Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Terhalang Ukuran

Cinta Terhalang Ukuran

Mihchu

5.0
Komentar
94
Penayangan
10
Bab

Tampan, kaya, bentuk tubuh sixpack. Laki-laki sesempurna itu pasti akan sangat mudah dalam menemukan cinta. Tapi bagaimana jika seorang laki-laki seperti Dhipta Wisnu Pratama yang mempunyai keterbatasan fisik walaupun ia terlahir dalam keluarga kaya raya. Apakah ia juga akan mudah dalam mencari cinta walaupun dengan fisik yang tidak sempurna? Akankah cintanya pada Anandhila Prameswary yang merupakan seorang foto model dan aktris terkenal akan bersambut? Bagaimana cara Dhipta menarik perhatian Dhila agar bersedia menikah dengannya?

Bab 1 Kerja keras bagai kuda

Hadap kanan, dagunya angkat sedikit! Ya begitu, bagus. Tahan!

Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.

Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.

Anandhila Prameswary, dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok di depan kamera. Kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa di sapa, bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.

Dengan tinggi 178cm, kulit putih, hidung bangir dan bibir sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita. Tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun pengusaha yang sangat terpesona padanya.

Sempurna. Itulah satu-satunya kata yang dapat menggambarkan seorang Anandhila Prameswary. Semua wanita di dunia mendambakan hidup seperti Dhila sekarang. Cantik, terkenal dan digilai banyak laki-laki.

Hadap kiri, ya cantik. Tahan dan finish! Thanks semua untuk hari ini.

Seseorang berteriak dan bertepuk tangan yang menandakan pekerjaan Dhila hari ini telah selesai, Dhila beranjak menuju kursi tunggunya dan menengguk sebotol air mineral dingin.

"Dari sini kita langsung ke lokasi syuting iklan ya sayang." Seorang wanita berumur 50 tahunan berkata dengan pandangan tetap menatap pada layar ponsel.

"What!" Dhila terkejut dan menatap pada manager dan sekaligus ibunya itu.

"Kenapa?" Bu Marta menatap sekilas pada anaknya lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Mam Dhila cape, ini foto syut kedua Dhila hari ini, syutingnya di undur besok saja," ucap Dhila memelas sambil merebahkan pungungnya pada sandaran kursi.

"Sayang! Kita sudah tanda tangan kontrak, kalau kita cancel itu akan berakibat buruk pada image kamu."

"Tapi mam.... "

"Tomi. Cepat bantu Dhila ganti pakaian, kita dikejar deadline, para kru sudah siap di lokasi." Bu Marta memotong perkataan Dhila dan beranjak pergi.

"Mam Please!" Teriak Dhila namun percuma Bu Marta tak menghiraukannya.

Dengan kesal Dhila pun beranjak ke ruang ganti di temani Tomi sang asisten. 10 menit kemudian Dhila keluar dengan dress selutut bermotif bunga-bunga yang membuat kulit putihnya semakin terpancar walaupun bibirnya terlihat cemberut.

Di mobil saat dalam perjalanan menuju lokasi asistennya sibuk membacakan skrip untuk syuting hari ini, sedang ibunya tidak lepas dari layar ponsel. Dhila yang masih kesal memilih memalingkan muka dan melihat pemandangan dari balik jendela mobilnya.

Seulas senyum tercipta di sudut bibir Dhila manakala melihat banyak orang yang berlalu lalang di jalan, mereka bebas melakukan apa pun yang mereka mau, pergi ke manapun yang mereka suka dan makan apa pun yang mereka inginkan, hal yang berbeda 180 derajat dengan keadaan Dhila sekarang. Dia layaknya burung dalam sangkar emas dan hanya bisa melompat-lompat dalam kandang.

Di tempat lain di sebuah bangunan bertingkat yang merupakan sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang export import, di ruangan yang bertuliskan Ceo room seorang laki-laki terpaku memandang sampul pada sebuah majalah.

Laki-laki itu adalah Dipta Wisnu Pratama, seorang pewaris tunggal dari Pratama Grup sebuah perusahaan yang bergerak dalam export import barang tambang, rempah-rempah, hasil perkebunan dan juga bisnis properti. Di usianya yang masih muda dia sudah sukses berbisnis di dalam maupun luar negeri, tidak heran jika dia termasuk salah satu orang yang di segani dalam dunia bisnis.

"Rei, keruangan saya sekarang." Dia berbicara pada asistennya melalui ponsel.

Tidak lama seorang laki-laki berpakaian rapi masuk kedalam ruangan.

"Ia Tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap laki-laki itu dengan hormat.

"Aku ingin kau mencari tau data lengkap mengenai gadis ini." Dipta menyodorkan sebuah majalah pada asistennya.

"Baik Tuan secepatnya anda akan mendapatkan informasi yang Anda inginkan."

"Apa hari ini kita masih punya jadwal pertemuan dengan klien?"

"Tidak Tuan! Namun nanti malam anda ada janji untuk makan malam dengan Tuan dan Nyonya besar."

"Baiklah, kau bisa keluar sekarang."

"Anandhila Prameswary, entah kenapa aku sangat tergila-gila padamu, dan bagaimana pun caranya kau harus menjadi miliku," Batin Dhipta.

Malam menjelang. Sebuah mobil sport warna hitam melaju mulus di jalanan ibukota. Mobil keluaran Itali yang hanya diproduksi 100 unit di seluruh dunia yang salah satunya adalah milik Dipta.

Tidak lama mobil pun berhenti di sebuah restauran mewah yang sudah dipesan khusus oleh kedua orang tua Dipta, saat dia turun dari mobil seseorang langsung menghampiri dan memberi hormat, lalu mengantarkannya pada sebuah ruangan VVIP dimana orang tuanya sudah menunggu.

"Sayang, kenapa terlambat?" Seorang wanita berbicara dengan wajah cemberut.

"Sorry Mam, tadi mendadak ada berkas yang harus Dipta tanda tangani dulu." Dipta langsung mengecup pipi sang ibu.

"Kau ini sama saja seperti papamu, sama-sama gila kerja." Wanita berumur pertengahan lima puluh tahun namun masih kelihatan fresh dan fashionable itu berkata sambil melirik laki-laki yang ada di sebelahnya.

"Hei, kenapa Papa di bawa-bawa?" Laki-laki yang masih kelihatan gagah walau umurnya sudah melewati pertengahan abad itu menatap pada istrinya.

Tidak lama setelah kedatangan Dipta beberapa pelayan pun masuk dan menghidangkan berbagai macam hidangan Itali yang merupakan hidangan favorit Dipta.

"Sayang coba gnocchi ini, ini salah satu hidangan favorit di sini." Ibunya menyuapkan sesendok gnocchi pada Dipta, yaitu sejenis pangsit yang diisi daging dan disiram dengan saus keju.

"Mam, Dipta bisa makan sendiri." Dipta menolak suapan ibunya.

"Iya sayang, putramu itu bukan bayi lagi yang harus kamu suapin ketika makan," ucap Ayah Dipta terkekeh.

"Bagi Mama Dipta ini masih pangeran kecil Mama yang manis, jadi Mama bisa menyuapinya kapan pun, kecuali kalau Dipta sudah memberi Mama cucu baru Mama akan berhenti menyuapinya."

Dipta pun mau tidak mau terus menerima suapan ibunya walau dengan raut wajah yang terpaksa, ayahnya yang melihat pemandangan itu hanya bisa tertawa tanpa bisa melakukan apa-apa.

"Sayang mulai sekarang kamu jangan terlalu fokus dengan pekerjaan, umur Mama sudah tidak muda. Mama ingin cepat-cepat menimbang cucu," ucapnya serius dengan menatap wajah Dipta.

"Mam, Mama tau kan untuk urusan yang satu itu Dipta sangat kesulitan, apalagi dengan keadaan Dipta, Mama sabar ya!" Ucap Dipta sambil memegang tangan sang ibu.

"Percayalah Nak, suatu saat kamu pasti bertemu seorang wanita yang benar-benar tulus mencintai kamu tanpa perduli bagaimana pun keadaan fisik kamu." Ayahnya ikut bicara sambil menepuk-nepuk pundak putra semata wayangnya itu.

"Wanita yang tulus mencintaiku? Dengan keterbatasan fisik yang aku miliki, sepertinya itu hal yang mustahil," batin Dipta.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku