Secara mengejutkan, salah satu dari dua orang pria itu langsung melakukan pemukulan terhadap Fengying. Sehingga Fengying jatuh tersungkur, dan mengalami sedikit luka di pergelangan tangannya. "Bedebah! Kenapa kau memukulku?" bentak Fengying bangkit kembali. "Kau sudah lancang, Anak muda. Serahkan pedangmu! Jika tidak, tentu kau akan kami binasakan!" ancam pria yang baru saja memukul Fengying.
"Maaf, Paman. Aku ingin membicarakan sesuatu kepada Paman," desis seorang pemuda kepada Pamannya.
Pemuda itu adalah Fengying Lie, dan pria paruh baya yang ada di hadapannya adalah pamannya bernama Tau Chun Lie, adik kandung mendiang ayah Fengying-Tau Miao Lie.
"Mau bicara tentang apa, Fengying? Katakan saja!" sahut pria paruh baya itu, menatap tajam wajah keponakannya.
"Aku hendak meminta izin kepada Paman," jawab Fengying. "Aku harap Paman memberikan izin kepadaku untuk melakukan perjalanan jauh menuju kerajaan Nusa," sambungnya penuh harap.
Pria paruh baya itu tampak ragu untuk memberikan izin kepada keponakannya. Karena ia khawatir jika terjadi sesuatu pada diri Fengying yang masih belum memiliki pengalaman luas.
"Apa yang hendak kau cari di sana, Fengying?" tanya Tau Chun Lie menatap wajah keponakannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Aku berkeinginan untuk berkelana, mencari perguruan silat di sana. Sebagaimana yang telah Paman ceritakan kepadaku, bahwa para pendekar di negri Nusa banyak yang memiliki ilmu tenaga dalam yang hebat," jawab Fengying meluruskan dua bola matanya ke wajah Tau Chun Lie.
Fengying memiliki ketertarikan untuk berangkat berkelana ke negri Nusa, berdasarkan apa yang pernah diceritakan oleh pamannya itu. Tau Chun Lie pernah berkata bahwa di negri Nusa terdapat banyak para pendekar sakti yang memiliki tingkat kepandaian ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Hal tersebut, menjadikan Fengying tertarik untuk datang ke negri tersebut.
"Bukannya Paman tidak mau mengizinkanmu berkelana jauh. Namun, Paman khawatir kau mendapatkan kesulitan dalam perjalananmu."
Fengying menarik napas dalam-dalam, ia terdiam sejenak. Dalam batinnya berkata, "Kenapa pamanku tidak mengizinkan aku untuk berkelana? Apakah dia ragu dengan kemampuanku?"
Fengying meluruskan dua bola matanya ke wajah pria paruh baya itu. Lalu, ia berkata lagi, "Kenapa Paman tidak mengizinkan aku untuk pergi berkelana ke sana? Apa alasannya Paman?" tanya Pandu.
"Paman khawatir terhadap dirimu, Fengying," jawab Tau Chun Lie sambil tersenyum lebar.
Fengying mengerutkan kening menatap tajam wajah pamannya. Lalu berkata, "Dulu bukannya Paman sendiri yang pernah bilang, kalau aku ingin menjadi seorang pendekar yang sakti, aku harus memiliki pengalaman luas?"
"Apa yang kau katakan itu memang benar. Tapi kau masih perlu memperdalam ilmu bela diri terlebih dahulu sebelum berangkat berkelana ke negri sebrang," jawab Tau Chun Lie sambil menarik napas dalam-dalam. Kemudian, ia berkata lagi, "Negri Nusa bukanlah negri sembarangan. Di sana banyak para pendekar sakti yang sewaktu-waktu akan menjajal kemampuanmu."
"Lantas, bagaimana jika aku tetap ingin pergi ke sana, Paman?"
"Belum saatnya untukmu pergi!" pungkas Tau Chun Lie, bangkit dan langsung berlalu dari hadapan Fengying.
Fengying tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia hanya diam dan tidak berani melakukan protes terhadap keputusan pamannya.
"Paman memang belum mempercayai kemampuanku. Sepertinya, dia sangat khawatir jika aku tidak dapat menjaga diri," desis Fengying sambil memandangi langkah pamannya yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah.
Meskipun demikian, Fengying tetap ngotot dengan keinginannya. Ia memutuskan untuk berangkat secara diam-diam tanpa pamit lagi kepada pamannya.
"Aku harus tetap berangkat ke negri Nusa, agar aku mendapatkan pengalaman seperti yang aku inginkan," kata Fengying dalam hati.
Fengying nekat akan berangkat ke negri Nusa, meskipun keputusannya itu bertentangan dengan kehendak pamannya yang secara jelas sudah melarang dirinya.
Malam harinya, ketika Tau Chun Lie sudah terlelap tidur. Secara diam-diam, Fengying sudah bersiap-siap untuk berangkat dari rumah pamannya itu, ia benar-benar nekat, meskipun keinginannya ditentang oleh sang paman.
"Aku harus berangkat malam ini. Maafkan aku, Paman," desis Fengying bangkit dari tempat tidurnya, ia langsung meraih pedang dan beberapa helai pakaian lalu membungkusnya dengan kain.
Kemudian melangkah mengendap-endap keluar dari rumah tersebut. Setelah berada di luar rumah, ia langsung berlari menembus gelapnya malam.
Sejatinya, Fengying merasa sangat bersalah terhadap pamannya yang selama ini sudah merawat dirinya. Namun, keinginannya yang kuat mengharuskan dia berontak dan tidak mematuhi apa yang dilarang oleh Tau Chun Lie.
* * *
Pagi harinya....
"Fengying! Bangun, Nak. Hari sudah siang!" teriak Tau Chun Lie di balik pintu kamar keponakannya itu.
"Fengying, lekas bangun!"
Namun, setelah beberapa kali memanggil Fengying. Tak ada sahutan sekalipun dari dalam kamar tersebut, sehingga Tau Chun Lie pun mulai curiga.
"Jangan-jangan, Fengying tidak ada di dalam kamarnya," desis pria paruh baya itu.
Karena penasaran, Tau Chun Lie langsung mendorong pintu kamar Fengying.
"Benar sekali dugaanku, ternyata Fengying sudah tidak ada di kamarnya. Jangan-jangan dia nekat berangkat ke negri Nusa?" desis Tau Chun Lie bertanya-tanya.
Ia sangat khawatir dengan keselamatan keponakannya itu. Namun, hal tersebut sudah menjadi pilihan Fengying, Tau Chun Lie hanya pasrah dan berdoa agar keponakannya itu diberi keselamatan dalam perjalanan.
* * *
Ketika Fengying sudah tiba di pesisir selatan wilayah kekaisaran Waifu. Ia langsung beristirahat sejenak di tepi pantai tersebut.
"Semoga ada nelayan yang baik hati yang mau memberikan tumpangan untukku," desis Fengying penuh harap.
Beberapa saat kemudian, Fengying didatangi oleh dua orang pria bertubuh kekar, entah siapa mereka? Fengying pun tidak mengenali dua orang pria itu.
"Hai, Anak muda! Sedang apa kau di sini?" tanya salah seorang dari mereka menatap sinis ke arah Fengying.
Fengying langsung bangkit, kemudian menjawab pertanyaan dari orang itu, "Aku sedang beristirahat." Suara Fengying sedikit membentak. Sehingga kedua orang itu tampak tersinggung mendengarnya.
"Lancang sekali kau ini, berani-beraninya membentak kami!"
Fengying tersenyum sinis memandangi wajah dua orang pria yang berdiri di hadapannya. Ia sadar bahwa kedua orang itu pasti memiliki niat jahat terhadap dirinya.
Secara mengejutkan, salah satu dari dua orang pria itu langsung melakukan pemukulan terhadap Fengying. Sehingga Fengying jatuh tersungkur, dan mengalami sedikit luka di pergelangan tangan dan keningnya.
"Bedebah! Kenapa kau memukulku?" bentak Fengying langsung bangkit.
"Kau sudah lancang, Anak muda. Serahkan pedangmu! Jika tidak, tentu kau akan kami binasakan!" ancam pria yang baru saja memukul Fengying.
Tanpa banyak bicara lagi, pria tersebut kembali memukul kepala Fengying. Hingga menyebabkan, Fengying jatuh lagi. Fengying berusaha bangkit kembali, namun dua orang pria itu tidak membiarkan Fengying berdiri tegak. Salah satu dari mereka kembali menyambut dengan sebuah pukulan keras.
Namun, Fengying sangat gesit dalam melakukan pergerakan. Sehingga dirinya berhasil menghindari pukulan tersebut. Demikianlah, Fengying mulai tersulut emosi, ia langsung mengayunkan kaki kirinya hingga menyentuh perut salah seorang lawannya.
"Aku harap kalian tidak meneruskan perbuatan kalian ini!" bentak Fengying. "Aku tidak menghendaki pertarungan ini berlanjut," tambahnya langsung berlari meninggalkan kedua orang tersebut.
* * *
Bab 1 Dikejar Dua Orang Penjahat
11/02/2022
Bab 2 Fengying Menghadapi Kesulitan
11/02/2022
Bab 3 Yuan Shao dan Fak Tau Menemukan Fengying di Tepi Pantai
11/02/2022
Bab 4 Fak Tau dihadang Anak Buah Lau Tie
11/02/2022
Bab 5 Kakek Misterius
11/02/2022
Bab 6 Kedatangan Anak Buah Lau Tie
11/02/2022
Bab 7 Bantuan dari Hui Giok Shang
11/02/2022
Bab 8 Tiba di Negri Nusa
11/02/2022
Bab 9 Mandala dan Fak Tau
11/02/2022
Bab 10 Tiba di Sebuah Hutan
11/02/2022
Bab 11 Keajaiban Pedang Milik Fengying
18/02/2022
Bab 12 Fengying Bertemu dengan Rumbaya
22/02/2022
Bab 13 Tiba di Padepokan Gagak Putih
22/02/2022
Bab 14 Berbincang dengan Resi Naluka
22/02/2022
Bab 15 Ajian Panca Sona
26/02/2022
Bab 16 Kitab Kehidupan
07/03/2022
Bab 17 Fengying Pergi Berkelana
11/03/2022
Bab 18 Pertarungan di Atas Bukit
13/03/2022
Bab 19 Kekuatan Gaib dari Pedang Fengying
16/03/2022
Bab 20 Kebersamaan Fengying dengan Besma
19/03/2022
Bab 21 Mandi di Sungai Ular
19/03/2022
Bab 22 Tiba di Kediaman Ki Bayu Gatra
25/03/2022
Bab 23 Bertemu dengan Ki Bayu Gatra
28/03/2022
Bab 24 Fengying dan Besma Resmi Menjadi Murid Ki Bayu Gatra
30/03/2022
Bab 25 Fengying Dihadang Dua Pria Tidak Dikenal di Dalam Hutan
31/03/2022
Bab 26 Fengying Dianiaya Oleh Dua Pria Tidak Dikenal
02/04/2022
Bab 27 Hati Terakhir Fengying Berada di Kediaman Ki Bayu Gatra
04/04/2022
Bab 28 Kematian Ki Bayu Gatra
06/04/2022
Bab 29 Bangunan Tua di Tengah Hutan
06/04/2022
Bab 30 Perseturuan Para Pendekar Sakti
09/04/2022
Bab 31 Perseturuan Para pendekar Jowa
13/04/2022
Bab 32 Ronggala Manusia Serigala
14/04/2022
Bab 33 Sahabat Baru Fengying
06/05/2022
Bab 34 Kebersamaan Fengying dan Kawan-kawannya
17/05/2022
Bab 35 Fengying Dihadang Dua Orang Pria Tidak Dikenal
09/06/2022
Buku lain oleh Irma_Asma
Selebihnya