Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sebuah rumah mewah nan megah disusuri oleh Laura, diikuti oleh seorang pria bertubuh besar yang tadi menegur dirinya di depan gerbang, juga menggeledah sekujur tubuh. Laura ketakutan, bahkan itu belum hilang sampai sekarang. Entah siapa orang yang akan ditemui olehnya, hingga memiliki rumah dengan penjagaan super ketat dari pria-pria bersenjata.
"Tunggu di sini!" kata pria itu, nadanya sangat berat.
"Baik," lirih Laura menjawab.
Berdiri di teras rumah tanpa boleh untuk masuk lebih dulu, gadis berusia dua puluh tahun itu menoleh ke sana dan kemari, mengabsen setiap sudut halaman luas yang tampak indah. Matanya segera tertunduk, tatkala tajam manik mata mengarah padanya, dari seorang penjaga. Jantung Laura berdegup kencang, jari-jari dimainkan olehnya di depan tubuh.
"Masuklah, tuan menunggumu di dalam! Pelayan akan mengantarkanmu!" suara berat itu kembali menyeruak, Laura tersentak.
"Ba-baik, terima kasih banyak." Laura mengangguk.
Seorang pelayan wanita menanti di ambang pintu, isyarat mata diberikan oleh bodyguard padanya agar segera pergi mengantarkan. Rumah itu ternyata sungguh mewah, Laura tidak bisa untuk berhenti mengagumi. Ukiran-ukiran indah nan cantik, dilengkapi dengan perabot yang memancarkan harga jual menjulang.
Langkahnya terhenti di sebuah pintu tinggi warna hitam, pelayan di depannya mengetuk. Terdengar suara samar namun tegas, wanita berseragam putih hitam itu menekan hendel pintu. "Silakan masuk," katanya sembari mengulurkan tangan ke dalam ruangan.
Laura menelan saliva, entah mengapa ketakutannya berlipat ganda. Langkah diperintah untuk melangkah, tanpa dibiarkan melawan. Terasa udara dingin mencekam begitu ia masuk ke dalam, ruangan serba hitam yang sangat luas. Ada seseorang duduk di balik meja berwarna senada, tatapannya bak serigala siap memangsa.
"Se—selamat sore, Tuan. Sa—saya datang kemari untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh," ucapnya terbata, memaksa bibir siap membeku untuk bergerak.
Lelaki itu memutar kursi, dia berdiri dan berjalan menghampiri. Ah, dia sangat tampan dan tubuhnya tinggi tegap, batin Laura mengagumi lelaki yang kini duduk di meja, menyilangkan kaki di atas lantai dan menelisik setiap senti tubuhnya.
Laura risi dengan tatapan diberikan, dia menundukkan kepala serta pandangan. Namun, lelaki pemilik suara berat nan serak itu tak menyukai, dan memintanya mengangkat kepala. "Lihat aku saat berbicara!" katanya.
Laura mengangkat pandangan juga kepalanya, jari-jari tak usai saling meremas di depan tubuh.
"Siapa namamu?!" tanyanya.
"Laura, Tuan. Saya mendengar tentang Anda yang mencari pengasuh untuk seorang anak, untuk itu saya datang kemari."
"Virgin?" tanya lelaki itu mengejutkan.
"Y-ya?!" gugup, melebarkan kedua mata.
"Aku ingin melihatnya. Jadi, buka semua pakaianmu!" perintah lelaki bernama Greyson Haidar.
"A-apa? Mem-membuka pakai-an?" semakin gugup Laura, dia mungkin salah mendengar dan mengulang perkataan.