Namanya Zeefril, seorang pemuda soleh yang tingkat ketampanannya bak pemuda Turki. Bersih dan rapi. Selain memiliki wajah yang tampan, Zeefril juga memiliki kepribadian yang hangat, santun, dan sabar. Ibarat makanan, Zeefril itu paket komplit. Zeefril cerdas dan sering menjuarai lomba tahfidz. Hingga suatu hari, Zeefril dipertemukan dengan seorang gadis manja, cuek, labil, dan kritis. Sifat yang cukup bertolak belakang dengan Zeefril malah membuat Zeefril harus mendidik gadis bernama Kanaya itu, agar bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya. Hidup Zeefril mulai dibuat susah sejak kehadiran Kanaya. Namun pada akhirnya, kesulitan yang Zeefril rasakan malah berubah menjadi rasa kasih sayang yang membuat Zeefril mulai jatuh cinta pada gadis tersebut. Cinta antara si cowok kalem dan gadis kicik. Bagaimana kisah kehidupan mereka berdua? Yang selalu diwarnai dengan pertengkaran, perdamaian, hingga perhatian.
Zeefril Fitra Kurnia adalah sosok pemuda tampan, lembut, sopan, dan hafidz. Dia hafal 30 juz Al-Qur'an. Selain itu, Zeefril juga seorang siswa yang selalu berprestasi di sekolahnya. Dia anak yang penurut kepada orang tuanya, dan harapan untuk hidupnya adalah menjadi manusia yang soleh.
Kanaya Nuha Tsabita adalah sosok gadis cuek, manja, tomboy, ngga sopan, dan kurang berprestasi. Tujuan hidupnya masih belum pasti. Karena yang dia inginkan dalam hidupnya hanyalah bersantai sambil menikmati hari-harinya yang dia rasa sudah cukup bahagia.
***
Berawal dari sepatu Cinderella yang terlepas dari kakinya saat Kana hendak menaiki motor Fama yang cukup tinggi. Motor besar berjenis motor sport.
"Sayang, sepatu aku lepas. Tapi, aku ngga bisa ambilnya. Kalau turun malah bakalan ngerepotin aku yang susah lagi naik ke motor kamu." Kana mengatakan dengan manjanya kepada Fama yang sudah bersiap untuk melajukan motornya.
Tanpa menyahut apapun ucapan Kana, Fama segera turun dari motor untuk mengambil sepatu Kana kemudian memakaikannya di kaki Kana.
"Pantas saja sepatu kamu lepas dari kaki kamu. Soalnya kamu ngga ngiket tali sepatu kamu dengan benar."
"Heheheee..." Kana nyengir mendapat teguran dari pacar 3 tahunnya itu.
Kana tetap duduk manis di atas motor Fama sampai Fama selesai memakaikannya sepatu di kaki kirinya.
"Okey. Sudah aku ikat dengan benar tali sepatu kamu. Jadi, sepatu kamu ngga akan lepas lagi dari kaki kamu."
"Terima kasih, sayang."
"Sama-sama."
Fama segera berdiri, lalu dia naik ke atas motornya kembali dan melajukan motornya setelah Kana memeluknya erat dari belakang.
Suasana kota Yogyakarta yang indah di malam hari, membuat keromantisan sepasang muda mudi itu hanyut dalam suasana yang dingin semeliwir merasuk hingga ke setiap sentuhan kulit keduanya.
"Hufft, dinginnya..." Kana berdesis pelan di dekat telinga Fama.
Mendengar desisan Kana, Fama langsung meraih kedua tangan Kana yang semakin dia eratkan dipinggangnya. Kemudian Fama mengusap-usap tangan Kana dengan satu tangannya.
Hangat.
Kana merasakan itu.
"Kita mau jalan-jalan ke mana malam ini?"
"Kayaknya ngga bisa jalan deh kita malam ini."
"Lho? Memangnya kenapa?"
"Abi sama Umma minta aku agar pulang cepat. Katanya mau ada tamu yang datang ke rumah, keluarga dekat."
"Oh, begitu. Ya sudah, berarti lain kali saja kita jalan-jalannya."
"Iya."
Fama pun langsung mengarahkan motornya ke arah jalan menuju rumah Kana.
Setibanya di depan rumah Kana, Kana segera turun dari motor. Kemudian dia berpamitan untuk masuk ke dalam rumahnya lebih dulu. Sebuah kebiasan yang Kana lakukan setiap kali Fama mengantarnya sampai di depan rumahnya. Kana akan lebih dulu masuk, barulah Fama akan pergi.
Kana sedikit berjalan mundur sambil melambaikan tangannya ke arah Fama seraya dia memberikan senyuman pada kekasihnya itu.
"Assalammu'alaikum." Kana mengucapkan salam seraya dia masuk ke dalam rumahnya.
"Wa'alaikumsalam." Umma menyahut dari dapur.
Kana pun segera menghampiri Umma ke dapur untuk mencium tangan Ummanya.
"Diantar pulang sama Fama lagi?"
"Iya, Umma. Memangnya mau diantar sama siapa lagi? Pacar Kana kan hanya Fama."
"Kok pacaran lama sekali sih, Na."
"Fama juga ngga mungkin nikahi Kana sekarang dong, Umma. Usia kami kan masih sangat muda 19 tahun." Kana menegaskan itu pada Ummanya.
"Umma tau. Tapi, ada baiknya, kamu jangan terlalu sering jalan sama Fama. Nanti hubungan kalian malah ke arah yang negatif lagi, lantaran kalian bosan dengan hubungan yang begitu-begitu saja."
"Ya ngga mungkin dong Umma. Umma ini terlalu khawatir sama Kana. Kana bisa kok menjaga diri Kana."
"Hmm..." Umma hanya bisa mendengarkan saja kalau putri sulungnya itu sudah mengatakan itu padanya.
"Bagaimana dengan ujian masuk Universitas Negeri yang kamu ikuti? Apa salah satunya ada yang lolos?"
"Alahmadulillah, Umma. Ada yang lolos."
"Oh ya? Di mana? Universitas Negeri di Yogyakarta?"
"Bukan, Umma. Tapi di Jakarta."
"Wahh, jauh juga ya."
"Dekat, Umma. Hanya 8 jam perjalanan saja kalau menggunakan transportasi kereta."
"Ckk... cckkk... kamu ini."
"Oh iya, Umma. Ngomong-ngomong, keluarga kita siapa yang mau datang?"
"Nanti juga kamu tahu siapa orangnya,"
"Umma ini, membuat Kana penasaran saja."
"Sudah... sudah..., cepat kamu mengganti pakaian kamu. Karena satu jam lagi tamunya akan datang."
"Ya, Umma."
"Jangan pakai celana. Pakai rok, kalau bisa gamis."
"Hmp. Baik, Umma."
Kana segera naik ke lantai dua untuk membersihkan diri dan memakai pakaian yang sesuai dengan yang Ummanya perintahkan padanya.
"Hai, kak Kana." Hanum datang menghampiri Kana ke kamarnya. Dengan gaya centilnya, gadis ABG itu berdiri di samping cermin besar.
"Hai, Hanum." Kana menyapa balik, sembari dia memasangkan peniti di jibabnya. Kemudia matanya melirik kecil Hanum yang tumbenan berpakaian sangat rapi.
Hanum pun menyadari dengan lirikan kakaknya. "Kenapa? Penampilan aku kelihatan lebih cantik ya?" Hanum memuji dirinya sendiri.
"Se-pede itu kamu. Justru yang kakak lihat kamu malah kelihatan aneh. Gaya berpakaian kamu terlalu dewasa, ngga ada cocoknya sama usia kamu yang baru 14 tahun."
"Nah. Memang itu tujuan aku berpenampilan seperti orang dewasa. Karena aku punya maksud dan tujuan aku tersendiri."
"Apa maksud dan tujuan kamu itu?"
"Kali saja yang namanya kak Zeefril itu mau melirik aku, bukan kak Kana."
"Zeefril? Siapa dia?" Kana ngga pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Woalah. Jadi, kak Kana belum tahu toh kalau kak Kana mau dijodohin sama pemuda bernama Zeefril?"
"APA?" Kana kaget bukan main begitu mendengar kabar itu dari mulut adik semata wayangnya tersebut.
"Kan tamu yang mau datang sebentar lagi itu calon suami kakak. Zeefril Fitra Kurnia." Hanum menyebutkan dengan lengkap nama pemuda itu. "Sampai hafal aku sama namanya. Saking cakepnya tuh cowok."
"Jangan bercanda kamu mau ngeledek kakak."
"Siapa juga yang bercanda. Kalau kak Kana ngga percaya, kakak tanya saja sama Umma dan Abi."
Detik itu juga Kana langsung bergegas berlari kecil menghampiri Umma dan Abinya yang sedang berada di kamarnya.
Cklek,
Kana membuka cepat kamar kedua orang tuanya, dan dia langsung mendapati kedua orang tuanya yang sedang mengobrol bersama di tepi ranjang.
"KANA??" Umma dan Abi langsung kaget melihat kemunculan Kana secara tiba-tiba, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Umma, Abi. Kana minta kejujuran dari Umma dan Abi. Apa benar, kalau Kana akan dijodohkan dengan tamu yang ngga lama lagi akan datang ke rumah kita? Tamu yang Umma bilang kalau mereka adalah keluarga terdekat kita. Tapi kenyataannya, tamu itu adalah calon suami Kana. Apa itu benar, Umma, Abi?" Kana minta penjelasan dengan serius.
Umma sedikit mendesah nafas pelan. Pertanyaan yang Kana ajukan dengan tergesa-gesa membuat Umma terpaksa mengatakannya sekarang.
"Benar, Kana."
Kana langsung kecewa mendengarnya. "Umma sama Abi itu apa-apaan sih? Masa mau jodohin Kana sama cowok yang ngga Kana sukai?"
"Mana ada perjodohan yang diawali dengan rasa suka? Namanya juga perjodohan, yang pasti diawali dengan niat yang baik." Abi berdalih.
"Pokoknya apapun alasan Umma dan Abi, Kana menolak kerasa perjodohan ini. Kana ngga mau dijodohkan!"
"Alasannya?" Abi bertanya.
"Kana sudah punya pacar yang sangat Kana cintai, Fama."
***
Buku lain oleh aljasmine
Selebihnya