/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
"Jaket punya siapa? Gue nggak pernah lihat lo pakai itu." Samuel yang dari tadi diam akhirnya melayangkan pertanyaan.
"Ada lah, udah lama kok." Tian lupa, para member sudah hafal dengan pakaian yang dimilikinya.
"Tumben juga lo pakai iWatch, kemana Rolex nya?" Jimmy ikut menimpali karena melihat style Tian yang tak seperti biasanya.
Elang mendekati Tian dan mengendus jaket yang dikenakannya.
"Wah baunya bukan bau Tian ini. Lembut sekali wanginya," ujar Elang dan membuat member yang lain ikut mencium bau dari jaket yang Tian kenakan.
"Bau siapa, Tian ngaku, ini bukan bau lo." Septa mencolek dagu Tian diikuti yang lain juga.
"Apa sih, bukan bau siapa-siapa."
"Muka Tian merah guys, mukanya merah." Septa senang sekali menggoda Tian kali ini.
Tawa kembali mengudara di ruangan tersebut. Ruangan yang penuh canda tawa ya, GMC memang terbaik di kelasnya.
Pukul 11 malam, semua urusan GMC di hotel Santika sudah selesai. Member dan para staf bersiap untuk pulang. Ada yang menuju apartemen milik kantor, ada yang kembali ke apartemen masing-masing dan tentu saja ada yang tak kembali di antara kedua tempat tersebut.
"Gue capek banget hari ini." Tian memijat kepalanya yang terasa sangat berat.
"Iya, semua juga cape, Yan, kan kita tour nya barengan." Jimmy yang satu mobil dengan Tian menimpali dan menyandarkan kepalanya pada pundak Tian.
"Lo pulang kemana?" Jimmy kembali bersuara.
"Apartemen Rajawali tower 3, Pak." Tian memberitahu supir mereka.
"Lo baru beli apartemen di Rajawali? Gue ikut nginap tempat lo aja deh."
"Bukan punya gue, dan gak bisa ikut nginap," terang Tian tak mau dibantah dan tak mau disanggah.
"Aduh gue lupa bawa kartu akses nya." Tian menepuk dahinya begitu ingat bahwa ia lupa membawa kartu akses yang ia tinggalkan di meja resepsionis.
"Yaudah lo pulang ke apartemen kantor aja bareng gue." Jimmy sudah makin mengantuk terdengar dari suaranya yang mulai melemah.
"Gak bisa, gue takut dia nungguin." Tian teringat Ria yang kemungkinan akan menunggunya pulang.
"Hah? Dia siapa?" Jimmy sudah menuju alam mimpi dan tidak peduli lagi dengan jawaban Tian.
"Terima kasih, Pak. Saya titip Jimmy, tolong antar sampai kamarnya." Tian pamit pada supir dan bodyguard yang memang disediakan oleh perusahaan untuk mereka.
Tian berjalan menuju resepsionis dan menyerahkan KTP miliknya sebagai tanda ia memang salah satu pengunjung yang diberikan akses menuju kamar di lantai atas.
"Bisa tolong dibuka dulu masker, kacamata dan topinya, Mas? Untuk memvalidasi KTP dengan pemiliknya," ujar resepsionis tersebut.
"Aduh, topinya gak usah ya, Mbak. Lagi ramai lobinya." Tian melakukan penawaran demi keamanan privasinya.
/0/14129/coverorgin.jpg?v=ef703d591e4c73c631733afd772154d1&imageMogr2/format/webp)
/0/12270/coverorgin.jpg?v=571b994b5b3d3abbfeca94ff3ed4ba9c&imageMogr2/format/webp)
/0/2537/coverorgin.jpg?v=8d6c7bd2c5e38486d959121ebebe2a89&imageMogr2/format/webp)
/0/21583/coverorgin.jpg?v=206bfe6cec28a771f00fdda1305dd1e1&imageMogr2/format/webp)
/0/2362/coverorgin.jpg?v=6d2128527716cfd349a5acec8978df7e&imageMogr2/format/webp)