Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Darling Enemy

Darling Enemy

Suzy Wiryanty

4.8
Komentar
29.4K
Penayangan
47
Bab

Vanilla Putri Mahameru--putri bungsu dari keluarga Mahameru, sangat membenci Altan Wijaya Kesuma atau yang biasa ia sapa dengan plesetan Om Setan Borjuis. Anak mantan terindah ibunya. Putra tunggal salah satu crazy rich negeri ini, selalu saja mengata-ngatainya gadis kecil tidak berotak dan hidup hanya mengandalkan nama keluarganya saja. Dan sialnya, Vanilla harus magang di kantor Altan selama empat bulan penuh. Bagaimana perjuangan hidup mati Vanilla di kantor Altan, padahal saat interview saja ia sudah membuat heboh jajaran petinggi perusahaan? "Kami membutuhkan orang yang berwawasan luas, Bu Vanilla. Apa saja hal luar biasa yang orang lain tidak tahu tapi Anda tahu. Coba sebutkan?" -Altan Wijaya Kesuma- "Saya ini tahu lho, Pak, dari mana asal kekayaan Roro Fitri*. Bapak tidak tau kan? Lihatlah, betapa mengagumkannya wawasan saya bukan?" -Vanilla Putri Mahameru-

Bab 1 Chapter 1

"Bunda, masa Illa magangnya harus di kantornya Om Altan sih? Nanti kalau Illa dimarah-marahin melulu gimana, Nda? Om Altan itu kan persis kayak setan. Udah galak, bawel eh mesum lagi. Illa magang di kantor ayah aja ya, Nda?"

Vanilla Putri Mahameru yang sedang sarapan cantik bersama bundanya, berupaya merayu sang bunda agar diperbolehkan magang di perusahaan ayahnya saja. Sebagai syarat kelulusan kuliah tentu saja ia harus magang dan membuat skripsi. Vanilla sebenarnya tidak masalah magang di mana saja. Bahkan di Desa Penari sekalipun. Mau banyak hantunya kek, banyak demitnya kek, ia mah kagak bakalan jiper. Lah dia kan emang ratunya demit menurut teman-teman satu ganknya. Hehehe. Intinya ia bersedia magang di mana saja, asal, catat kata asalnya itu dengan huruf besar. Tidak di kantornya Altan. Ia tidak sudi magang di perusahaan Altan seperti yang direkomendasikan oleh ayahnya.

Maksud ayahnya memang baik. Ayahnya ingin agar ia lebih fokus dan belajar bertanggung jawab dalam bekerja. Dan caranya adalah dengan magang di perusahaan orang lain. Di bawah kepemimpinan orang lain. Tapi perusahaan orang lainnya tidak harus perusahaan Altan juga ya kan? Bisa luluh lantak berdarah-darah hatinya kalau setiap hari harus mendengar segala cercaan unfaedah Altan. Altan Wijaya Kesuma adalah pewaris dari Wijaya Kesuma Group. Wijaya Kesuma Group ini meliputi berbagai sektor usaha. Di mulai dari dealer mobil-mobil mewah, perkapalan, pertambangan hingga garmen dan properti. Altan berusia tiga puluh tahun. Lebih tua delapan tahun dari usianya sendiri. Mengenai panggilan om, itu berawal dari drama yang mereka perankan sewaktu di sekolah dulu. Waktu itu ia berperan sebagai keponakan Altan. Dan panggilan itu menempel hingga sekarang. Lidahnya sudah merasa pas memanggil Altan dengan sebutan om. Selain itu kedua orang tua mereka sudah saling kenal sejak lama. Bahkan ayah Altan, Om Abyaz Wijaya Kesuma adalah mantan pacar bundanya. Hubungan antara keluarga mereka sangat baik kecuali hubungannya dengan Altan.

Altan ini gemar sekali mengkritiknya. Yang ia dibilang cewek modal tampang doang lah. Anak daddy lah sampai otaknya cuma ada seperempat isinya dibandingkan dengan otak rata-rata manusia lainnya. Lihatlah betapa jahanam mulutnya bukan? Bagi Altan saat ini bernapas pun sudah salah di matanya.

"Ck! Masa sih anak Bunda kalah sama itu tikus sawah? Percuma dong Illa menyandang nama besar Bunda kalo sama dedemit jadi-jadian itu aja Illa jiper. Malu dong sama poni anti badaimu, Nak." Sahut bundanya santuy.

Kenalkan, Liberty Delacroix Mahameru alias Lily. Bundanya yang paling cantik sejagat raya, seruang angkasa beserta segala isinya. Bunda gaulnya ini diajak berbicara seserius apapun, pasti jatuh-jatuhnya jadi nyantai banget. Semua hal pasti akan ia bilang, ah keciknya itu. Ntah kapan besarnya. Mungkin masalah akan bundanya anggap besar kalau ayahnya kawin lagi misalnya. Hihihi... set dah, durhaka banget ya ia jadi anak?

"Cara menghadapi atasan yang galak itu mah gampang. Ada dua poin yang bisa kamu praktekkan. Yang pertama, catat semua kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan. Hal itu gunanya untuk berjaga- jaga dan membalikkan keadaan pada saat kamu berada dalam situasi darurat. Sebagai contoh, saat kamu lagi diomelin kanan kiri atas bawah, maka kamu tinggal keluarkanlah saja semua poin-poin yang dulu sudah kamu catat sebelumnya. Balikkan semua omelan-omelannya dengan kata-katanya sendiri di waktu lalu."

Vanilla takjub. Ia sama sekali tidak menyangka kalau bunda koplaknya ini kadang-kadang nasehatnya bisa lurus juga. Ini adalah suatu keajaiban sodara-sodara. Karena biasanya nasehat-nasehat bundanya itu selalu melenceng dari sasaran. Lain yang ditanya, lain juga yang dijawab.

"Dan yang kedua cukup kamu sebutkan berulang-ulang dalam hati, keep calm and love your boss. Maksud Bunda begini. Bukankah dulu kamu sangat tidak suka dengan pelajaran matematika?" Vanilla mengangguk. Matematika adalah musuh utamanya.

"Tapi karena gurunya Pak Tommy yang ganteng, akhirnya kamu jadi menyukai pelajarannya juga bukan?"

Vanilla mengangguk lagi. Pak Tommy adalah guru favoritnya. Ganteng, baik dan tidak pernah marah. Pokoknya guru idamanlah. Hehehe.

"Jadi soal Altan. Ubah saja mindsetmu. Sukailah Altan, maka kamu akan menyukai pekerjaan kamu. Eh terbalik. Sukailah pekerjaanmu, maka nanti kamu juga akan menyukai bossmu. Tergantung dari hasil yang mana duluan yang akan kamu capai." Lanjut bundanya santai.

Dengarlah, nasehat bundanya selalu anti mainstream bukan?

"Ya tapi kan Illa--"

"No tapi-tapian. Ayah dan Bunda sudah memutuskan kalau kamu akan magang di kantor Altan. Oh ya, kemarin Altan telepon, katanya besok ia ingin menginterview kamu dulu sebelum kamu magang di sana."

Sok paten emang si Om satu ini! Magang saja pakai interview-interview segala.

"Kalau kamu lolos, kamu akan magang di sana. Tapi kalau tidak, ya terserah kamu saja. Kamu bebas mau magang di mana saja. Ayah dan Bunda tidak akan mengintervensi lagi."

Iyes tak kewes-kewes!

Vanilla tersenyum puas. Akhirnya ada juga celah untuk lolos dari sana. Berbagai rencana gila berseliweran di benaknya. Lihat saja kehebohan yang akan ia buat esok pagi. Semoga saja ia ditolak sehingga ia bisa magang di kantor ayahnya sendiri. Benaknya dipenuhi dengan angan-angan akan sekantor dengan Bumi Persada Prasetya. Rekan kerja ayahnya. Bumi sementara ini berkantor di perusahaan ayahnya karena adanya beberapa proyek gabungan. Alangkah indahnya dunia apabila kita bisa setiap hari memandangi gebetan sedari orok bukan? Hehehehe.

"Bunda mandi dulu. Setelah itu Bunda akan ke rumah Tante Raline. Om Axel kan ulang tahun minggu depan. Bunda dan tantemu ingin membuat pesta kejutan untuk Om Axel. Kamu mau ikut, La?" Tanya bundanya lagi. Vanilla dengan cepat menggelengkan kepalanya. Tante Raline itu sebelas dua belas dengan bundanya. Di sana paling ia akan menjadi obat nyamuk mendengarkan emak-emak bergossip atau jadi juri dadakan mengenai goyangan siapa yang paling heboh. Satu Indonesia raya juga tahu kalau bundanya dan tantenya itu hobby banget joget dangdut. Eh satu lagi, almarhum opanya juga suka sekali berkolaborasi goyangan dengan bundanya. Orang-orang menjuluki bunda dan opanya dengan sebutan mertua menantu goals.

"Duh, Illa nggak ikut deh, Nda. Illa duduk manis di rumah aja. Illa stress memikirkan harus interview besok." Vanilla berkilah dengan raut wajah yang disedih-sedihkan. Padahal, ia sudah berencana akan memporak-porandakan kantor si Om Setan itu besok pagi. Lihat saja!

Sepeninggal bundanya Vanilla segera menelepon sahabat sehidup sematinya Pandan Wangi Aditama Perkasa untuk mengabarkan tentang rencana gilanya tersebut.

"Hallo, Ndan. Lo ini kan anaknya Om Revan yang terkenal sebagai negosiator ulung. Lo bisa kagak bantuin gue mikir gimana caranya supaya gue nggak diterima magang di kantornya Om Altan? Besok pagi gue harus diinterview dulu di sono." Vanilla langsung nyerocos begitu mendengar sahutan halo dari Pandan.

"Bentar-bentar, gue pura-pura nanya Bang Lautan dulu, apa yang membuat dia ilfeel dan nendang pelamar baru kemarin. Setelah gue dapet resumenya, ntar gue chat lo deh. Tenang aja. Keep calm and go shopping. Yes or no, La?

"Shopping? Ya iyes lah. Gila aja ada cewek nggak suka shopping. Satu jam lagi gue bakalan nyampe rumah lo."

Dan satu jam kemudian Vanilla dan Pandan sudah sibuk mengubek-ubek kosmetik keluaran terbaru di Sephor*. Kedua sahabat itu sudah lupa tentang masalah interview esok pagi.

========================

Pagi hari yang panas, sepanas pakaian yang Vanilla kenakan. Pagi ini ia akan ke kantor Altan untuk melakukan interview. Vanilla memandang cermin sekali lagi. Ia meringis sendiri melihat penampakannya. Dandanan spektakulernya ini lebih mirip dengan orang yang akan hang out ke club, alih-alih melamar pekerjaan. Ia mengenakan kemeja putih transparan dan rok mini kulit berwarna hitam. Ia juga melengkapi penampilannya dengan make up cetar beserta high heels dua belas sentimeter. Dengan penampilan seperti ini ia yakin kalau si bawel bin nyinyir Altan, pasti akan langsung menendangnya keluar alih-alih akan diinterview. Semoga saja semua rencananya lancar jaya. Aamiin.

Vanilla menarik napas panjang beberapa kali sebelum memasuki kantor elegan perusahaan properti Altan. Saat tiba di lobby, ia sengaja melambat-lambatkan gaya berjalannya. Tidak lupa ia juga menggerakan-gerakan pinggul seksinya. Beberapa staff pria yang kebetulan berpapasan jalan dengannya, menatap dengan pandangan spekulatif. Rasa tertarik bercampur penasaran membayangi kedua bola mata mereka. Awal yang baik. Lihat saja, sebentar lagi ia pasti akan diusir dari kantor ini karena dianggap tidak mencerminkan sikap professionalisme sebagai calon karyawati. Di dunia ini orang yang sangat berharap untuk gagal interview, mungkin hanya ia seorang.

"Selamat siang, Bu. Saya Vanilla Putri Mahameru. Mahasiswi magang yang akan mengikuti interview hari ini." Vanilla menyapa mbak-mbak cantik yang bertugas di front desk bername tag Herly Mariani.

"Oh ya, ibu Vanilla sudah di tunggu di ruangan HRD. Mari Bu, silahkan ikut saya." Ujar si mbak ramah. Si mbak manis itu selanjutnya mempersilahkan agar mengikutinya. Dengan patuh Vanilla pun mengekorinya. Langkah si mbak baru berhenti saat tiba pada sebuah pintu kayu dengan tulisan HRD besar-besar di sana.

"Mari silahkan masuk, Bu. Mereka sudah menunggu Ibu di dalam." Ujar di mbak ramah. Kata mereka membuat benak Vanilla langsung tahu bahwa orang yang akan menginterviewnya pasti lebih dari satu. Apa-apaan si Altan ini? Orang mau magang saja diperlakukan seperti seorang narapidana korupsi. Tapi tidak masalah. Lo jual, gue beli. Lu cuci, gue jemur. Kering, kering dah sana.

Setelah mengetuk pintu dua kali dan terdengar seruan masuk, barulah ia melangkahkan kaki memasuki ruangan. Kehadirannya disambut oleh tiga pria mapan rupawan yang serentak menoleh padanya. Seketika itu juga mereka bertiga saling bertukar pandang dengan raut wajah bertanya-tanya. Pasti mereka bingung karena ada mahasiswi magang yang ingin melakukan interview kerja, tapi dandanannya malah seperti penyanyi dangdut Pantura. Vanilla menjadi risih sendiri karena terus dipandangi tiada henti-henti. Khususnya Altan yang sepertinya ingin menelannya hidup-hidup.

Ah, emang gue pikirin. Lo mau mikir apa kek, terserah. Yang penting gue udah usaha.

"Apa ayahmu tahu kalau kamu berpakaian seperti ini, Vanilla Putri Mahameru?" Tuh kan, belum juga apa-apa si bapak ini udah nyinyir aja, elah!

"Tadi sewaktu saya ke sini, ayah saya sudah lebih dulu berangkat ke kantor, Om eh Pak? Apa perlu saya menelepon ayah saya dulu untuk menanyakan pertanyaan bapak?"

UHUK... UHUK...

Dua orang rekan kerja Altan sepertinya terkena serangan batuk menular. Soalnya mereka berdua batuknya bersamaan dan tertawa juga berbarengan.

"TIDAK PERLU!"

"Duh Pak, B aja. Nggak usah marah-marah. Nanti bapak bisa kena stroke lo." Sahut Vanilla kalem. Altan diam namun air mukanya sudah seperti ingin makan orang.

"Kalau ayah kamu tidak tahu, apa bundamu tahu soal pemilihan kostum goyang PANTURAmu ini heh?" Sembur Altan lagi. Lihatlah belum juga bekerja, tapi calon bossnya sudah darah tinggi. Dikhawatirkan calon bossnya ini akan stroke parah kalau ia magang tiga bulan lamanya di sini.

"Oh tahu kok, Pak. Bunda saya mah gaul orangnya. Asal saya masih memakai baju saja, beliau sih oke-oke aja. Karena bunda saya itu sama fashionablenya dengan saya? Ngomong-ngomong kok Bapak tahu soal kostum para penyanyi PANTURA? Bapak suka nontonin acara mereka ya? Hayo ngakuuuu... hehehehe.

Tawa tertahan kembali terdengar. Vanilla melirik ke samping. Dua rekan Altan lainnya ternyata dengan tekun menyimak pembicaraan absurd mereka.

"Sudahlah, kita mulai saja acara interview ini. Anda duluan saja Pak Harsya dan Pak Tengku Malik. Saya pusing melihat penampakan makhluk jadi-jadian ini." Pungkas Altan seraya mengibaskan tangan ke udara. Memperlihatkan ekspresi sepele yang kentara. Lihat dalam keadaan apapun Altan masih saja berusaha untuk mencelanya.

"Pusing atau nafsu nih, Pak? Hayo ngakuuuu?" Vanilla sengaja mengedip-ngedipkan matanya sambil mengeluarkan suara mendesah yang membuat Altan menyumpah-nyumpah dan dua rekannya menahan gelak.

"Selamat pagi, Bu Vanilla. Seperti yang Ibu ketahui, perusahaan properti ini membutuhkan satu sosok yang pemberani." Harsya lah yang pertama menginterviewnya.

"Saya lah orang itu, Pak. Saya berani datang ke pernikahan mantan saya, Pak." Jawab Vanilla santai.

"Hahaha. Anda luar biasa berani. Selamat bergabung dengan perusahaan kami." Vanilla cengo saat Pak Harsya tertawa ngakak dan meloloskannya. Padahal ia sudah memberi jawaban yang paling ngawur. Sekarang giliran Pak Tengku Malik yang bertanya. Dan Vanilla telah bersiap-siap untuk menjawab se alay mungkin.

"Saudari Vanilla perusahaan kami juga butuh seseorang yang kreatif di bidangnya."

"Saya ini sangat kreatif, Pak. Kemarin saya membeli handphone MIT*, casingnya saya ganti pakai iphon*, Pak. Betapa kreatifnya saya kan, Pak?" Tengku Malik tergelak.

"Kamu adalah anugerah Tuhan. Selamat bergabung." Kekeh Pak Tengku Malik sembati menjabat tangannya. Hah? Kagak salah ini? Ia diterima oleh dua orang rekanan Altan? Alamat habis lah kebahagiaannya di dunia ini. Hajap!

Tapi ia tidak putus asa. Pertanyaan terakhir adalah dari Altan. Pasti Altan tidak akan meloloskannya begitu saja. Mudah-mudahan saja Altan tidak akan menerimanya.

"Kami juga butuh orang yang berwawasan luas, Bu Vanilla. Apa saja hal luar biasa yang orang lain tidak tahu tapi Anda tahu. Coba sebutkan." Altan menaikkan satu alisnya dengan ekspresi mengejek.

Sopan beut ya manggil gue Ibu? Ck!

"Saya ini tahu lho Pak darimana asal kekayaan Roro Fitri!*." Jawab Vanilla yakin. Pak Harsya dan Tengku Malik kembali terbahak. Mugkin mereka kagum akan jawaban-jawaban ajaibnya.

"Sosokmu memang sungguh-sungguh di rindukan oleh bangsa ini. Anda luar biasa Bu Vanilla. Luar biasa bodohnya maksud saya. Saya tidak tahu akan jadi apa perusahaan ini di tangan staff dengan IQ jongkok seperti Anda." Sembur Altan speechless. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Sakit kepala dengan tingkah absurd anak sahabat baik kedua orang tuanya ini.

"Itu artinya saya tidak diterima magang di sini kan Pak Altan? Alhamdullilahhhh ya Allah... Akhirnya Engkau kabulkan doa hamba yang lemah ini. Alhamdullilah, ya Allah." Vanilla berkali-kali mengucap syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Dengan segera Vanilla meraih tasnya. Mengaduk-aduk sebentar mencari ponsel. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada bundanya.

"Halo, Nda. Illa ditolak magang di perusahaan Om Setan eh Pak Altan, Nda. Alhamdullilah ya, Nda? Jadi lusa Illa udah boleh magang di kantornya ayah kan, Nda? Kalau bisa satu ruangan dengan Om Bumi ya, Nda? Hehehe... Eh apa-apaan sih Pak? Kok main rebut aja ponsel orang. Balikin!" Vanilla kaget saat Altan merebut ponselnya begitu. Ia sampai melompat-lompat berusaha merebut kembali ponsel yang kini telah berpindah tangan.

"Hallo tante, ini Altan. Illa tadi salah informasi, Tan. Illa kami terima kok magang di perusahaan ini. Mulai besok Illa sudah bisa bekerja. Illa sangat pintar dan berbakat kok, Tante. Iya sama-sama, Tan. Selamat pagi." Altan mengembalikan ponselnya. Ada seringai puas di kedua matanya.

Ini bagaimana ceritanya sih? Kok bisa begini endingnya?

"Mulai besok kamu sudah bisa masuk kantor. Ingat berpakaianlah yang sopan kalau ingin diperlakukan sopan oleh orang lain. Sekarang kamu boleh keluar."

Vanilla pasrah. Apalah yang akan terjadi dengan dirinya jika harus magang di sini. Nasib... nasib...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Suzy Wiryanty

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku