Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Malam Minggu kami mengadakan triple date. Aku, Kiki, dan Iqbal mengajak teman gadis pergi nonton film di bioskop.
Setelah hompimpa aku kebagian membeli karcis. Aku mengantri bersama gadis senior, gadis berbadan lekuk kurva dengan paras mirip Miyabi umur dua puluhan.
Dia menarik lengan kemejaku. "Dit, pacarmu nggak marah, ngajak jalan aku?"
"Pacar? Pacar apa? Aku singel kok. Bagaimana denganmu?"
Pipinya memerah, tertunduk kecil. "Aku baru putus dari cowokku Dit, sekitar beberapa minggu yang lalu."
Kasihan. "Rugi dia mutusin kamu. Jarang loh ada cewek lokal wajah mirip bintang film."
"Bintang film? Bintang film apa Dit?"
Alamak, mulutku keceplosan. Bilang bintang film bokep marah nggak ya? "Ituloh, bintang film … uhn, anu, Irish Bella."
Dia tertawa kecil menepuk manja lenganku. "Bisa aja kamu Dit."
Bisalah, Aditya Warman gitu loh. "Sungguh beruntung seorang cowok yang bisa berlabuh ke hatimu." Aku enggak natap yang lain, kecuali netra hitamnya.
Netra itu berbinar cerah, seperti body motor hitam yang baru dishampo pakai kit. Lah, dia malah tertunduk.
"Makasih Dit. Udah sering nge-gombal."
Jujur. "Sering, tapi yang ini bukan gombalan."
Duh pipinya itu loh merona merah seperti buah apel tiongkok, gemesin, ingin nyubit, terus yang punya pipi dikarungin bawa pulang ke kos.
"Adit? Adit UBAYA?" Aduh, suara itu kok kenal ya?
Ketika aku berbalik badan, gadis tomboy menghampiri. Judes raut wajahnya memandang kami bergantian.
"Kamu jahat Dit!" Dia mendorong, memukul, nggak peduli banyak orang menonton. Wajah basah air mata, bibir lengket, sekali lagi pukulan menusuk dada bidangku. "Kamu bilang jomblo, terus siapa dia?" Ujung telunjuk menjorok ke gadis senior di sampingku.
Aku garuk-garuk kepala walau nggak gatel, harus jawab apa? Lah dia juga kenal gadis ini, kan satu kampus. "Ya kan aku emang jomblo, jujur."
Gadis di samping ikut ambil suara, mendorong lenganku. "Dia siapa? Katamu masih singel."
Dua gadis seperti wartawan membombardir pertanyaan. Gara-gara mereka banyak mata memandang kami.
Aku harus menentramkan mereka sekarang juga "Ya emang singel. Dia bukan pacarku, kamu juga bukan."
"Dasar buaya darat!"
Tetiba gadis di depan menampar pipi kananku, terus pipi kiri ditampar gadis lain. Cenat cenut dadakan. Apes banget, emang aku salah apa sampai dapat hadiah besar di depan umum. "Hei ladies, aku salah apa?"
"Dasar playboy!" Lah, kompak mereka ngomong.
Apes banget jalan sama cewek pinginnya nyari senang, malah dapat bingkisan menyan. Jadi cowok tuh serba salah, kalau jujur dibentak, bohong dihajar, kan aku emang singel, nggak nembak cewek manapun. Ya kalau nonton bioskop berdua bukan berarti pacaran. Mereka saja yang kegirangan menginterpretasikan seenak jidat mereka. Dikira kalau kencan sekali, tandanya pacaran.
"Napa lo Dit?" Iqbal datang-datang ngajak, nunjuk-nunjuk pipiku. "Cie Adit tatoan! Ki, liat Ki!"
Kiki datang merangkul cewek. "Tato yang bagus, buat di mana?"
Bagus, lengkap sudah penderitaan malam ini. Aku menghela nafas. "Dahlah, mau pulang. Besok interview kan?" Aku cabut dari sana dan mereka mengikuti.
Interview yang kumaksud adalah pengajuan proposal skripsi. Besok Minggu ditunggu di rumah Dosen.
Iqbal dan Kiki, temanku sejak SMP. Iqbal sepelantaranku, sebagai teman yang baik dia menari-nari di atas bangkai teman, seperti sekarang, walau gagal nonton film bioskop dia punya 'kesenangan' yang lain.
Sementara Kiki lebih tenang, memang pembawaannya seperti itu. Dia tersenyum alakadarnya.
Aku dengar gadis junior yang dia rangkul protes. "Nggak jadi nonton? Harusnya kita berdua saja nggak apa-apa."
"Nonton berdua tidak asik. Lagi pula kasihan dia, baru kena musibah."
Setidaknya Kiki mengerti kapan harus menabur garam, japan harus ikut prihatin.