "Beri aku waktu satu jam. Aku akan segera pergi setelah selesai berkemas."
Satya mengerutkan alisnya. Dia menatapnya dengan tajam dan menjawab, "Vila ini milikmu. Kamu tidak perlu pergi dari sini."
"Aku tidak membutuhkan vila ini. Bagiku, setiap tempat yang pernah kamu kunjungi ...." Setelah tertawa kecil, dia melanjutkan, "Semuanya kotor."
"Tamara!"
Mengabaikan ledakan amarah Satya, Tamara mendorongnya keluar dari ruangan itu, tidak lagi patuh seperti sebelumnya.